BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN
YAYASAN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG
YAYASAN
A. Pemeriksaan Terhadap Badan Hukum Yayasan
Tujuan pemeriksaan terhadap badan hukum Yayasan sebagaimana ditentukan dalam Pasal Pasal 53 UU Yayasan yaitu:
1. Pemeriksaan terhadap Yayasan untuk mendapatkan data atau keterangan dapat
dilakukan dalam hal terdapat dugaan bahwa organ Yayasan: e.
Melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan Anggaran Dasar;
f. Lalai dalam melaksanakan tugasnya;
g. Melakukan perbuatan yang merugikan Yayasan atau pihak ketiga; atau
h. Melakukan perbuatan yang merugikan Negara.
2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, huruf b, dan huruf c
hanya dapat dilakukan berdasarkan penetapan Pengadilan atas permohonan tertulis pihak ketiga yang berkepentingan disertai alasan.
3. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf d dapat dilakukan
berdasarkan penetapan Pengadilan atas permintaan Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum.
Pengadilan dapat mengabulkan dan menolak atas permintaan terhadap Yayasan untuk diperiksa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 54 UU Yayasan sebagai
berikut: 1.
Pengadilan dapat menolak atau mengabulkan permohonan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat 2.
2. Dalam hal Pengadilan mengabulkan permohonan pemeriksaan terhadap Yayasan,
Pengadilan mengeluarkan penetapan bagi pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 tiga orang ahli sebagai pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan.
3. Pembina, Pengurus, dan Pengawas serta pelaksana kegiatan atau karyawan
Yayasan tidak dapat diangkat menjadi pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Pasal 54 Ayat 2 yang dimaksud dengan ahli adalah mereka yang memiliki keahlian sesuai dengan masalah yang akan diperiksa. Misalnya jika terjadi
perbuatan melawan hukum atas pengurus Yayasan, maka pihak Kejaksaan berhak untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Hasil pemeriksaan oleh pihak Kejaksaan harus disampaikan kepada Ketua Pengadilan setempat atas telah atau tidak terjadinya suatu perbuatan melawan hukum.
Pasal 56 UU Yayasan disebutkan bahwa: 1.
Pemeriksa wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ketua Pengadilan di tempat kedudukan Yayasan paling lambat 30 tiga
puluh hari terhitung sejak tanggal pemeriksaan selesai dilakukan.
2. Ketua Pengadilan memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 kepada pemohon atau Kejaksaan dan Yayasan yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa ketentuan mengenai pemeriksaan Yayasan tersebut di atas, dapat dianalisis bahwa terhadap perubahan pendirian akta Yayasan yang wajib
disesuaikan dengan ketentuan dalam UU Yayasan membawa konsekuensi hukum terhadap Yayasan atas segala kegiatan atau aktivitas Yayasan dapat menimbulkan hak
dan kewajiban. Secara administratif bahwa kedudukan Yayasan telah diakui dan terdaftar
sebagai suatu organisasi yang berbadan hukum sehingga segala hak dan kewajiban yang ditimbulkan Yayasan tersebut harus tunduk pada ketentuan perundang-
undangan yang berlaku yakni UU Yayasan. Alasan-alasan untuk pemeriksaan adalah untuk mendapatkan data atau
Universitas Sumatera Utara
keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa organ yayasan:
114
1. Melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan anggaran
dasar; 2.
Lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya; 3.
Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga; dan 4.
Melakukan perbuatan yang merugikan negara. Jadi, tujuan dilakukan pemeriksaan terhadap badan hukum Yayasan ini adalah
untuk memperoleh kebenaran tentang adanya dugaan penyimpangan seperti yang dimaksud pada Pasal 53 Ayat 1 huruf sampai dengan huruf d UU Yayasan.
Kebenaran atas dugaan tersebut harus didasarkan pada fakta yang terungkap dari hasil pemeriksaan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan di bidang Yayasan. Adapun pihak yang melakukan pemeriksaan adalah sejumlah ahli paling
banyak tiga orang yang diangkat sebagai pemeriksa berdasarkan penetapan pengadilan, dan pemeriksa dilarang mengumumkan atau memberitahukan laporan
hasil pemeriksaannya kepada pihak lain kecuali kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat kedudukan yayasan.
Dalam penggrganisasiannya terdapat pemisahan yang jelas antara pemegang kekuasaan tertinggi dengan pelaksanaan operasional dan pengawas yang mengawasi
operasional yayasan. Hal ini tercermin dari pemisahan yang jelas dari organ yayasan yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang atau Anggaran
114
Gatot Supramono., Op. cit., hal. 126. lihat juga Pasal 53 Ayat 1 UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Dasar. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, sedangkan pengawas adalah orang yayasan yang bertugas melakukan pengawasan
serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan. Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus danatau
anggota Pengawas, demikian pula sebaliknya. Larangan perangkapan jabatan dimaksudkan untuk menghindari benturan kewenangan dan tugas serta tanggung
jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.
Ketentuan yang dianggap sangat memberatkan dan banyak mendapat kritik dari berbagai pihak terutama pengelola yayasan, adalah adanya kewajiban pada setiap
pendirian yayasan untuk memintakan pengesahan badan hukum kepada Menteri Hukum dan HAM. Demikian pula halnya apabila pihak pengelola yayasan ingin
melakukan perubahan mengenai nama dan kegiatan yayasan tersebut, harus terlebih dahulu meminta ijin kepada Menteri Hukum dan HAM dan perubahan lainnya selain
nama dan kegiatan yayasan harus melaporkannya kepada Menteri Hukum dan HAM.
115
Fenomena kegiatan yayasan dalam masyarakat yang dilihat oleh pembuat undang-undang, telah berubah atau menyimpang dari hakekat yayasan sebagaimana
yang ditemui pada mass awal setelah Perang Dunia 1, dimana yayasan seharusnya bergerak dalam bidang sosial dan ideal ternyata berkembang memasuki bidang
ekonomi bisnis, bahkan dipakai untuk mendapatkan dana untuk usaha dalam bidang
115
Pasal 11, 12, dan Pasal 13 UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Oleh karena itu keberadaan UU Yayasan yang selain untuk mengakomodasi
fenomena kegiatan usaha bisnis yayasan tersebut, sekaligus juga berupaya membatasinya. Hal ini terlihat dengan dibolehkannya Yayasan mendirikan badan
usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan dan yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan
ketentuan penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan yayasan tersebut.
116
Selanjutnya berdasarkan UU Yayasan, pemerintah dalam lingkup tertentu menilai penting untuk mengetahui secara benar arus keuangan yayasan khusus
yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebesar Rp 500.000.000.00,- lima ratus juta rupiah atau mempunyai kekayaan di
luar harta wakaf sebesar Rp 20.000.000.000.00,- dua puluh millar rupiah. Yayasan wajib membuat ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan keadaan
serta kegiatan yayasan dalam tahun yang lampau. Laporan tersebut harus pula diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia, dan mewajibkan audit oleh
akuntan publik terhadap yayasan.
117
Dengan demikian pengaturan masalah tersebut bersifat limitatif karena tidak seluruh yayasan harus mengikuti ketentuan tersebut.
Pemeriksaan secara menyeluruh terhadap suatu Yayasan menurut ketentuan Pasal 53 UU Yayasan dalam hal terdapat dugaan bahwa organ yayasan melakukan
116
Ibid., Pasal 7.
117
Ibid., Pasal 52.
Universitas Sumatera Utara
perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan Anggaran Dasar, lalai dalam melaksanakan tugasnya, melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak
ketiga, atau melakukan perbuatan yang merugikan negara, berdasarkan penetapan pengadilan atas permohonan tertulis dari pihak ketiga yang, berkepentingan.
Permintaan itu dapat juga dilakukan oleh kejaksaan dalam kapasitasnya mewakili kepentingan umum.
Kewajiban membuat laporan yayasan serta mengumumkannya secara luas kepada publik ini amat tepat bagi yayasan yang mengelola dana masyarakat, seperti
misal Yayasan Rumah Sakit ataupun SekolahPerguruan Tinggi, tidak terkecuali apakah clikelola oleh ketempok masyarakat ataukah perseorangan atau keluarga,
dimana masyarakat membayar melalui biaya perobatan yang dikutip dari pasien maupun Sumbangan Pengelolaan Pendidikan SPP yang dikutip pada
siswamahasiswa,. sehingga pengelola yayasan tidak lagi dapat berbisnis melalui yayasan yang tujuannya berfungsi sosial dan ideal.
Akan tetapi pengaturan dan pengendalian ini akan merugikan bagi Yayasan yang murni bergerak dalam bidang sosial yang mengelola keuangannya secara
transparan. Apalagi yayasan yang didirikan oleh perseorangan atau suatu keluarga yang menghidupi yayasan yang didirikan tersebut dengan kekayaannya sendiri
ataupun menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaannya sendiri. Tidak ada kepentingan publik yang dirugikan di sana, malah kalau pemerintah mencampurinya
Universitas Sumatera Utara
akan sangat merepotkan mereka.
118
Peran negara harus dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak terlalu mencampuri masalah internal organisasi. Bagi bangsa Indonesia yang tengah dilanda
euforia reformasi dan keterbukaan di segala bidang, apalagi dalam keadaan wibawa pemerintah begitu lemah, adanya ketentuan atau peraturan formal yang dianggap
membatasi ruang gerak masyarakat secara apriori dapat dianggap sebagai kontra- reformasi dan kontra-produktif, atau sebaliknya masyarakat bersikap apatis dan tidak
terlalu menanggapi peraturan yang limitatif tersebut, apalagi ada kecurigaan bahwa lahirnya peraturan perundang-undangan tersebut tidak lebih karena tekanan eksternal
dari dunia internasional. Nuansa seperti itu berkembang ketika merespon kelahiran UU Yayasan.
119
B. Akibat Hukum Perubahan Akta Pendirian Yayasan Menurut Undang-