Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Haji di Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN HAJI DI MEDAN

SKRIPSI Diajukan Oleh: RIKA AYU TRISUSANTI

070501052

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………i

ABSTRACT... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR………...vi

DAFTAR TABEL ………..….... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan permasalahan……... 14

1.3 Hipotesis... 15

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 16

BAB II URAIAN TEORITIS... 17

2.1 Pengertian dan Fungsi Bank Syariah... 17

2.2 Prinsip Perbankan Syariah... 17

2.3 Haji………... 18

2.4 Konsep Pendapatan………... 24

2.5 Tabungan Haji…………... 25

2.6 Pendapatan Per Kapita... 26


(3)

2.7 Jumlah Penduduk Muslim………... 28

2.8 Inflasi……... 29

2.9 Ongkos Naik Haji (ONH)………... 37

2.10 Kuota Haji…………... 38

2.11 Teori Konvensional Tentang Menabung……… ... 39

2.12 Manfaat Menabung ... 41

2.13 Pola Tabungan dan Investasi Islami ... 41

2.14 Hubungan antara variable independent dengan variable dependent………..43

BAB III METODE PENELITIAN... 46

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 46

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 46

3.4 Pengolahan Data ... 46

3.5 Pembentukan Model Penelitian……….…………... 47

3.6 Model Analisis Data... 49

3.6.1 Uji Kesesuaian... 51

3.6.1.1 Uji Koefisien Determinasi... 51

3.6.1.2 Uji t-Statistik... 51

3.6.1.3 Uji F-Statistik... 53

3.6.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 54

3.6.2.1 Uji Multikolineritas... 55


(4)

3.7 Definisi Operasional... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..……. . 59

4.1. Gambaran Umum Kota Medan………... 59

4.1.1 Kota Medan Secara Geografis……… 59

4.1.2 Kota Medan Secara Demografis………..…….. 61

4.2. Sejarah Haji di Indonesia……… 61

4.3. Kebijakan Pemerintah di Bidang Haji dan Tabungan Haji……..70

4.4. Hasil Analisis Data……….. 76

4.5. Regresi Linear Berganda………. 76

4.4.1 Test of Goodness Fit (uji kesesuain)………78

a. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)………. 78

b. Uji F (keseluruhan)…….……….. 79

c. Uji t-statistik………. 80

4.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……….……….. 84

4.4.2.1 Uji Multikolineritas………. 84

4.4.2.2 Uji Durbin Watson………. 88

4.6. Interpretasi………..………. 89

4.6.1 Pengaruh pendapatan per kapita (X1t) terhadap tabungan haji (Yt)……….. 89

4.6.2 Pengaruh jumlah penduduk muslim (X2t) terhadap tabungan haji (Yt)………... 91

4.6.3 Pengaruh tingkat inflasi (X3t) terhadap tabungan haji (Yt)…………... 91


(5)

4.6.4 Pengaruh ONH (X4t) terhadap tabungan haji (Yt)…….. 93

4.6.5 Pengaruh Kuota Haji (X5t) terhadap tabungan haji (Yt... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 95

5.1 Kesimpulan……… 95

5.2 Saran……….. 96

DAFTAR PUSTAKA………... 98 LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tabungan haji di Medan. Tabungan haji adalah tabungan yang mengunakan prinsip mudharabah mutlaqah yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan. Faktor-faktor yang mempengaruhui jumlah tabungan haji yakni, pendapatan per kapita, jumlah penduduk muslim di Medan, tingkat inflasi kota Medan, ongkos naik haji dan jumlah kuota haji.

Metode analisi yang digunakan yakni metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa. Sedangkan tehnik analisis yang digunakan yakni menggunakan data sekunder dalam bentuk urut waktu (time series) yaitu berupa angka-angka kuantintatif. Analisis data diproses melalui program E-views 5.1 dan Microsoft Excel 2007.

Hasil estimasi dengan kaedah Ordinary Least Square menunjukkan bahwa pendapatan perkapita kota Medan berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, jumlah penduduk muslim kota Medan berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, tingkat inflasi kota Medan berpengaruh signifikan negatif terhadap tabungan haji, ongkos naik haji berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, dan jumlah kuota berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji.

Keyword : jumlah tabungan haji, pendapatan perkapita, jumlah penduduk muslim, tingkat inflasi, jumlah ongkos naik haji, jumlah kuota haji.


(7)

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that affect the amount of savings pilgrimage in Medan. Hajj Savings is the savings that using the principle of mudaraba mutlaqah namely third-party deposits may only be withdrawn when the client will perform the pilgrimage or at certain times in accordance with the agreement. Factors that affect the amount of savings pilgrimage that is, income per capita, the total Muslim population in Medan, Medan inflation rate, the cost of the hajj pilgrimage and the number of quota.

Analytical methods used in the method of Ordinary Least Square (OLS) or ordinary least squares method. While the techniques used in the analysis using secondary data in the form of time series (time series) in the form of numbers kuantintatif. Analysis of the data is processed through the E-views 5.1 and Microsoft Excel 2007.

Estimated by Ordinary Least Square kaedah show that per capita income of the city of Medan has a significant positive effect on savings hajj, the Muslim population of the city of Medan has a significant positive effect on savings pilgrimage, the city of Medan, the inflation rate has a significant negative effect on savings pilgrimage, pilgrim fare significantly positive effect hajj savings, and the number of quota has a significant positive effect on savings pilgrimage.

Keyword: pilgrim savings, income per capita, the number of Muslim population, the rate of inflation, the total cost of the hajj, the pilgrimage quota amount.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Haji di Medan”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf, kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dam materil dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, yaitu:


(9)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekertaris Department Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc, S.c, Phd selaku Ketua Program Studi Departmen Ekonomi Pembangunan.

5. Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Departemen Ekonomi Pembangunan.

6. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S., S.E, Mec selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan saran, masukan dan petunjuk yang sangat berarti bagi penulis. 7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya,MSi selaku dosen pembanding penulis

yang telah memberikan kritik, saran, masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Ilyda Sudrajad, MSi selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran, masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kepada Orang tua penulis, Harun dan Syafrida atas kasih sayang, doa, serta dukungan moril dan materil yang telah diberikan kepada penulis. 10. Kepada Abang dan Kakak penulis Eko Satria Handoko dan Eka Widya

Hastuti yang memberikan dukungan moril dan menjadi motivasi saya dirumah.


(10)

11. Kepada Staff dan Pegawai Bidang Hazwa Kakanwil Sumut Pak Afif, Pak Akmal dan pegawai lainnya.

12. Seluruh staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis yang dapat digunakan pada masa yang akan datang.

13. Pegawai administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan, yang tanpa lelah membantu penulis menyelesaikan segala kelengkapan administrasi penulis.

14. Kepada temen-temen jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah bersama-sama dalam suka dan duka perkuliahan.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 18 Maret 2011 Penulis


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.3.1 Ka’bah 18 2.3.6 Pakaian Ihram 22 2.11 Grafik hubungan tingkat bunga dan investasi 40

3.1 Uji T-statistik 53

3.2 Uji F-statistik 54

3.3 Uji Durbin Watson 57


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

I Data-data variabel dependent dan independent

II Hasil regrest pengaruh jumlah pendapatan per kapita (X1t)

jumlah penduduk muslim (X2t) tingkat inflasi (X3t), jumlah

ongkos naik haji (X4t), jumlah kuota haji (X5t) terhadap

jumlah tabungan haji di medan (Y)

III Uji multikolineritas antara jumlah pendapatan per kapita (X1t) terhadap jumlah penduduk muslim kota medan (X2t)

IV Uji multikolineritas antara jumlah pendapatan per kapita (X1t) terhadap tingkat inflasi kota medan (X3t)

V Uji mulikolineritas antara jumlah pendapatan per kapita (X1t) terhadap jumlah ongkos naik haji (X4t)

VI Uji multikolineritas antara jumlah pendapatan per kapita (X1t) terhadap jumlah kuota haji (X5t)

VII Uji multikolineritas antara jumlah penduduk muslim kota medan (X2t) terhadap jumlah ongkos naik haji (X4t)

VIII Uji multikolineritas antara jumlah penduduk muslim kota medan (X2t) terhadap jumlah kuota haji (X5t)

IX Uji multikolineritas antara tingkat inflasi kota medan (x3t)

terhadap jumlah ongkos naik haji (X4t)

X Uji multikolineritas antara tingkat inflasi kota medan (X3t)

terhadap jumlah kuota haji (X5t)

XI Uji multikolineritas antara jumlah kuota haji (X5t) terhadap


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tabungan haji di Medan. Tabungan haji adalah tabungan yang mengunakan prinsip mudharabah mutlaqah yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan. Faktor-faktor yang mempengaruhui jumlah tabungan haji yakni, pendapatan per kapita, jumlah penduduk muslim di Medan, tingkat inflasi kota Medan, ongkos naik haji dan jumlah kuota haji.

Metode analisi yang digunakan yakni metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil biasa. Sedangkan tehnik analisis yang digunakan yakni menggunakan data sekunder dalam bentuk urut waktu (time series) yaitu berupa angka-angka kuantintatif. Analisis data diproses melalui program E-views 5.1 dan Microsoft Excel 2007.

Hasil estimasi dengan kaedah Ordinary Least Square menunjukkan bahwa pendapatan perkapita kota Medan berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, jumlah penduduk muslim kota Medan berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, tingkat inflasi kota Medan berpengaruh signifikan negatif terhadap tabungan haji, ongkos naik haji berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji, dan jumlah kuota berpengaruh signifikan positif terhadap tabungan haji.

Keyword : jumlah tabungan haji, pendapatan perkapita, jumlah penduduk muslim, tingkat inflasi, jumlah ongkos naik haji, jumlah kuota haji.


(15)

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that affect the amount of savings pilgrimage in Medan. Hajj Savings is the savings that using the principle of mudaraba mutlaqah namely third-party deposits may only be withdrawn when the client will perform the pilgrimage or at certain times in accordance with the agreement. Factors that affect the amount of savings pilgrimage that is, income per capita, the total Muslim population in Medan, Medan inflation rate, the cost of the hajj pilgrimage and the number of quota.

Analytical methods used in the method of Ordinary Least Square (OLS) or ordinary least squares method. While the techniques used in the analysis using secondary data in the form of time series (time series) in the form of numbers kuantintatif. Analysis of the data is processed through the E-views 5.1 and Microsoft Excel 2007.

Estimated by Ordinary Least Square kaedah show that per capita income of the city of Medan has a significant positive effect on savings hajj, the Muslim population of the city of Medan has a significant positive effect on savings pilgrimage, the city of Medan, the inflation rate has a significant negative effect on savings pilgrimage, pilgrim fare significantly positive effect hajj savings, and the number of quota has a significant positive effect on savings pilgrimage.

Keyword: pilgrim savings, income per capita, the number of Muslim population, the rate of inflation, the total cost of the hajj, the pilgrimage quota amount.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sudah berabad-abad lamanya ekonomi dunia didominasi oleh sistem bunga, dan hampir semua transaksi khususnya dalam perbankan dikaitkan dengan bunga.pengalaman ratusan tahun dalam dominasi bunga telah membuktikan ketidakberdayaan sistem ini dalam menjembatani ketimpangan ekonomi, bahkan menjadi faktor terjadinya ketimpangan ini. Banyak orang kaya yang menjadi semakin kaya di atas beban orang lain, begitu juga banyak negara mencapai kemakmurannya di atas kemiskinan negara lain. Kesenjangan ekonomi semakin melebar antara negara maju dan negara berkembang, sedangkan di dalam negara berkembang kesenjangan itu semakin dalam (Antonio, 2001)

Atas fenomena seperti diatas hanya sedikit orang yang menyadari bahaya bunga bagi terciptanya keadilan ekonomi. Pemerintah diberbagai negara menjadi sangat sibuk dengan sistem bunga dan yang sudah menjadi build-in dalam sistem itu adalah sifat kapitalistik dan diskriminatif. Dan karena kelemahan sistem itu pula pemerintah di negara-negara bersangkutan menjadi sibuk menambal kekurangan itu dengan berbagai program dan peraturan yang memaksa orang yang diuntungkan agar menaruh simpati kepada orang yang merasa di rugikan dalam sistem bunga itu. (Machmud, 2010)

Walaupun demikian kita patut bersyukur ketika dominasi itu berada dipuncaknya, Undang-Undang no. 7 tahun 1992 dengan segala ketentuan dan


(17)

keputusan yang mendukung UU tersebut telah mengundang lembaga keuangan syariah yang anti riba. Kedatangan lembaga keuangan ini disambut dengan perasaan suka cita oleh berbagai kalangan umat Islam, dukungan mereka diwujudkan dengan berdirinya lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank.

Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari pemerintah, dikeluarkannya UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang menetapkan bahwa perbankan di Indonesia menganut dual banking sistem, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Perundang-undangan tersebut selanjutnya disempurnakan dengan UU No.10 tahun 1998, guna memberikan landasan hukum yang lebih jelas bagi operasional perbankan syariah nasional (Wirdyaningsih,2005).

Dalam UU tersebut tertulis kedudukan bank syariah di Indonesia secara hukum mulai menjadi kuat. Bahkan bukan hanya itu saja, disitu tertulis bahwa bank konvensional diperbolehkan membuka unit yang berbasis syariah. Sejak saat itu mulailah bermuculan bank konvensioanl yang membuka unit-unit bank syariah.

Pertimbangan perubahan Undang-undang tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tantangan keuangan yang semakin maju dan kompleks dan mempersiapkan infrastuktur memasuki era globalisasi. Jadi adopsi perbankan syariah dalam system perbankan nasional bukanlah semata-mata mengakomodasikan kepentingan penduduk Indonesia yang kebetulan sebagian


(18)

besar muslim, namun lebih kepada adanya faktor keunggulan atau manfaat lebih pada perbankan syariah dalam menjambatani perekonomian.

Bila kita melihat ke belakang pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang melanda Negara-negara Asia, termasuk negara kita. Peristiwa ini sekaligus membuktikan tentang betapa besarnya efek negatif yang ditimbulkan oleh sistem bunga yang diterapkan pada bank konvesional terhadap inflasi, investasi, produksi, pengangguran, dan kemiskinan hingga memorak-porandakan hampir semua aspek sendi kehidupan ekonomi dan sosial politik negara kita. Seperti kita ketahui pada bank syariah, sistem yang digunakan adalah bagi hasil pada akhir tahun (bukan sistem bunga yang seperti yang dilakukan pada bank konvensional). Return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana pun ternyata lebih tinggi daripada bunga deposito yang diberikan oleh konvensional. Itulah alasan yang menjadikan bank syariah tetap kokoh dan tidak terpengaruh oleh krisis yang terjadi (Amir Machmud, 2010)

Masyarakat banyak menaruh harapan kepada bank untuk menjadi tempat penyimpanan dana yang aman bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan. Bank juga diharapkan bias melakukan kegiatan pengkreditan dan berbagai jasa keuangan yang dapat melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada beberapa sector perekonomian, bank diharapkan dapat melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Bank juga ternyata merupakan pemasok dari sebagian besar uang yang beredar yang digunakan


(19)

sebagai alt tukar atau alat pembayaran, sehingga diharapkan dapat mendukung berjalnnya mekanisme kebijaksanaan moneter (Wirdyaningsih, 2005).

Sebagaimana kita maklumi, perbankan syariah adalah salah satu unsur dari sistem keuangan syariah. Kesemarakan perkembangan perbankan syariah nasional juga diikuti dengan lembaga-lembaga keuangan syariah dan kegiatan ekonomi yang diidentifikasikan sebagai sesuai dengan sistem syariah

Bank adalah lembaga keuangan yang tugas pokoknya mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat, selain itu bank juga memberikan jasa-jasa keuangan, pembayaran pembiayaan lainnya, sebagai lembaga keuangan yang mendapat kepercayaan masyarakat atas dananya. Bank-bank berusaha semaksimal mungkin melakukan dana tarik (insentif) ekonomi berupa bunga tinggi, bonus serta hadiah-hadiah yang menarik. Berbagai langkah dilakukan bank dengan tujuan menghimpun dana masyarakat, yang salah satu caranya adalah dengan meningkatkan jumlah nasabah (Antonio,2001)

Arah dari sistem pengendalian dan kebijakan moneter yang baru tersebut agar untuk waktu selanjutnya dana pengkreditan perbankan akan semakin mengutamakan sumber dana perkreditan perbankan akan semakin mengutamakan sumber dana yang berasal dari tabungan masyarakat. Dalam arti kata lain, dengan kebijakan yang baru tidak diharapkan dapat menumbuhkan iklim yang sehat dan kepastian bagi dunia usaha serta masyarakat umum agar mereka dapat lebih berperan dalam pembangunan nasional.

Kebijaksanaan pengerahan dana tersebut ternyata membawa hasil yang cukup mengembirakan meskipun hal itu membawa dampak kenaikan tingkat suku


(20)

bunga deposito dan bentuk simpanan yang lain. Sasaran pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya diupayakan melalui perluasan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, serta penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air. Untuk itu kebijakan moneter diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan usaha golongan ekonomi lemah termasuk koperasi, pengembangan laju pembangunan daerah secara lebih merata serta menunjang usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja.

Masalah yang timbul akibat kondisi perbankan Indonesia yang semakin kompetitif, canggih, dan dinamis yakni : Persaingan semakin tajam dalam memperbutkan dana dan nasabah, keuntungan akan semakin menipis karena berkurangnya margin dan bertambahnya biaya operasi, otomatisasi semakin meningkat dan berlangsung lebih cepat, nasabah-nasabah semakin menuntut kenyamanan serta harga dan pelayan yang lebih baik, bank-bank semakin sulit memperoleh staf-staf yang berkualitas dan professional, persaingan dari lembaga keuangan non bank semakin meningkat, dan yang terakhir bank-bank lokal akan memperoleh tekanan persaingan dari bank-bank yang memiliki jaringan operasi nasional dan internasional. (Rivai 2010)

Sejalan dengan semakin ketatnya tingkat persaingan di pasar bebas tersebut maka upaya untuk membangun konsep Prudential Banking yang sehat berlandaskan prinsip kehati-hatian dalam perbankan dan upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai sebesar 6% per tahun di Indonesia.


(21)

Kita dapat memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, tetapi pendapatan yang tinggi ini dapat pula disertai biaya hidup yang makin tinggi. Selama 2004-2009, daya beli masyarakat memang mengalami kemajuan, tetapi tidak sedramatis yang diperlihatkan dengan statistik pendapatan nominal.

Perbankan Syari'ah dikenal sebagai Islamic bangking, kata Islamic pada awalnya dikembangkan sebagai satu respon dari kelompok ekonomi dan praktiksi. Perbankan Muslim yang berusaha mengakomodir berbagai pihak yangmenginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip Syari'ah Islam khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang serupa dengan perjudian (maisyir), ketidakpastian (qharar) dan pelanggaran prinsip keadilan dalam transaksi serta keharusan penyaluran dana investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara Syari'ah (Antonio,2001)

Seiring dengan perputaran waktu, perkembangan bank syariah mengalami booming pada era reformasi yang di tandai dengan perubahan UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan.7 Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum jenis-jenis usaha yang di operasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan dirinya secara total menjadi bank syariah, tampak peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan, dimana sejumlah bank mulai memberikan perhatian dalam bidang perbankan syariah, itu terbukti dengan banyaknya bank konvensional yang sudah membuka cabang syariah salah


(22)

satunya yang membuka cabang syariah adalah Bank Syariah Mandiri untuk melayani masyarakat yang menginginkan sistem perbankan berdasarkan prinsip syariah dalam rangka mewujudkan bank mandiri syariah sebagai universal banking (Wirdyaningsih,2005)

Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional. Konsep perbankan syariah sendiri di Indonesia mulai diperkenalkan dengan mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. dan menjadi bank umum syariah pertama di Indonesia. Pergerakan perbankkan syariah di Indonesia ibarat mesin diesel. Perlahan tapi pasti. Ia terus maju, walaupun hidup berdampingan dengan bank konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di peta industri perbankan di tanah air.

Menurut Antonio (2001) terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah. (1) dari segi akad dan aspek legalitas: akad yang dilakukan bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006 yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani perkara perbankan syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. (2) Struktur Organisasi: Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional. Tapi unsur yang membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. 3) Bisnis dan usaha yang


(23)

dibiayai: Bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari saringan syariah. (4) Lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam.

Prinsip perbankan syariah merupakan aturan dasar yang berdasarkan hukum Islam, khususnya aturan muamalat yang mengatur hubungan antara bank dengan pihak lain dalam rangka penghimpunan dan penyaluran dana serta kegiatan perbankan syariah lainnya. Adapun prinsip operasional lain yang lazim dilakukan oleh bank syariah dalam kegiatan usaha dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mendapat persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (PKES, 2008).

Bank sebagai lembaga keuangan perlu mengkomunikasikan setiap produk yang mereka tawarkan. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui dan memiliki minat membeli manfaat dari produk yang di tawarkan sesuai dengan kebutuhannya dan keinginannya. Banyak bank menawarkan produknya, baik produk baru atau suatu pengembangan dari produk lama. Diantara mereka ada yang gagal dan tidak sukses dalam merebut kepuasan konsumen. Hal ini disebabkan karena pasar pembeli yang selalu berubah-rubah. Beberapa kepuasan nasabah yang dimaksud antara lain yakni : Keamanannya terjamin atau penarikannya mudah dilakukan, mudah dan praktis,tidak berbelit-belit jika kita ingin mendepositokan uang dan mudah dipindahkan ke rekening giro atau tabungan serta mudah memindahkan dana dalam jumlah besar dan kecil dan rasa bangga menabung di bank yang bersangkutan.


(24)

Faktor pertama yang mempengaruhi jumlah tabungan haji yakni pendapatan per kapita kota Medan. Pepatah lama berbunyi "Ada gula ada semut". Jika di suatu daerah ada kehidupan yang lebih baik, maka orang akan mendatangi daerah tersebut. Begitulah kota Medan sebelum dan pasca 2000-an. Sekarang kota ini mencatat sekitar 500.000 jiwa pendatang kerja atau disebut komuter dan sekitar 133.500 jiwa (15,1%) pengangguran terbuka. Pasalnya jelas, pendapatan per kapita kota Medan Rp2,3 juta pada tahun 1998 menjadi Rp13,2 juta pada tahun 2006. Bertambah 5,7 kali atau tumbuh 474 persen, alias meroket. Itu kalau berdasarkan harga konstan. Jika diukur berdasarkan harga berlaku angkanya adalah Rp4,8 juta pada tahun 1998 menjadi Rp23,7 juta pada tahun 2006 atau naik 5,6 kali. Kedua metode tersebut menempatkan Medan sebagai daerah yang paling menjanjikan kehidupan yang lebih menyenangkan. Dalam pengertian lain, pertumbuhan ekonomi kota ini sangat mengagumkan selama tahun 2000-an ini. Oleh karena itu pada tataran Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan harga konstan posisi ekonomi kota ini meroket dari urutan kedelapan pada tahun 1998 menjadi nomor satu pada tahun 2006. Pendapatan per kapita yang semakin meningkat setiap tahunnya akan mempengaruhi jumlah tabungan haji. Karena minat akan menabung didukung oleh naiknya tingkat pendapatan. Ini menandai kesejahteraan masyarakat juga meningkat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat mampu menabung. (Waspada online, Februari 2008)

Faktor kedua yang mempengaruhi jumlah tabungan haji yakni jumlah penduduk muslim di Medan. Pada tahun 1985 jumlah penduduk muslim sekitar 1,06 juta jiwa. Angka ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun


(25)

2006 jumlah penduduk muslim 1,4 juta jiwa. Dengan penduduk muslim yang dominan di Medan maka kesempatan meningkatnya jumlah tabungan haji di Medan. Dengan didukung oleh lembaga-lembaga maupun bank yang menyediakan jasa penyimpanan tabungan haji dengan berbagai kemudahan sehingga semakin memudahkan masyarakat muslim untuk menunaikan rukun Islamnya. (BPS Sumut).

Faktor ketiga yang mempengaruhi jumlah tabungan haji yakni inflasi. Di negara berkembang, inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan menurunkan tingkat tabungan. Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti aset nominal menjadi aset riil. Memasuki pertengahan tahun 1997, situasi moneter berubah dengan cepat. Rupiah mendapatkan tekanan-tekanan depresiatif yang sangat besar berawal dari krisis nilai tukar Thailand dan kemudian menyebar ke ASEAN lainnya termasuk Indonesia dan Korea Selatan. Penyebab utama tekanan nilai tukar tersebut adalah menurunnya kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia.

Dilihat dari sisi permintaan, malambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1997 terutama diakibatkan oleh melemahnya permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Melambatnya konsumsi rumah tangga terutama terjadi pada paro kedua tahun 1997, merupakan cerminan dari menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari peningkatan laju inflasi yang disertai dengan melambatnya.kegiatan pada sektor pertanian mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Keadaan ini masih diperburuk oleh


(26)

melambatnya peningkatan penghasilan masyarakat sebagai akibat rasonalisasi yang terjadi pada dunia usaha. Sementara itu melemahnya kegiatan investasi swasta yang meulai terlihat sejak semester II merupakan dampak dari melemahnya permintaan yang disertai dengan peningkatan biaya produksi dan kesulitan keuangan yang dihadapi sektor usaha sehubungan dengan merosotnya nilai nukar rupiah. Disamping itu ketatnya likuiditas perbankan juga mendorong melemahnya kegiatan investasi. Dalam tahun laporan (1997/1998), suku bunga mengalami kenaikan tajam sejalan dengan langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Faktor keempat yang mempengaruhi jumlah tabungan haji yakni jumlah ongkos naik haji (ONH). Ongkos naik haji di Indonesia pernah menggunakan jalur laut dan berdikari yakni sekitar tahun 1979 sampai dengan 1978. Perjalanan haji menggunakan pesawat dimulai pada tahun 1952 dengan ongkos Rp. 16.650. Pada tahun 1978 seluruh jamaah haji diangkut melalui jalur udara. Ongkos haji yang semakin meningkat berpengaruh terhadap jumlah tabungan haji. Pada tahun 1990 ONH dikenakan sebesar Rp. 5.320.000. Pada tahun 2001 ONH dikenakan sistem paket yakni paket A sebesar Rp 21.500.000, paket B sebesar Rp 20.500.000, dan paket C sebesar Rp. 19.500.000. Tetapi mulai tahun 2002 ONH disesuaikan pada kurs Dolar dan ditambah uang administrasi yang besarnya berbeda-beda setiap tahunnya (Bidang Hazwa Kanwil Depsu).

Faktor kelima yang mempengaruhi jumlah tabungan haji yakni kuota haji. Dalam hal ini kuota haji Sumatera Utara tidak mengalami perubahan yang drastis. Ini diakibatkan sudah adanya ketentuan dari pemerintah Arab Saudi tentang kuota


(27)

yang diberikan kepada masing-masing negara. Sehingga negara masing-masing memberikan kuota yang terbatas kepada masing-masing daerah. Hal ini menyebabkan calon jamaah haji harus sabar untuk menunaikan ibadah haji karena antusias penduduk Islam untuk beribadah haji semakin meningkat setiap tahunnya. Ini didukung oleh pendapatan per kapita yang semakin meningkat dan kesadaran bahwa pentingnya ibadah Haji sebagai kewajiban bagi umat Islam yang mampu secara lahir dan batin.

Bank mandiri syariah merupakan salah satu bank syariah yang mengeluarkan produk-produknya berdasarkan prinsip syariah, salah satu produknya adalah tabungan haji. Tabungan Haji merupakan salah satu produk dari perbankan syariah yang memakai sistem mudharabah yang mana tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Pada simpanan mudharabah tidak diberikan bunga, sebagai pembentukan laba bagi bank islam tetapi diberikan bagi hasil, variasi jenis simpanan yang berakad mudhorobah dapat dikembangkan ke dalam berbagai variasi tabungan, sesuai kebutuhan masyarakat asalkan tidak melanggar syara.

Dan sebelumnya sistem mudharabah sudah berlaku sebelum Islam datang. Kita ketahui bahwa khodijah adalah seorang wanita kaya selalu memberi uang kepada orang lain untuk menjalankan sebagai modal usaha, rasulullah juga pernah membawa dagangan Siti khodijah ke Syria (Syam). Perniagaan itu dapat keuntungan yang banyak dan beliau itu mendapat keuntungan dari bagian itu.kemudian sesudah datang, praktek mudharabah masih tetap berjalan. Pada saat


(28)

Islam melakukan khaibar, rasulullah menyerahkan pertanian pada orang Yahudi (atas dasar permintaan mereka) dengan syarat berbagi keuntungan sama banyak dengan umat Islam.

Alasan atau motivasi utama dalam memanfaatkan produk penghimpunan dana adalah keamanan, pelayanan yang cepat, dan kemudahan dalam bertransaksi. Hadiah/undian dan tingkat bunga tabungan bukan merupakan alasan atau motivasi utama masyarakat dalam menabung.

Sementara alasan dalam pemanfaatan produk penyaluran dana (pembiayaan) yang dominan adalah pelayanan yang cepat, tingkat bunga yang rendah dan kenyamanan pelayanan. Dalam hal pembiayaan, aspek bunga menjadi pertimbangan yang cukup dominan, namun masih dibawah pelayanan yang cepat.

Melaksanakan haji merupakan salah satu dari rukun Islam yang kelima, yang diwajibkan kepada seluruh umat manusia yang beragama Islam bagi yang mampu, untuk itu diperlukannya dana yang cukup dan aman untuk menunaikan salah satu rukun Islam tersebut, sekarang banyak perusahaan-perusahaan yang membuka biro perjalanan haji, baik ONH atau ONH plus. Begitu juga dengan perbankan syariah seperti Bank Muamalat, Bank Danamon syariah, Bank Syariah Mandiri yang sudah mengeluarkan produknya yaitu Tabungan Haji.

Kalau soal haji, Indonesia memang memegang rekornya, bukan hanya karena jamaah yang setiap tahun mencapai 200 ribu orang, tapi juga ongkos naik hajinya termahal, berkisar antara 20 juta hingga 30 juta. sementara pelayanan tak dapat di pungkiri yaitu masih belum memuaskan. ”Dari Islamic Hospitality dan Islamic service sangat jauh dari yang di harapkan” kata Dirut center for Islamic


(29)

Economic research and application (CIERA) Jafril Khalil. Padahal, tarif ibadah haji Indonesia itu termahal bila dibandingkan dengan ongkos dari negara-negara tetangga. Misalnya, Malaysia hanya 6500 ringgit, Singapura sebesar 4000 dolar Singapura, Thailand sebesar 2100 dolar AS.

Lembaga Tabungan Haji (LTH) yang telah dipraktekkan di Malaysia sejak tahun 1962 dipandang sangat tepat. Pasalnya hampir semua muslim di negeri ini mempunyai keinginan yang kuat untuk beribadah haji, ini juga yang mengilhami Lembaga Tabungan Haji di Malaysia.

Tabungan Haji adalah tabungan yang mengunakan prinsip mudharabah mutlaqah yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan. Simpanan ini menerapkan imbalan dengan sistem bagi hasil al-Mudharabah..

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud ingin membahasnya lebih lanjut mengenai “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Tabungan Haji di Medan. ”

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pendapatan per kapita Sumatera Utara terhadap jumlah tabungan haji di Medan?

2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk muslim kota Medan terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan?


(30)

3. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi kota Medan terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan?

4. Bagaimana pengaruh jumlah ongkos naik haji terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan?

5. Bagaimana pengaruh jumlah kuota Sumatera Utara terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan?

I.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dan masih perlu dikaji kebenaranya melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan per kapita Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap tabungan haji di Medan.

2. Jumlah penduduk muslim kota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah tabungan haji di Medan.

3. Tingkat inflasi kota Medan berpengaruh negatif terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan.

4. Jumlah ongkos naik haji berpengaruh negatif terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan.

5. Kuota Haji berpengaruh positif terhadap jumlah tabungan haji di kota Medan


(31)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan per kapita Sumatera Utara terhadap jumlah tabungan haji di Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk muslim kota Medan terhadap jumlah tabungan haji Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi kota Medan terhadap jumlah tabungan haji Medan.

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah ongkos naik haji terhadap jumlah tabungan haji di Medan.

5. Untuk mengetahui pengaruh kuota Haji terhadap jumlah tabungan haji di Medan

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi dunia perbankan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan tabungan haji.

2. Sebagai syarat dalam memperoleh gelar S-1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk memperkaya khasanah dunia ilmu pengetahuan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan datang.

4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni.

5. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam mengambil keputusan.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian dan Fungsi Bank Syariah

Menurut Antonio (2001) terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah. (1) dari segi akad dan aspek legalitas: akad yang dilakukan bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006 yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani perkara perbankan syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. (2) Struktur Organisasi: Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional. Tapi unsur yang membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. 3) Bisnis dan usaha yang dibiayai: Bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari saringan syariah. (4) Lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam.

2.2 Prinsip Perbankan Syariah

Prinsip perbankan syariah merupakan aturan dasar yang berdasarkan hukum Islam, khususnya aturan muamalat yang mengatur hubungan antara bank dengan pihak lain dalam rangka penghimpunan dan penyaluran dana serta


(33)

kegiatan perbankan syariah lainnya. Adapun prinsip operasional lain yang lazimdilakukan oleh bank syariah dalam kegiatan usaha dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mendapat persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (PKES, 2008).

2.3 Haji

2.3.1 Pengertian Haji

Secara lughawi Al-Hajju berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Dan secara istilah al-Hajju berati mengunjungi Ka’bah untuk beribadat kepada Allah dengan syarat-syarat dan rukun-rukun serta beberapa kewajiban tertentu dan melaksanakannya dalam waktu tertentu (Nogarsyah,2007).

Haji adalah rukun Islam yang kelima dan oleh karenanya, wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mampu. Orang yang menginkari hukum wajibnya adalah kufur dan murtad dari agama Islam (Nogarsyah,2007).


(34)

2.3.2 Tujuan Ibadah Haji

Tujuan beribadah haji seperti halnya dengan ibadah-ibadah lainnya, tidak boleh lain kecuali untuk dengan secara ikhlas menyembah Allah, memperhambakan diri kepada-Nya dan hanya karena mematuhi perintah-Nya. Jika karena melaksanakan ibadah haji seseorang mendapat kepuasan batin, maka kepuasan batin itu bukan menjadi tujuan beribadah lagi. Kepuasan batin mungkin hanya sekedar hasil dari pelaksanaan ibadah haji yang ikhlas (Nogarsyah,2007)

Jika setelah melaksanakan ibadah haji seseorang biasanya menjadi lebih kaya, baik lahir maupun batin maka kekayaan itu tidak boleh diangkat menjadi tujuan melaksanakan ibadah haji. Kekayaan lahir dan batin itu mungkin hanya sekedar hasil dari pelaksanaan ibadah haji yang ikhlas (Nogarsyah, 2007).

2.3.3 Dasar Hukum Ibadah Haji

Ibadah haji diwajibkan Allah atas setiap umat Islam yang mampu. Mengenai itu Allah SWT, berfirman dalam Q.S. 3, Ali ‘Imran : 97 :

“… dan karena Allah, wajiblah atas manusia melaksanakan Ibadah Haji ke Baitullah yaitu, bagi yang mampu melakukan perjalanan ke sana.”

Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup. Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan ibadah haji hanya sekali sejak dan saat pertama perintah haji itu turun yaitu pada haji wada’ (haji selamat tinggal) pada tahun kesepuluh hijrah. (Nogarsyah,2007)

2.3.4 Waktu Melaksanakan Ibadah Haji

Waktu melaksanakan ibadah haji telah ditetapkan oleh firmah Allah SWT, seperti terlihat dalam Q.S (2) Al-Baqarah 189:


(35)

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah : “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.”

Para ulama sependapat bahwa bulan-bulan haji itu adalah “ Syawal. Dzulqa’idah dan Dzulhijjah. Meskipun ketiga bulan itu disebut bulan-bulan haji, namun pelaksanaan ibadah haji sesungguhnya terjadi dalam bulan Dzulhijjah (Nogarsyah,2007).

2.3.5 Syarat-syarat wajib haji

Para ulama sepakat tentang lima syarat wajib melaksanakan ibadah haji. Syarat-syarat tersebut adalah (Nogarsyah,2007):

1. Islam. Orang-orang kafir tidak terbeban kewajibannya melaksanakan ibadah haji.

2. Baligh. Anak-anak tidak terbeban kwajiban melaksanakan ibadah haji. 3. Berakal. Orang-orang yang gila, idiot, kurang sempurna akalnya, sakit

ingatan dan yang semacamnya tidak berbeban kewajiban melaksanakan ibaha haji.

4. Merdeka. Hamba tidak wajib melaksanakan ibadah haji karena ia terbeban kewajiban melaksanakan perintah majikannya. Sedang ibadah haji memerlukan waktu. Di samping itu, hamba diperkirakan tidak mampu dilihat dari segi biaya dan lainnya.

5. Mampu (istitha’ah). Yang dimaksud dengan mampu itu adalah kecukupan dari segi biaya (baik untuk yang pergi maupun untuk yang tinggal di kampung), kekuatan dalam perjalanan serta tidak terhalang dilihat dari segi-segi keamanan, kendaraan, dan sebagainya. Bagi orang yang tempat


(36)

tinggalnya berdekatan dengan kota Mekah, syarat-syarat tersebut tentu berkurang, misalnya tidak terhalang dengan kenderaan, perongkosan, biaya makan dan lain-lain.

2.3.6 Rukun-rukun haji dan Wajib Haji

Rukun-rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib diperbuat selama dalam masa melaksanakan ibadah haji. Satu saja dari rukun-rukun itu tertinggal maka ibadah haji menjadi tidak sah. Rukun-rukun haji adalah :

1. Ihram, yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau

umrah di Miqat Makani

2. Wuquf di ‘Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdoa di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah.

3. Thawaf (thawaf ifadhah), yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali

,dilakukan sesudah melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah. 4. Sa’i antara Shafa dan Marwah, yaitu ber jalan atau berlari-lari kecil antara

Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali dilakukan sesudah Tawaf Ifadah 5. Tahallul, yaitu mencukur rambut kepala atau memotongnya

6. Tertib

Sedangkan wajib haji yakni :

1. Ihram dengan Miqat setelah berpakain ihram 2. Melempar jumrah pada tanggal 10 Zulhijah

3. Mabit (bermalam) di Muzdalifah


(37)

5. Thawaf wada, yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota Mekah.

Gambar 2.3.6 Pakaian Ihram

Perbedaan antara wajib-wajib haji dengan rukun-rukun haji adalah bahwa jika wajib-wajib haji tertinggal terlanggar maka ibadah haji yang melaksanakan tetap sah, tetapi orangnya terkena kewajiban membayar dam (denda). Jika rukun haji yang tertinggal terlanggar maka hajinya menjadi tidak sah.

2.3.7 Macam-macam Haji 1. Haji Ifrad

Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad, jika seseorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai maka orang tersebut mengenakan ihram lagi untuk melaksanakan umrah. Atau boleh juga


(38)

sebaliknya yaitu ia melaksanakan umrah terlebih dahulu secara tersendiri. Kemudian ia, mengenakan pakaian ihram lagi untuk mnelaksanakan ibadah haji pada waktunya, di tahun yang sama.

2. Haji Tamattu’

Kata tamattu’ mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulan haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, di tahun yang sama.

Tamattu’ dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Dua ibadah tersebut adalah haji dan umrah. Cara melaksanakan haji tamattu’ adalah bahwa para anggita jama’ah mengenakan pakaian ihram di miqat makani dan berniat melaksanakan umrah serta mengucapkan talbiyah.

3. Haji Qiran

Kta qiran mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram utnuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.

Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak dari miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Dan karena tetap berpakaian ihram, baik siang maupun malam maka semua larangan tidak boleh dilakukan atau terlakukan. (Nogarsyah, 2007).


(39)

2.4 Konsep Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyrakat yang bersangkut an.

Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan ke beberapa golongan yaitu mayarakat berpendapatan rendah, masyarakat golongan menengah serta masyarakat berpendapatan tinggi.

Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, pendidikan. Kehidupan moral dan rasa harga diri atau status social seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan berbeda.

Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung.

Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki. Adanya perbedaan distribusi pemilik faktor-faktor yang dimiliki. Adanya perbedaan distribusi pemilikan faktor-faktor ekonomi tersebut dapat menyebabkan ketimpangan dalam jumlah pendapatan yang diterima masing-masing individu karena balas jasa yang diterima dari berbagai faktor ekonomi sperti keahlian, modal, dan tanah juga akan berbeda satu sama lain. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran


(40)

dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Konsep pendapatan nasional yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita pada umumnya adalah Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Pengertian domestik/regional disini dapat merupakan Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota. Transaksi Ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen). 2.5 Tabungan Haji

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa depan sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam QS An-Nissa ayat 9 dan QS Al-Baqarah ayat 266 yang menyatakan bahwa “Allah memerintahkan manusia untuk mengantisipasi dan memepersiapkan masa depan untuk keturunannya baik secara rohani atau iman maupun secara ekonomi“. Menabung adalah salah satu langkah dari persiapan tersebut (Antonio, 2000, 205-206).

Tabungan haji berprinsip mudharabah al mutlaqah ini tidak dapat diambil setiap saat sehingga tidak perlu diberikan ATM atau kartu yang sejenis itu. Tabungan mudharabah ini merupakan “investasi” yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan oleh karena itu, modal yang diserahkan kepada


(41)

pengelola dana/mudharib (bank) tidak boleh ditarik sebelum akad tersebut berakhir. Hal ini disebakan karena kelancaran usaha yang dilakukan oleh mudharib sehubungan dengan pengelolaan dana tersebut.

Menarik untuk dijelaskan kenapa tabungan mudharabah tidak boleh ditarik setiap saat, hal ini sangat terkait dengan pembagian hasil usaha. Dalam pembagian hasil usaha kepda individu rekening data yang dipergunakan adalah saldo rata-rata yaitu penjumlahan saldo setiap tanggal dibagi dengan bagi hasil. Jadi setiap rekening yang mempunyai saldo, berapa pun besarnya dan berapa pun lamanya mengendapwalaupun hanya satu hari akan menghasilkan saldo rata-rata. (Wiroso, 2005).

2.6 Pendapatan Perkapita

Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan ke dalam beberapa golongan yaitu : masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan golongan menengah serta masyarakat berpendapatan tinggi.

Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, pendidikan, kehidupan dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan berbeda.

Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung.


(42)

Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki. Adanya perbedaan distribusi demikian faktor-faktor ekonomi tersebut dapat menyebabkan kesimpulan dalam jumlah pendapatan yang diterima masing-masing individu, karena balas jasa yang diterima dari berbagai faktor ekonomi seperti keahlian, modal dan tanah akan berbeda satu sama lain.

2.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan agar pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataannya semakin membaik sesuai dengan digariskan dalam GBHN dan UUD 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.

Masyarakat adil dan makmur tercapai bila terpenuhi kebutuhan materiil dan spiritual, namun kriteria dan ukurannya sebagai patokan belum ada yang pasti. Jadi, untuk analisa semata-mata hanya berdasarkan pada kebutuhan secara fisik/materiil.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pembangunan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu ditunjukkan oleh Duta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun atas harga konstan.


(43)

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator maka yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun dengan terjadinya pertumbuhan PDRB yang relatif tinggi, belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena hal ini sangat bergantung pada perkembangan jumlah penduduk. Walaupun pertumbuhan PDRB mengalami peningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa ditekan bahkan lebih besar persentase pertumbuhan penduduk daripada persentasi pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat. Untuk itu PDRB per kapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran.

2.7 Jumlah Penduduk Muslim

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.


(44)

• Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Penduduk merupakan isu yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, karena:

• Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk baik kualitas fisik maupun non fisik.

• Keadaan penduduk sangat mempengaruhi dinamika pembangunan. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional.

2.8 Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

2.8.1. Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi (Prathama dan Mandala, 2001:203):


(45)

harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.

2. Bersifat umum

kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.

3. Berlangsung terus menerus

kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

2.8.2 Tingkat Inflasi

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Merayap (Creeping Inflation): laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi menengah (Galloping Inflation): ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation): Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.


(46)

2.8.3 Teori Inflasi 1. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f (jumlah uang beredar, kredit) 2. Teori Inflasi Keynes

Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar- benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program


(47)

investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

3. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

4. Teori Ekspektasi: Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :


(48)

2.8.4 Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:

a. Consumer Price Index (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of market basket in base year) x 100%.

b. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index

Indeks yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

c. GNP Deflator merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan

PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100% 2.8.5Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:

a. Demand Pull Inflation: timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih

cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.


(49)

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation: inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a. Domestic Inflation: tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh

kenaikan harga barang secaraumum di dalam negeri.

b. Imported Inflation: tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh

kenaikan harga-harga barang 2.8.6 Efek Inflasi

1. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effects)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi atau mereka yang mempunyai kekayaan dalam bentuk uang dimana nilainya naik dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi. 2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat merubah alokasi faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi berbagai barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami


(50)

kenaikan yang lebih besar dan barang lain, yang kemudian mendorong produksi barang tersebut. Kenaikan produksi ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi namun kebanyaan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

3. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Dalam menganalisa kedua efek diatas digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu.

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaiakna produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (Hyper Inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi dapat dibarengi dengan penurunan output. (Nopirin, 1987)

Pengaruh terhadap perekonomian:


(51)

Saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi spekulatif, misalnya membeli rumah, tanah, menyimpan barang berharga. Daripada melakukan investasi yang produktif.

b. Mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif. Perbankan atau lembaga keuangan lainnya akan menaikkan tingkat bunga pinjaman untuk menghindari kemerosotan nilai uang (modal) yang mereka pinjamkan.

c. Menimbukan ketidakpastian ekonomi di masa depan Inflasi akan terus berkembang jika tidak ditangani.

• Gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi dan arah perkembangan ekonomi susah untuk diramalkan.

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran

• Inflasi selalu menyebabkan harga barang impor selalu lebih murah dari barang produksi luar negeri.

• Dan arus modal keluar negeri akan lebih cepat daripada ke dalam negeri. • Sehingga mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit neraca pembayaran.

Akibat inflasi terhadap individu dan masyarakat a. Kesenjangan Distribusi Pendapatan

Saat inflasi, nilai harga tetap (seperti tanah, rumah, dan bangunan pabrik) akan mengalami kenaikan. Dan kondisi ini sangat menguntungkan bagi para pemilik modal. Sebaliknya nilai pendapatan riil penduduk akan merosot, dengan demikian inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan.


(52)

b. Pendapatan Riil Merosot

Saat Inflasi, harga naik mendahului kenaikan pendapatan. Sedangkan sebagian tenaga kerja merupakan para pekerja berpenghasilan tetap. Dengan demikian inflasi mengakibatkan kemerosotan pendapatan riil masyarakat. Berarti kemakmuran masyarakat menurun

c Nilai Riil Tabungan Merosot

Saat inflasi, deposito akan menurun sehingga masyarakat yang memiliki uang tunai tersebut akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya.

2.9 Ongkos Naik Haji (ONH)

Jumlah Ongkos Naik Haji (ONH) adalah ongkos yang dikenakan kepada calon jamaah haji per orangnya selama keberangkatan dari tanah air, di tanah suci sampai pulang ke tanah air. Jumlah ONH disesuaikan dengan kurs Dollar. Indonesia menyediakan jasa angkatan laut untuk keberangkatan haji pada tahun 1949. Jalur Berdikari juga ada untuk keberangkatan haji. Sedangkan untuk keberangkatan haji melalui jalur udara secara keseluruhan di berbagai daerah di Indonesia pada tahun 1979 dengan ONH Rp. 766,000. ONH setiap tahun mengalami kenaikan, ini disebakan karena kurs Dollar yang tidak stabil. Pada tahun 2000 Indonesia memberlakukan sistem paket ONH. Paket A sebesar Rp 21.500.000 Paket B sebesar Rp 20.500.000 sedangkan untuk Paket C sebesar Rp. 19.500.000. Mulai pada tahun 2001 ONH disesuaikan dengan kurs Dollar yang sebelumnya ONH ditetapkan oleh Keputusan Presiden yang disesuaikan keadaan ekonomi pada saat itu. Pada tahun 2001 juga ada biaya tambahan yang dikenakan sebagai uang administrasi yang besarnya berbeda-beda setiap tahunnya. Walaupun


(53)

ongkos naik haji setiap tahunnya meningkat tapi tidak menurunkan antusias umat Islam di Indonesia untuk pergi melakukan salah satu Rukun Islam terutama bagi kalangan yang mampu secara finasial maupun kesehatan. (Bidang HAZAWA Kanwil Depsu).

2.10 Kuota Haji

Kuota haji adalah jumlah calon jamaah haji yang dizinkan pemerintah untuk menunaikan ibadah haji. Kuota sebenarnya ditetapkan terlebih dahulu oleh Pemerintah Arab Saudi. Kemudian masing-masing Negara menetapkan jumlah kuota haji pada masing-masing daerah. Antusias umat Islam untuk menunaikan ibadah haji sangatlah tinggi. Ini dibuktikan selalu saja ada jamaah haji yang menunggu sampai 2 atau 3 tahun untuk mendapatkan porsi haji. Jumlah jamaah yang ingin menunaikan tidak sesuai dengan kuota haji sehingga banyak dari jamaah yang kecewa karena tidak dapat berangkat pada tahun yang diinginkan. Kemudahan dalam berangkat haji telah banyak diberikan oleh bank-bank yang menyediakan jasa penyimpanan tabungan haji. Salah satunya Bank Mandiri Syariah yang membuka Tabungan Talangan Haji. Tabungan Talangan Haji ini maksudnya bank menggunakan dana bank terlebih dahulu untuk mendapatkan porsi haji. Lalu si penabung bisa mencicil sesuai dengan kesepakatan bersama. Talangan Haji ini memberikan keuntungan yakni keberangkatan haji telah diketahui pada tahun berapa, berbeda dengan tabungan haji biasa. Tabungan haji biasa harus menyetorkan sampai dengan jumlah untuk mendapatkan porsi tabungan haji. Pada tahun ini Bank Syariah Mandiri menetapkan Rp. 25.000.000 untuk mendapatkan porsi (kursi) haji (Bank Syariah Mandiri). Sedangkan untuk


(54)

keberangkatan haji sampai tahun 2016 sudah penuh terisi. Data ini juga bisa dapat berubah sewaktu-waktu karena masih banyaknya umat Islam yang ingin berangkat haji (Bidang HAZAWA Kanwil Depsu)

2.11 Teori Konvensional tentang Menabung - Loanable Funds

Tabungan, menurut teori klasik (teori yang dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo, dll) adalah fungsi dari bunga, makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Sedangkan bunga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds atau bisa diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana untuk investasi. Investasi juga merupakan tujuan dari tingkat bunga.

Semakin tinggi tingkat bunga (tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dan yang semakin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :


(55)

Gambar 2.1 i (bunga)

tabungan i1

io

investasi 1

investasi 0

So Si Q(investasi)

Grafik hubungan tingkat bunga dan investasi

Liquidity preference Keynes dalam teorinya menyebutkan bahwa, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa seseorang bersedia untuk menabung uang tunai, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi (Boediono, 1982:82). Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang dikenal dengan istilah Liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi pada umumnya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif tersebut.

Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi.


(56)

2.12 Manfaat Menabung Bagi Bank

Penghimpun dana yang berhasil di kumpulkan oleh bank akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari kredit inilah bank akan memperoleh keuntungan dari bagi hasil yang telah di tetapkan.

Bagi Nasabah

a. Memperoleh bagi hasil dari uang yang di tabung

b. Dapat digunakan sebagai jaminan di masa yang akan datang. Kebutuhan manusia dari waktu ke waktu akan semakin kompleks, demikian pula pada masa yang akan datang. Namun pendapatan yang diperoleh belum mampu menutup pertambahan kebutuhan tersebut, maka untuk jaminannya seseorang perlu menabung.

c. Mendidik masyarakat untuk tidak hidup konsumtif. Dengan menabung di hrapkan masyarakat lebih bersikap hemat dalam membelanjakan uangnya. 2.13 Pola Tabungan dan Investasi Islami

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa depan sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam QS An-Nissa ayat 9 dan QS Al-Baqarah ayat 266 yang menyatakan bahwa “Allah memerintahkan manusia untuk mengantisipasi dan memepersiapkan masa depan untuk keturunannya baik secara rohani atau iman


(57)

maupun secara ekonomi“. Menabung adalah salah satu langkah dari persiapan tersebut (Antonio, 2000, 205-206).

Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi keputusan dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, antara lain :

(1). Untuk berjaga-jaga ketidakpastian masa depan

(2). Untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa depan

(3). Untuk mengakumulasikan kekayaan. Demikian pula seseorang mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkan pada sektor produktif. Dengan investasi, maka seseorang rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapatkan hasil (return) dimasa datang. Dengan adanya return dimasa depan berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.

Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dengan penghapusan bunga.

Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi mudharabah dan musyarakah (Hendrianto, 2003, 143-144).


(58)

2.14 Hubungan antara variable independent dengan variable dependent 1. Hubungan antara jumlah tabungan haji dengan pendapatan perkapita

Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki. Adanya perbedaan distribusi demikian faktor-faktor ekonomi tersebut dapat menyebabkan kesimpulan dalam jumlah pendapatan yang diterima masing-masing individu, karena balas jasa yang diterima dari berbagai faktor ekonomi seperti keahlian, modal dan tanah akan berbeda satu sama lain. Jadi secara logika semakin meningkat pendapatan per kapita maka akan semakin tinggi keinginan untuk menabungn dan juga akan mempengaruhi jumlah tabungan haji.

2. Hubungan antara jumlah tabungan haji dengan jumlah penduduk muslim di Medan.

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Jumlah penduduk muslim yang hampir sebesar 70% dari total keseluruhan jumlah penduduk di Medan. Sehingga kesempatan untuk jumlah tabungan haji meningkat semakin besar.


(59)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi atau mereka yang mempunyai kekayaan dalam bentuk uang dimana nilainya naik dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi. Tetapi dalam hal ini jika inflasi semakin meningkat maka akan berpengaruh negative terhadap jumlah tabungan haji. Karena jika iflasi meningkat maka akan meningkat pula ONH. Sehingga memberi dampak pada jumlah tabungan haji.

4. Hubungan antara jumlah tabungan haji pada jumlah ongkos naik haji (ONH). Ongkos naik haji yang berbeda-beda setiap tahunnya dikarenakan kurs Dollar. Nilai tukar Rupiah yang tidak stabil terhadap Dollar mengakibatkan keadaan ekonomi yang tidak bisa diprediksi. Jumlah ongkos haji yang semakin meningkat setiap tahunnya akan berpengaruh negatif terhadap jumlah tabungan haji. Pada tahun 1998 ONH mencapai angka tertinggi yakni sebesar Rp. 27.373.000 sehingga jumlah jemaah haji menurun drastis. Ini dikarenakan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar yakni mencapai Rp. 10.000.

5. Hubungan antara jumlah tabungan haji pada jumlah kuota haji.

Antusias umat Islam untuk menunaikan ibadah haji sangatlah tinggi. Ini dibuktikan selalu saja ada jamaah haji yang menunggu sampai 2 atau 3 tahun bahkan lebih untuk mendapatkan porsi haji. Jumlah jamaah yang ingin menunaikan tidak sesuai dengan kuota haji sehingga banyak dari jamaah yang kecewa karena tidak dapat berangkat pada tahun yang diinginkan. Kuota haji yang


(60)

terbatas akan berpengaruh negatif terhadap jumlah tabungan haji. Kuota haji masing-masing daerah telah ditetapkan oleh negara. Sehingga kalau porsi haji pada tahun yang diinginkan telah penuh maka calon jamaah haji harus menunggu sampai tahun berikutnya.


(1)

1989

1.032 jiwa

5.490.240.000,00

1990

1.366 jiwa

7.267.120.000,00

1991

863 jiwa

5.587.925.000,00

1992

1.385 jiwa

9.279.500.000,00

1993

1.584 jiwa

10.929.600.000,00

1994

2.021 jiwa

14.288.470.000,00

1995

3.035 jiwa

18.318.726.000,00

1996

2.426 jiwa

25.895.505.000,00

1997

2.878 jiwa

81.215.691.000,00

1998

2.967 jiwa

17.833.680.000,00

1999

861 jiwa

54.632.500.000,00

2000

2.665 jiwa

58.814.500.000,00

2001

2.869 jiwa

67.987.400.000,00

2002

3.790 jiwa

78.954.488.000,00

2003

3.543 jiwa

100.651.473.000,00

2004

3.852 jiwa

86.297.325.900,00

2005

3.497 jiwa

86.768.953.824,00

2006

3.346 jiwa

87.998.450.000,00

2007

3.479 jiwa

79.678.556.000,00

2008

3.129 jiwa

75.765.870.000,00

2009

2.519 jiwa

70.528.000.000,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Bank Indonesia, dan Bidang Hazwa

Kanwil Sumatera Utara

LAMPIRAN KE II

HASIL REGREST PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN PER KAPITA

(X1t) JUMLAH PENDUDUK MUSLIM (X2t) TINGKAT INFLASI (X3t),

JUMLAH ONGKOS NAIK HAJI (X4t), JUMLAH KUOTA HAJI (X4t)

TERHADAP JUMLAH TABUNGAN HAJI DI MEDAN (Y)

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:42 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.78E+10 3.82E+10 -1.251549 0.2259

X1 111.0375 123.0556 0.902336 0.3782

X2 29135.01 36521.71 0.797745 0.4349

X3 -3.37E+08 1.92E+08 -1.757279 0.0950

X4 1752.199 455.9307 3.843127 0.0011

X5 13554526 3941046. 3.439322 0.0027

R-squared 0.901160 Mean dependent var 4.24E+10 Adjusted R-squared 0.875149 S.D. dependent var 3.58E+10 S.E. of regression 1.26E+10 Akaike info criterion 49.56356


(2)

Sum squared resid 3.04E+21 Schwarz criterion 49.85609 Log likelihood -613.5445 F-statistic 34.64582 Durbin-Watson stat 1.828383 Prob(F-statistic) 0.000000

LAMPIRAN III

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDAPATAN PER

KAPITA (X1t) TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MUSLIM KOTA

MEDAN (X2t)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:26 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -33042037 49626574 -0.665813 0.5122

X2 34.95211 39.51573 0.884511 0.3856

R-squared 0.032897 Mean dependent var 10637290 Adjusted R-squared -0.009151 S.D. dependent var 24470534 S.E. of regression 24582248 Akaike info criterion 36.94957 Sum squared resid 1.39E+16 Schwarz criterion 37.04708 Log likelihood -459.8696 F-statistic 0.782360 Durbin-Watson stat 1.896552 Prob(F-statistic) 0.385574

LAMPIRAN IV

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDAPATAN PER

KAPITA (X1t) TERHADAP TINGKAT INFLASI KOTA MEDAN (X3t)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:29 Sample: 1985 2009


(3)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8350012. 6183152. 1.350446 0.1900

X3 199978.9 322991.0 0.619147 0.5419

R-squared 0.016394 Mean dependent var 10637290 Adjusted R-squared -0.026372 S.D. dependent var 24470534 S.E. of regression 24791099 Akaike info criterion 36.96649 Sum squared resid 1.41E+16 Schwarz criterion 37.06400 Log likelihood -460.0811 F-statistic 0.383343 Durbin-Watson stat 1.763258 Prob(F-statistic) 0.541904

LAMPIRAN V

UJI MULIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDAPATAN PER

KAPITA (X1t) TERHADAP JUMLAH ONGKOS NAIK HAJI (X4t)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:30 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2921608. 8302023. -0.351915 0.7281

X4 0.924772 0.470203 1.966749 0.0614

R-squared 0.143966 Mean dependent var 10637290 Adjusted R-squared 0.106747 S.D. dependent var 24470534 S.E. of regression 23127601 Akaike info criterion 36.82757 Sum squared resid 1.23E+16 Schwarz criterion 36.92508 Log likelihood -458.3446 F-statistic 3.868101 Durbin-Watson stat 2.177309 Prob(F-statistic) 0.061391

LAMPIRAN VI

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDAPATAN PER

KAPITA (X1t) TERHADAP JUMLAH KUOTA HAJI (X5t)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:31 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8547351. 10937820 -0.781449 0.4425


(4)

R-squared 0.140188 Mean dependent var 10637290 Adjusted R-squared 0.102805 S.D. dependent var 24470534 S.E. of regression 23178586 Akaike info criterion 36.83197 Sum squared resid 1.24E+16 Schwarz criterion 36.92948 Log likelihood -458.3997 F-statistic 3.750029 Durbin-Watson stat 2.192923 Prob(F-statistic) 0.065188

LAMPIRAN VII

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDUDUK MUSLIM

KOTA MEDAN (X2

t

) TERHADAP JUMLAH ONGKOS NAIK HAJI (X4

t

)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:33 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1118221. 32837.98 34.05268 0.0000

X4 0.008967 0.001860 4.821223 0.0001

R-squared 0.502640 Mean dependent var 1249691. Adjusted R-squared 0.481016 S.D. dependent var 126983.1 S.E. of regression 91479.34 Akaike info criterion 25.76223 Sum squared resid 1.92E+11 Schwarz criterion 25.85974 Log likelihood -320.0279 F-statistic 23.24419 Durbin-Watson stat 0.885484 Prob(F-statistic) 0.000073

LAMPIRAN VIII

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH PENDUDUK MUSLIM

KOTA MEDAN (X2t) TERHADAP JUMLAH KUOTA HAJI (X5t)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:34 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1052709. 41114.45 25.60436 0.0000

X5 86.67680 16.38615 5.289636 0.0000

R-squared 0.548845 Mean dependent var 1249691. Adjusted R-squared 0.529229 S.D. dependent var 126983.1 S.E. of regression 87126.57 Akaike info criterion 25.66473 Sum squared resid 1.75E+11 Schwarz criterion 25.76224


(5)

Log likelihood -318.8091 F-statistic 27.98025 Durbin-Watson stat 0.702364 Prob(F-statistic) 0.000023

LAMPIRAN IX

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA TINGKAT INFLASI KOTA

MEDAN (X3t) TERHADAP JUMLAH ONGKOS NAIK HAJI (X4t)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:36 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 14.42770 5.695791 2.533046 0.0186

X4 -2.04E-07 3.23E-07 -0.632179 0.5335

R-squared 0.017079 Mean dependent var 11.43760 Adjusted R-squared -0.025656 S.D. dependent var 15.66750 S.E. of regression 15.86721 Akaike info criterion 8.443005 Sum squared resid 5790.674 Schwarz criterion 8.540515 Log likelihood -103.5376 F-statistic 0.399650 Durbin-Watson stat 2.089240 Prob(F-statistic) 0.533505

LAMPIRAN X

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA TINGKAT INFLASI KOTA

MEDAN (X3t) TERHADAP JUMLAH KUOTA HAJI (X5t)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:37 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.325102 7.420152 0.717654 0.4802

X5 0.002690 0.002957 0.909495 0.3725

R-squared 0.034716 Mean dependent var 11.43760 Adjusted R-squared -0.007253 S.D. dependent var 15.66750 S.E. of regression 15.72422 Akaike info criterion 8.424899 Sum squared resid 5686.772 Schwarz criterion 8.522409 Log likelihood -103.3112 F-statistic 0.827181 Durbin-Watson stat 2.072287 Prob(F-statistic) 0.372522


(6)

LAMPIRAN XI

UJI MULTIKOLINERITAS ANTARA JUMLAH KUOTA HAJI (X5t)

TERHADAP JUMLAH ONGKOS NAIK HAJI (X4t)

Dependent Variable: X5 Method: Least Squares Date: 02/23/11 Time: 20:39 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1196.725 292.2464 4.094920 0.0004

X4 7.34E-05 1.66E-05 4.433238 0.0002

R-squared 0.460772 Mean dependent var 2272.600 Adjusted R-squared 0.437328 S.D. dependent var 1085.345 S.E. of regression 814.1337 Akaike info criterion 16.31874 Sum squared resid 15244715 Schwarz criterion 16.41625 Log likelihood -201.9843 F-statistic 19.65360 Durbin-Watson stat 1.413248 Prob(F-statistic) 0.000191