Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH JAMAAH HAJI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI Oleh

MUZAKKIR MA’RUF 070501015

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan

Tanggal :

Pembimbing

Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak NIP: 19750909 2008 1 012


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN Hari : Rabu

Tanggal : 27 Juli 2011

Waktu : 09.00 WIB - Selesai Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19750909 2008 1 012

Penguji I Penguji II

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Drs. A. Samad Zaino, MS NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19460810 197412 1 001


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK Nama : Muzakkir Ma’ruf

NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan

Tanggal :

Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal :

Dekan

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP: 19550810 198303 1 004


(5)

ABSTRACT

This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.

In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).

Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).

Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.


(7)

KATA PENGANTAR

Assallamualaikum, Wr, Wb.

Penulis mengucapkan Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmad dan Hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan skripsi yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta yaitu Ahmad Choudry, SH dan Ibunda tercinta yaitu Syarifah Yuni, yang terus memberikan, nasihat, bimbingan, dan do’a kepada penulis. Dan taklupa juga saya ucapkan kepada Ahsanul Arifin, Yulia Dewi, Fauziah Fitri, Ahmad Pranoto, Ismayuni Ulfa yang telah membantu dalam memberikan fasilitas, do’a dan kasih sayang kepada penulis, dan saya ucapkan terima kasih kepada, seluruh teman-teman di Departeman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2007 yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ariyo Pratomo, S.E., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Bapak Drs. A.Samad Zaino M.S dan Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D sebagai dosen pembanding ketika seminar proposal dan menjadi dosen penguji skripsi dalam ujian komprehensif dan meja hijau.

6. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan perkuliahan kepada penulis, dan segenap staf administrasi, dan staf pendukung di Fakultas Ekonomi, dan Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, dan.

7. Seluruh petugas dari Asrama Haji Kota Medan yang telah membantu penulis dalam mencari informasi-informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnana. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk menambah ilmu pengetahuan yang akan sangat bermanfaat nantinya bagi semua pihak. Wassallamualaikum, Wr, Wb.

Medan, Juli 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I :PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang…... 1

1.2. Rumusan Masalah... 9

1.3. Hipotesis Penelitian... 9

1.4. Tujuan Penelitian... 10

1.5. Manfaat Penelitian... 10

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro………...…. 11

2.2. Teori Permintaan………..…….... 12

2.3. Permintaan Terhadap Haji………..…….. 14

2.4. Pengertian Haji………...……….. 15

2.5. Tujuan Ibadah Haji... 15

2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji... 16

2.7. Syarat Wajib Haji... 18

2.8. Rukun Haji... 18

2.9. Wajib Haji………... 21

2.10.Macam-macam Haji... 24

2.11.Macam-macan Tawaf………...…...…...……… 26

2.12.Syarat-syarat Tawaf………..……… 27

2.13.Hari Tasyrik………..……… 27

2.14.Jumlah Jamaah Haji……….………. 28

2.15.Jumlah penduduk Muslim………...……….… 29


(10)

BAB III :METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32

3.2. Jenis Dan Sumber Data... 32

3.3. Teknnik Pengumpulan Data... 32

3.4. Pengelolahan Data... 32

3.5. Model Analisis Data... 33

3.6. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)... 34

3.6.1.Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)... 34

3.6.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 36

3.6.3.Koefisien Determinasi Berganda (R2)... 37

3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 38

3.7.1.Kolinearitas Ganda (Multicollinearity)... 38

3.7.2.Otokorelasi (Autocorrelation)………....……. 39

3.8. Definisi Operasional……….……… 40

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Pengertian Baitullah... 42

4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah (Ka’bah)... 43

4.1.2. Sejarah Tawaf... 46

4.2. Srejarah Singkat Haji di Indonesia ... 47

4.2.1. Haji Pasca Kemerdekaan Indonesia…...…………...… 50

4.2.2. Badan Penyelenggara Haji Indonesia (BPHI) Pertama.... 53

4.3. Layanan Pemerintah Terhadap Jamaah Haji…………...………. 54

4.3.1. Biaya Penyelenggara Ibadah Haji... 54

4.3.2. Memberikan Penyuluhan dan Informasi... 55

4.3.3. Petugas Haji………...…… 55

4.3.4. Dokumen Haji………...…...………. 56

4.3.5. Pemondokan/Akomodasi………...……...………… 56

4.3.6. Pelayanan Kesehatan………..……….. 57

4.3.7. Kendaraan Haji………..………...……… 57

4.4. Cara Pendaftaran Haji……….……….. 58


(11)

4.4.2. Batasan Pendaftaran Haji……….………. 59

4.4.3. Perbedaan BPIH Biasa Dengan BPIH Khusus……...….. 59

4.4.4. Tempat Pembayaran BPIH………...…… 60

4.5. Sejarah Singkat Kota Medan……… 60

4.6. Sejarah Singkat Haji di Medan……….……… 63

4.7. Asrama Haji……….……. 65

4.7.1. Berdirinya Asrama Haji Medan………...…...…….. 68

4.7.2. Manfaat Asrama Haji……… 70

4.8. Gambaran Umun Kota Medan……….. 71

4.8.1. Kota Medan Secara Geografis………...……..…. 72

4.8.2. Kondisi Iklim………...………. 73

4.8.3. Kota Medan Secara Demografis……...……… 73

4.9. Hasil Analisis Data………...……… 74

4.9.1. Regresi Linier Berganda………...………….74

4.9.2. Interpretasi Hasil Persamaan Regresi...……… 75

4.9.3. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)………..……...……… 76

4.9.3.1. Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 76

4.9.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 76

4.9.3.3. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ... 77

4.9.4. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 77

4.9.4.1. Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) ...77

4.9.4.2. Korelasi Serial/Otokorelasi (Serial Correlation/ autocorrelation)... 78

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

2.1 Jadwal Melontar Jumroh... ... 21 2.2 Beda Haji Dengan Umroh... 25


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

2.1 4.1 4.3

Kurva Permintaan………... Denah Ka’bah………...…… Peta Kota Medan………...

12 42 72


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1

2 3 4

Perkembangan Haji, Jumlah Penduduk Muslim, dan Pendapatan Perkapita di Kota Medan Pada Tahun 1981-2008

Hasil Estimasi Regresi, Uji Signifikansi T & F, R2 Hasil Pengujian Kolinearitas Ganda


(15)

ABSTRACT

This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.

In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).

Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).

Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penduduk merupakan unsur penting dari berdirinya suatu negara. Dimana dalam suatu negara ada yang dinamakan dengan pemerintahan yang berkuasa, adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain, sehingga tarbentuklah suatu negara kesatuan, itulah yang dimaksud dengan unsur berdirinya suatu negara,(Budiyanto,2004). Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terpadat didunia yang berada pada posisi ke empat. Dimana negara Cina berada pada urutan pertama, India berada pada urutan kedua, Amerika berada urutan ketiga, dan Indonesia di urutan keempat, (BPS.2000).

Dimana Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia, dengan jumlah penduduk islamnya di Indonesia mencapai 177,53 juta jiwa pada tahun 2000. Dengan jumlah umat Islam yang sedemikian banyak, maka negara Indonesia merupakan negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia, namun Indonesia bukanlah negara yang berazaskan Islam dalam menjalankan sistem pemerintahannya. Walaupun di Indonesia sendiri memiliki beberepa agama yang di akui oleh pemerintah Indonesia secara resmi yaitu berdasarkan penjelasan atas penetapan oleh Presiden yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, yaitu "Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu-Cu”. Maka selain dari pada agama yang ada di sebutkan adalah agama yang dilarang oleh pemerintah Indonesia atau ajaran sesat, (Wikipedia).


(18)

Dengan berbagai macam agama yang ada di Indonesia ini dapat menyebabkan adanya kecemburuan sosial antar agama lain yang lebih minoritas terhadap agama yang lebih mayoritas di daerah tersebut, bahkan dapat menimbulkan konflik antar agama seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada beberapa waktu lalu, maka sebenarnya hal semacam itu tidak perlu terjadi apabila ada kerjasama antar tokoh agama dan pemuka masyarakat yang lebih mementingkan kepantingan kebersamaan dari pada mementingkan kepentingan pribadi atau golonga tertentu, demi terciptanya perdamaian dengan saling menghargai serta saling menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Dimana daerah yang memiliki penduduk Islam terbesar di Indonesia sendiri pada tahun 2000 berada di propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 34.884.417 jiwa dari total jumlah penduduk provinsi Jawa Barat secara keseluruhan sebanyak 38.965.440, provinsi Jawa Timur berada pada urutan kedua terbesar dengan penduduk Islamnya yaitu sebanyak 33.747.695 jiwa dari jumlah total penduduk provinsi Jawa Timur sebanyak 36.294.280, dan yang ketiga yaitu provinsi Jawa Tengah dengan penduduk Islam sebanyak 29.942.066 jiwa dari jumlah penduduk provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 31.977.968. Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki penduduk terpadat diluar pulau jawa dengan total penduduk secara keseluruhan sebanyak 12.450.911, sedangkan jumlah umat Islamnya mencapai 7.530.839 jiwa, dan sebanyak 4.920.072 adalah agama lainnya yang ada di sumatera utara.(BPS,Sensus 2000).

Medan merupakan ibukota provinsi sumatera utara yang berpenduduk Islam pada tahun 2000 sebanyak 1.235.556 jiwa atau 72,65 %, Kristen sebanyak 351.858 jiwa atau 20,69%, Budha sebanyak 88.772 jiwa atau 5,22%, dan Hindhu


(19)

sebanyak 24.148 jiwa atau 1,42%, serta lain-lain sebanyak 340 jiwa atau 0,02%,(repository.usu).

Umat Islam didalam keagamaan memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai orang mukmin, karena itu merupakan suatu kewajiban dan keharusan agar dilaksanakan dalam beragama. Didalam agama Islam ada yang dinamakan rukun Islam, dimana rukun tersebut wajib kita laksanakan didalam kehidupan kita selama di dunia, dan akan di mintai pertanggung jawabanya di akhirat nanti. Dimana rukun Islam tersebut yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yang artinya bahwa kita mengakui tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Rukun Islam yang kedua yaitu mengerjakan sholat sehari semalam sebanyak lima waktu, dan ditambah dengan sholat-sholat sunat lainya bila perlu. Rukun Islam yang ketiga adalah mengeluarkan zakat, dimana zakat terbagi atas dua, yaitu zakat fitrah yang wajib dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan, dan dikeluarkan oleh umat Islam yang didasari atas perorangan yang dikeluarkan setiap kepala keluarga untuk mengeluarkan zakatnya bagi tanggungan keluarganya (jika keluarga tersebut mampu), dan zakat yang kedua yaitu zakat harta (zakat mall), ini dikeluarkan jika seseorang memiliki harta simpanan atau harta kekayaan yang lebih, maupun hasil yang dimilikinya telah mencapai nisabnya (ukurannya), dan apabila telah berlebih dari nisabnya dalam setahun maka wajiblah keluar zakatnya.

Sedangkan rukun Islam yang keempat adalah berpuasa selama dibulan Ramadhan, hal ini merupakan seruan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya :


(20)

“..Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu untuk berpuasa..”

Dalam menjalankan ibadah puasa ini Allah SWT hanya menyerukan kepada orang yang beriman, jika seseorang beragama Islam, namun belum tentu seseorang tersebut memiliki iman yang kuat untuk menjalankan puasa tersebut. Karena dalam menjalankan ibadah puasa ini tidak seorang pun yang mengetahuinya apakah seseorang tersebut puasa atau tidak, tetapi hanya orang yang bersangkutan dengan Allah dan malaikatnya saja, apakah seseorang tersebut berpuasa atau tidak. Sedangkan untuk ibadah-ibadah yang lainya dapat terlihat secara kasat mata oleh orang lain. Namun dalam menjalankan ibadah tersebut harus didasari dari dalam hati kita dan dilandasi keimanan.

Dan rukun Islam yang kelima adalah mengerjakan haji bagi yang mampu. Mampu dalam hal ini adalah, mampu dalam jasmani (lahiriah), maupun mampu secara rohani (batin/jiwa), serta mampu dalam hal finansial atau keadaan ekonomi. Dimana untuk melaksanakan haji merupakan keinginan setiap umat Islam, karena dengan berniat pergi haji saja kita sudah mendapatkan pahala, akan tetapi untuk pergi haji ini sangat dibutuhkan biaya yang sangat besar dan mahal, sehingga tidak semua umat Islam mampu untuk melaksanakan ibadah haji tersebut, dikarenakan ketidak mampuan tersebut, maka Allah SWT memberikan keringanan ibadah haji hanya diwajibkan hanya buat orang-orang yang mampu, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97 yang artinya:

“..Dan karena Allah, wajiblah atas manusia melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi yang mampu melaksanakan perjalanan kesana..”.


(21)

Bagi orang yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk dapat menunaikan ibadah haji ke Baitullah Makkah tersebut, maka haruslah dimanfaatkan peluang yang ada dan jangan disia-siakan, karena tidak semua orang Islam dapat kesempatan yang sama pula. Akan tetapi bila dilihat dari sisi perekonomian, ternyata umat Islam di Indonesia banyak memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah haji ke tanah suci, walau menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Pada kenyataanya setiap tahunya jumlah jamaah haji asal Indonesia mengalami peningkatan permintaan khususnya di Kota Medan sendiri, bahkan untuk keberangkatan tahun yang akan datang saja sudah dipenuhinoleh daftar antrian para jamaah yang sangat antusias untuk berangkat ketanah suci guna melaksanakan ibadah haji tersebut.

Maka dari pada itu sangat dibutuhkan peran dari pemerintah untuk dapat mengatur dan membuat jatah-jatah kursi yang ada bagi jamaah haji, sehingga jumlahnya secara menyeluruh dapat terpenuhi secara merata bagi masyarkat muslim yang ada di Indonesia untuk menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut sebagai kesempurnaan amal ibadahnya. Namun dalam pelaksanaanya keterbatasan jumlah jamaah ini bukanlah atas kehendak pemeritah indonesia, melainkan jatah tersebut sudah instruksi dari pemerintah kerajan Arab Saudi yang memiliki wewenang dalam memberikan batasan untuk jumlah jamaah haji dari negara-negara yang jumlah jamaah hajinya selalu mengalami peningkatan permintaan disetiap musim haji. Disini pemerintah Indonesia memiliki peranan yang cukup besar dalam membagikan jatah-jatah penambahan kursi untuk daerah-daerah disetiap provinsi untuk dapat terpenuhinya minat masyarakat


(22)

Indonesia yang penyebaranya hampir merata diseluruh tanah air di setiap provinsi, maka campur tangan pihak pemerintah dalam mengatur keberangkatan jamaah haji dan pemulangannya dari Makkah ke Indonesia juga sangat di butuhkan, terutama dalam masalah transportasi, jaminan kesehatan bagi para jamaahnya, serta pemondokan di tanah suci nantinya.

Wajib bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah haji apabila sudah memiliki kemampuan seperti dana yang cukup untuk berangkat haji, kesiapan jasmani, serta kesiapan rohani untuk melaksanakannya, dimana dalam mengerjakan rukun Islam yang kelima ini hanya wajib dilakukan sekali seumur hidup bagi yang mampu, dan selebihnya tidaklah wajib. Begitu ada tanda-tanda akan mendapatkan panggilan untuk menunaikan rukun Islam tersebut maka bersegeralah untuk melakukanya, dan tingalkanlah semua urusan duniawi untuk sementara. Dimana sabda Rasulullah SAW, telah mengingatkan di dalam suatu Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas:

“Bagi siapa yang ingin berhaji, hendaklah disegerakannya, karena kemungkinan tertunda karena jatuh sakit, hilang kendaraan atau kebentur hajat lainnya”.

Selain itu hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji maka seseorang haruslah mampu untuk melakukan ibadah wajib dan ibadah sunat lainnya. Dalam pelaksanaan ibadah haji sebaiknya kita menggunakan uang yang bersih (halal), karena dalam melaksanakan ibadah suci tersebut kita akan mendapatkan predikat Mabrur dari pelaksanakan ibadah haji tersebut.


(23)

Jumlah jamaah haji setiap tahunya terus bertambah, bahkan sampai melebihi batas antrian dari jumlah kursi yang tersedia, bahkan sampai 5 (lima) tahun berikutnya khususnya di kota Medan. Dimana jumlah penduduk muslim di kota Medan yang merupakan kota terpadat penduduknya sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk muslimnya pada tahun 2000 sebanyak 1.235.556 jiwa, mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun sebanyak 32.180 jiwa, sehingga penduduk muslim di kota medan pada tahun 2005 menjadi sebanyak 1.267.736 jiwa. Ini membuktikan dengan semakin banyaknya umat Islam di kota Medan, maka permintaan akan adanya penambahan jatah haji di kota Medan akan mengalami peningkatan. Dalam hal ini yang dimaksud penduduk muslim dikota medan adalah seluruh jumlah penduduk muslim yang terdaftar menurut catatan dinas sipil dikota Medan, yang dimana dalam setiap penduduk memiliki kartu tanda panduduk atau identitas yang secara resmi dan di akui oleh pemerintah kota Medan.(BPS, Medan)

Jumlah jamaah haji secara umum untuk wilayah Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunya, dalam hal ini pemerintah Arab Saudi telah memberikan jatah kursi (kuota) untuk setiap negara di dunia, tergantung dari jumlah jamaah haji setiap tahunnya yang berangkat ketanah suci. Kuota haji yang di berikan kepada Indonesia kemudian dibagikan keseluruh propinsi yang ada di Indonesia, dimana dalam menentukan propinsi mana yang lebih banyak jatah kuotanya, maka pemerintah menghitung berdasarkan jumlah penduduk muslimnya didaerah tersebut, dan berapa banyak jamaah hajinya tiap tahunnya yang akan berangkat haji, maka propinsi itulah yang banyak atau sedikit


(24)

hanya didasarkan kepada nomor antrian saat mendaftarkan diri di asrama haji setempat. Maka untuk daerah tingkat II kabupaten/kota tidak ada batasan dari jumlah jamaah haji yang akan berangkat ke tanah suci.(BPIH).

Untuk wilayah Sumatera Utara khususnya kota Medan yang memiliki pendapatan perkapita yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Utara, sebagai contoh pada tahun 2000 pendapatan perkapita kota Medan yaitu 7.242.601, dan pada tahun 2005 sebesar 12.350.761, hal ini dapat dilihat secara nyata dimana jumlah jamaah haji yang berangkat setiap tahunnya juga mengalami peningkatan permintaah. Seperti pada tahun 1990 jumlah jamaah haji di kota Medan yang berangkat ketanah suci sebanyak 1.366 orang, sedangkan ditahun 2000 jumlah jamaah haji yang berangkat dari kota Medan sebanyak 2.640 jamaah, namun faktor lain juga dapat mempengaruhi jumlah jamaah haji, tergantung dari jumlah kursi yang kosong untuk kabupaten/kota lainya yang ada di Sumatera Utara yang sewaktu-waktu dapat dialihkan untuk daerah yang mengalami lebih banyak permintaan terhadap jumlah jamaah hajinya, contoh di dalam kasus ini dalah Kota Medan. Ini berarti pendapatan perkapita sangat berpengaruh terhadap permintaan untuk berangkat menjalankan ibadah haji bagi masyarakat muslim di Kota Medan, sehingga jumlah jamaah haji akan terus mengalami peningkatan permintaan untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Hal ini bisa saja dikarenakan adanya faktor peningkatan atau perbaikan dari keadaan perekonomian bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya di Kota Medan.


(25)

Berdasarkan uraian yang ada diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah jamaah haji di kota Medan”. 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk Muslim dikota Medan, terhadap jumlah jamaah haji dikota Medan?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita dikota Medan, terhadap jumlah jamaah haji di kota Medan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraukan di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk Muslim dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.

2. Pendapatan perkapita dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari jumlah penduduk muslim di kota Medan terhadap jumlah jamaah haji di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap jumlah jamaah haji di kota Medan.


(26)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi badan penyelenggara ibadah haji (BPIH) untuk menambah kuota haji di Sumatera Utara.

2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya dalam Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi USU.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi yang akan melakukan penelitian yang serupa.

4. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi yang terkait dalam masalah penelitian ini.

5. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis, dalam mengembangkan tulisan ilmiah lainnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro

Teori ekonomi secara umun dikembangkan kedalam dua arah yang berbeda yaitu ekonomi secara makro dan secara mikro. Dalam ekonomi makro pembahasan yang dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok masyarakat, seperti pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi, pengangguran, anggaran pemerintah, dan lain-lain. Sementara dalam pembahasan ekonomi mikro yaitu tentang prilaku dari suatu ekonomi yang kecil seperti konsumen secara individual, dan perusahaan.

Perbedaan dari masalah pokok yang ada maka tampak sekilas bahwa teori ekonomi makro dan mikro merupakan dua bagian ilmu yang berbeda. Karena dengan demikian ekonomi makro yang biasa dikenal dengan istilah pendapatan masyarakat, sedangkan ekonomi mikro biasa dikenal dengan istilah teori harga. Namun dalam kenyataannya kedua teori ekonomi ini saling berkaitan satu dengn yang lainnya. Teori konsumsi masyarakat didalam pembahasan ekonomi makro merupakan contoh dari prilaku konsumen secara individual yang dibicarakan didalam ekonomi mikro.

Masalah pokok dalam ekonomi makro yang meliputi pertumbuhan ekonimi, inflasi, dan kesempatan kerja/pengangguran. Adapun awalmula munculnya teori ekonomi makro secara umum berawal dari gagalnya ekonomi mikro sekitar tahun 1930. Dalam masalah ini campurtangan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam stabilitas perekonomian baik itu bentuk campurtngan


(28)

dari pemerintah maupun kebijakan lainnya yang berhubungan dengan masalah pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sehingga muncul teori ekonomi makro.

Sementara pokok pembahasan dalam ekonomi mikro pada dasaranya merupakan kebijakan yang akan diambil oleh seorang konsumen, dan prinsip yang akan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam teori ekonomi mikro pembahasan yang mendasar adalah merupakan kekuatan ekonomi dalah hal permintaan dan penawaran dipasar oleh produsen dan konsumen, dimana permintaan yang terjadi merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara untuk produsen hal yang terjadi dipasar akan menjadi dasar penawaran bagi produsen ke konsumen.

2.2. Teori Permintaan

Inti dari pembahasan teori permintaan secara umum adalah mengungkapkan bagaimana ketergantungan terhadap jumlah barang atau jasa yang diminta terhadap harga barang atau jasa itu sendiri. Pada dasarnya konsumen meminta untuk membeli barang atau jasa, dikarenakan konsumen tersebut memiliki uang, serta mampu untuk membayar, dan memenuhi kebutuhannya tersebut. Secara umum masyarakat (Konsumen), lebih cenderung untuk mengharapkan harga dari barang atau jasa yang ada dipasar semakin menurun, namun pada kenyataannya harga barang atau jasa yang ditawarkan dipasaran secara bertahap lebih cendrung meningkat.

Teori Permintaan adalah teori ekonomi mikro yang menyatakan bahwa permintaan dapat mempengaruhi harga. Oleh karena itu, teori tersebut berasumsi bahwa ketika permintaan barang atau jasa di pasaran naik, maka harga akan ikut naik. Tetapi, jika permintaan turun, maka harga barang atau jasa juga akan ikut


(29)

turun. Turunnya permintaan itu sendiri awalnya disebabkan oleh naiknya, atau terlalu tingginya harga di pasaran, sehingga masyarakat berfikir ulang untuk menggunakan uangnya. Maka, ketika masyarakat tidak berminat untuk membeli produk, barang atau jasa produsen, maka produsen akan menurunkan harganya, agar masyarakat kembali dapat mengkonsumsi barang yang mereka produksi, begitu juga sebaliknya.

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Dalam gambar kurva di atas, kita dapat melihat, bagaimana pengaruh permintaan terhadap harga. Karena dengan adanya kenaikan permintaan barang atau jasa, dari D1 naik menjadi ke D2, terhadap suatu barang atau jasa, maka menyebabkan kenaikan atas harga itu sendiri, dari P1 naik menjadi ke P2. Apabila semakin tinggi harga (P) suatu barang dan jasa yang ditawarkan, maka semakin sedikit jumlah barang dan jasa yang diminta (Demand). Dengan demikian, kita mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang dan jasa tersebut. Namun sebaliknya apabila harga (P) barang dan jasa lebih cendrung naik, dan permintaan barang atau jasa lebih cendrung meningkat, maka kita akan mendapatkan slope yang pengaruhnya positif.


(30)

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaannya bisa saja karena selera, tingkat kepusan, pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, dan perkiraan ramalan dimasa yang akan datang. Dari hukum permintaan pada hakikatnya semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, apabila semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

2.3. Permintaan Terhadap Haji

Dalam menjalankan ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat muslim, khususnya bagi masyarakat muslim dikota Medan yang mayoritas penduduknya merupakan agama Islam, walaupun ONH selalu mengalami kenaikan tiap tahun, tetapi permintaan untuk pergi haji tetap tinggi, karena saat ini semakin mudahnya bagi seseorang untuk mendapatkan bantuan dari Bank untuk mendapatkan jatah kursi haji dengan jangka waktu rata-rata lima tahun kedepan. Dimana dana talangan haji yang dibayarkan oleh pihak bank dapat dicicil oleh nasabahnya sesuai dengan aqad, selama waktu yang telah ditentukan secara bersama-sama sambil menunggu tiba saatnya untuk pergi haji. Dalam kasus ini, ongkos naik haji selalu mengalami kenaikan, namun minat ataupun permintaan dari masyarakat sangat begitu tinggi, kenaikan ini diakibatkan karena semakin mahalnya biaya perjalanan transportasi Indonesia-Arab Saudi, serta semakin naiknya ongkos sewa tempat selama di Indonesia-Arab Saudi, dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar Amerika.


(31)

2.4. Pengertian Haji

Secara bahasa, haji berasal dari kata Al-Hajju yang berarti menyengaja atau menuju atau mengunjungi. Dan secara istilah Al-Hajju berarti mengunjungi Ka’bah untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, serta beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu tertentu.

2.5. Tujuan Ibadah Haji

Tujuan beribadah, pada dasarnya adalah sama yaitu untuk mendapatkan Ridho dari Allah SWT, dimana dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus benar-benar ikhlas untuk melaksanakannya, jangan hanya karena gengsi atau karena terpaksa, atau pun hanya untuk memperoleh gelar haji saja, tetapi disini seseorang memang harus benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT. Jika seseorang melaksanakan ibadah haji dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan kepuasan batin, dan kepuasan batin tersebut bukanlah menjadi tujuan utama untuk beribadah. Karena kepuasan batin hanyalah buah dari hasil yang diperoleh selama menjalankan ibadah haji di tanah suci tersebut, dengan pelaksanaan yang ikhlas.

Apabila seseorang telah pulang dari menjalankan ibadah haji tersebut biasanya menjadi lebih kaya, baik itu kaya secara lahiriah maupun batiniah, maka kekayaan tersebut tidak boleh menjadi tujuan utama dari pelaksanaan haji tersebut. Dimana tujuan yang paling utama dari melaksanakan ibadah haji tersebut ialah melaksanakan ibadah se-ikhlas mungkin hanya Karena Allah SWT, karena dikhawatirkan bisa timbul sifat ria, iri hati, maupun sombong dalam


(32)

Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:

“..Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengiklaskan ketaatan kepada-Nya..”.

Keiklasan dalam menjalankan ibadah haji merupakan perintah Allah SWT, dengan meluruskan niat, mengobarkan semangat dengan perasaan tulus dan ikhlas, bahwa pergi haji merupakan demi menjalankan perintah Allah SWT, dan untuk mengharapkan Ridha-Nya, bukan untuk mendapatkan pujian, sanjungan, dan sebagainya, maka hindarkanlah diri dari penyakit hati semacam itu.

2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji

Ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin, tetapi bagi yang mampu secara lahir, batin dan mampu secara ekonomi. Hadis Nabi Muhammad Rasulullah SAW, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khatab RA berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun diatas lima (pondasi), 1).Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah, 2).Melaksanakan Shalat, 3).Mengeluarkan zakat, 4).Haji ke Baitullah, dan 5).Puasa Ramadhan” (H.R.Bukhari, dan Muslim).

Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup, selebihnya tidaklah wajib, hal ini dikarenakan dalam melaksanakan perjalanan ibadah haji dibutuhkan biaya yang sangat mahal, dan dibutuhkan kesiapan mental dan fisik yang kuat. Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan ibadah haji hanya sekali saja, sejak adanya perintah haji turun yaitu pada saat haji wada’ (Haji selamat tinggal) pada tahun ke sepuluh Hijriah.


(33)

Hadist yang menjelaskan bahwa haji tidaklah wajib dilaksanakan berkali-kali yaitu:

“Ibnu ‘Abbas RA berkata : Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami sabdanya : Hai sekalian manusia, telah diwajibkan haji atas kamu. Al-Aqra ibn Habis bertanya : apakah haji itu setiap tahun yaRasulullah ? Rasulullah menjawab : sekiranya kukatakan “Ya” tentulah haji itu menjadi wajib setiap tahun, dan sekiranya diwajibkan demikian, kamu tidak akan melaksanakannya, lagi pula kamu tidak akan sanggup. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa yang menambahnya akan menjadi ibadah sunat baginya.

(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Hakim dan Ibnu ‘Abbas).

Masalah lain yang menjadi permasalahan apakah ibadah haji harus sesegara mungkin dilaksanakan atau ditunda sampai waktu yang akan datang. Sebagian ulama berpendapat, al-Syafi’i, al-Tsauri, menyatakan bahwa waktu pelaksanaan haji itu sangatlah luas artinya, bisa saja ibadah haji itu dilakukan kapan saja (pada musim haji) atau tahun-tahun depannya, selama kita masih mampu di dunia ini. Orang yang sudah mampu untuk pergi haji, namun seseorang tersebut menunda keberangkatannya tidaklah berdosa, asalkan orang tersebut tetap berniat untuk melaksanakan ibadah haji tersebut dan akan tetap berangkat pada musim haji yang akan datang, namun alangkah baiknya apabila dilaksanakan sesegera mungkin.

Sebagai contoh adalah Rasulullah SAW sendiri yang pernah menunda untuk melaksanakan ibadah haji, dimana pada saat itu perintah haji sudah turun


(34)

Hijriah. Apabila ada perintah bahwa ibadah haji harus sesegera mungkin untuk dilaksanakan, maka Rasulullah pasti akan segara untuk melaksanakan, namun pada kenyataannya Rasul sendiri pernah menunda untuk melaksanakan ibadah haji sampai beberapa tahun berikutnya.

2.7. Syarat Wajib Haji

Para ulama sepakat bahwa ada lima syarat wajib haji yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Beragama Islam, orang kafir tidaklah wajib untuk melaksanakan haji. 2. Baligh (Dewasa), anak-anak tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji. 3. Berakal, orang yang sedang gila, idiot, kurang waras, sakit ingatan, dan

semacamnya tidaklah wajib haji baginya.

4. Merdeka, hamba sahaya tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji karena terbebankan oleh perintah majikannya. Sedangkan haji membutuhkan waktu dan biaya yang mahal.

5. Mampu, yaitu seseorang yang memiliki kecukupan dari segi biaya (baik untuk ongkos pergi, maupun untuk orang atau keluarga yang ditinggal pergi), kekuatan fisik, serta keamanan selama didalam perjalanan.

2.8. Rukun Haji

Rukun haji yaitu perbuatan yang harus dilakukan selama masa melaksanakan ibadah haji. Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak dilaksanakan atau tertinggal, maka hajinya tidaklah sah. Rukun tersebut yaitu:

1. Ihram, yaitu niat untuk melaksanakan ibadah haji atau langkah awal dari permulaan untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pakaian ihram yang harus digunakan selama menjalankan ibadah haji di tanah suci pada


(35)

tanggal 8 dzulhijjah. Pakaian ihram untuk pria yaitu terdiri dari dua lembar kain dan tidak dijahit, sehelai melilit tubuh, mulai dari pinggang hingga di bawah lutut, dan sehelai lagi di selempangkan mulai dari bahu kiri kebawah ketiak kanan. Pada saat itu pria tidak boleh mengenakan celana, kemeja, tutup kepala, dan tidak boleh menutup mata kaki. Sedangkan pakaian ihram wanita lebih bebas, tetapi disunatkan yang berwarna putih, yang penting menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah, dan tapak tangan.

2. Wuquf di arafah, adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke panggung replika di padang masyar, dimana pada saat itu seluruh manusia mengantri menunggu giliran untuk di hisab (dihitung) oleh Allah SWT. Wukuf sebagaimana contoh peringatan untuk manusia agar selalu mengingat Allah dengan banyak-banyak berzikir, sholat, berdo’a, merenungkan diri, dan mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan selama ini. Wukuf dilakukan di padang arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dan ini merupakan puncak dari ibadah haji.

3. Tawaf, Pengertian tawaf secara umun adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran, dimana tawaf yang dilakukan adalah di dalam Masjidil Haram, bukan diluar Masjid. Dimana hitungan tawaf dimulai dari Hajjar Aswad (batu hitam), jika memungkinkan tiga putaran pertama dilakukan dengan berlari-lari kecil, dan empat putaran selanjutnya dapat dilakukan dengan berjalan biasa dengan posisi Baitullah Berada di sebelah kiri para jamaah.


(36)

4. Sa’i, yaitu berjalan kaki sebanyak 7 kali bolak-balik dari bukit Sofa ke bukit Marwa. Dimana jarak antara bukit Sofa dan bukit Marwa sekitar 405 meter. Sehingga bila dihitung jarak tempuh antara bukit Sofa dan bukit Marwa untuk sekali jalan sebanyak tujuh kali yaitu 7 x 405 m = 2.835 meter.

5. Mencukur rambut kepala atau memotongnya (Tahalul). Menurut bahasa tahalul artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Dengan demikian tahalul yaitu dibebaskannya seseorang dari pantangan ihram. Pembebasan tersebut ditandai dengan pemotongan rambut kepala minimal sebanyak tiga helai.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Fath ayat 27 yang artinya:

“..Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada rasul-Nya bahwa mimpi rasul-Nya itu akan menjadi kenyataan. Yaitu engkau beserta penduduk Makkah lainnya akan memasuki kota Makkah insya Allah dengan aman, bebas dari rasa takut terhadap kaum musyrikin dengan mencukur rata kepalamu, sedang yang lain mengguntingnya saja. Tuhan mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dibalik “ yang tidak kamu ketahui itu “ Tuhan akan memberi kemenangan lebih dahulu kepadamu pada waktu dekat..”.

6. Tertib, artinya pelaksanaan ibadah haji tersebut dilakukan berdasarkan urutan mana yang harus terlebih dahulu dilakukan, mulai dari urutan yang pertama sampai urutan yang terakhir.


(37)

2.9. Wajib Haji

Disamping rukun haji, ada yang namanya wajib haji. Dimana wajib haji ini merupakan suatu keharusan yang dilaksanakan dalam melaksanakan ibadah haji atau biasa juga disebut dengan inti dari perjalanan ibadah haji yang harus dilakukan selama di tanah suci. Dimana kewajiban-kewajiban tersebut yaitu : 1. Ihram dari miqat. Secara harfiah miqat berarti batas antara boleh dan tidak,

atau perintah mulai dan berhenti, yaitu kapan mulai melapazkan (mengucapkan) niat dan maksud melintasi batas antara tanah biasa, dengan tanah suci. Sewaktu memasuki tanah suci semua jamaah harus sudah berpakaian ihram, dan mengetuk pintu syurga dengan mengucapkan salam saat memulai miqat.

2. Melempar Jumroh, yaitu tempat dimana untuk kita mengingat Nabi Ibrahim As, yang digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT, untuk menyembelih putra-Nya yaitu Nabi Ismail As.

Dimana pada saat itu tiga kali Nabi Ibrahim digoda oleh syetan, dan tiga kali pula Nabi Ibrahim melemparkan batu kepada syetan, sebagaimana beliau di pimpin langsung dan diperintahkan langsung oleh Malaikat untuk melakukannya. Dimana sekarang ini untuk mempermudah pelaksanaan melempar jumrah pada ketiga tempat ini telah di bangun tugu, dimana jumrah yang pertama yaitu jumrah Ula (Jumrah Shugro) atau jumrah yang yang paling kecil, terletak dekat dengan Masjid Khaif. Jumrah yang kedua yaitu jumrah Wusttha (Jumrah Tsaniyah), atau jumrah yang sedang, dimana jarak antara jumrah kedua, dengan jumrah yang pertama yaitu sekitar 150 meter.


(38)

jumrah yang besar, jumrah ini berada dekat dengan pintu gerbang Mina,dimana jaraknya antara jumrah ketiga dengan junrah kedua sejauh 190 metar.

Tabel 2.1 Jadwal Melontar Jumroh

Tanggal Ibadah Waktu

Mulai Akhir 9Zulhijjaf Wukuf di Padang Arafah Siang di waktu

matahari rebah di arah tenggelam

Tengah malam 10 zulhijjah Melontar jumrah

Aqobah sebanyak tujuh kali Setelah lewat tengah malam Tengah malam (sunnah) 11zulhijjah Melontar ketiga jumroh

secara berurutan 1.Ula 2. Wustha 3.Aqabah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)

12zulhijjah Melontar ketiga jumrah secara berurutan. 1.Ula 2.Wustha 3.Aqobah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)

13 zulhijjah Melontar kembali ketiga jumrah secara berurutan

Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah) Sumber : BPIH.

Diwajibkan setelah sampai di Mina para jamaah haji harus melempar ketiga jumrah tersebut dengan waktu yang telah di tentukan, dimana dalam pelemparan tersebut para jamaah haji membawa tujuh buah batu kerikil yang sudah dicari sebelumnya, dan dalam melempar dilakukan satu persatu untuk setiap jumrah tersebut. Dimana setelah melempar hendaknya berdiri menghadap kiblat sambil memuji Allah SWT, serta berdo’a memohon ampun kepada Allah, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.


(39)

3. Bermalam di Muzdalifah (Mabit), yaitu bermalam beberapa hari di Mina, ataupun berhenti sejenak untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan pelontaran jumroh yang merupakan kewajiban dalam melakukan ibadah haji. Maka dengan bermalam di Mina (mabit) jarak untuk melontar jumroh keesokan harinya menjadi lebih dekat, karena letak ketiga jumroh tersebut berada di Mina.

4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf perpisahan didalam melaksanakan ibadah haji yang dilakukan sebagai mana pernyataan dan penghormatan kepada Baitullah dan Masjidil Haram. Tawaf ini dapat dilakukan dengan berjalan biasa dan tidak perlu berlari-lari. Tawaf wada’ merupakan tugas akhir yang harus dilakukan para jamaah di dalam pelaksanaan ibadah haji maupun umroh, bagi jamaah yang belum melakukan tawaf ini, maka belum diperbolehkan untuk meninggalkan Makkah, maka jamaah tersebut tidak dapat kembali ketanah air, karena tawaf ini adalah hukumnya wajib bagi setiap jamaah. Tetapi wanita yang sedang haid dibebaskan dari tawaf ini (Tawaf Wada’), dan boleh langsung meninggalkan Makkah, Hal ini dijelaskan dalan suatu Hadist yang artinya:

“Manusia diperintahkan supaya akhir perjumpaan (dengan Baitullah) itu dengan menjalankan tawaf di Baitullah, akan tetapi hal itu diringankan bagi perempuan-perempuan yang sedang haid”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Perbedaan antara wajib haji dengan rukun haji yaitu, jika wajib haji tanpa sengaja melanggar atau tertinggal melaksanakanya, maka ibadah hajinya adalah


(40)

(dam). Sedangkan rukun haji didalam pelaksanaannya apabila dilanggar atau pun tertinggal, maka hajinya tersebut tidaklah sah (batal).

2.10. Macam-Macam Haji

Ada tiga macam ibadah haji yang dapat dilakukan bagi jamaah haji. Yaitu: 1. Haji Ifrad. Kata ifrad berarti menyendiri, dimana seseorang bermaksud

menyendiri, baik menyendirikan haji dengan umroh. Dalam hal ini yang didahulukan adalah ibadah haji, kemudian ibadah umroh. Dengan demikian seseorang tersebut telah berniat dari miqat akan melaksanakan ibadah haji dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah umroh. Atau sebaliknya seseorang tersebut melaksanakan umroh terlebih dahulu, kemudian melaksanakan hajinya, hal ini dilakukan dalam waktu yang berbeda, tetapi tetap dalam satu musim haji. Hal ini diterangkan di dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 97, yaitu yang dimaksud dengan bulan-bulan haji atau waktu haji ada beberapa hari dan beberapa bulan. Bulan yang dimaksud yaitu bulan Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijah. Dimana dimulai dari tanggal 1 di bulan Syawal (29 hari), tanggal 1 dibulan Dzulhijjah (30 hari), dan berakhir tanggal 10 bulan zulhijjah (tanggal 1sampai tanggal 10). sehingga yang dimaksud dengan bulan haji adalah sebanyak 69 hari. Dimana niatnya untuk melaksanakan haji terlebih dahulu yaitu:

“ Labaikk Allahuma bi hajji”

Yang artinya: “ Ya Allah, saya berniat haji”.

2. Haji Tamatu’. Yang berarti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umroh terlebih dahulu, kemudian melakukan ibadah haji. Tamatu’ juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun


(41)

yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Dimana dalam perjalanan menuju Makkah para jamaah dianjurkan untuk banyak-banyak membaca Talbiyah. Cara melaksanakan ibadah haji tamatu’ yaitu para anggota jamaah mengenakan pakaian ihram, dan berniat melaksanakan umrah serta mengucapkan niat dengan bacaan “Labaiika bi’umrah”. Yang artinya : “Ya Allah, saya berniaat’umrah”.

Setelah tiba di Makkah amalan umrah berikutnya adalah melakukan tawaf keliling ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’i antara bukit Sofa dan bukit Marwa, kemudian tahallul. Pada saat itu kemudian para jamaah bisa manggantikan pakaian ihram dengan pakaian biasa, karena pada saat itu semua jamaah bebas melakukan aktifitas yang di bolehkan (selama tidak perbuatan tercela atau yang dilarang selama menjalankan ibadah haji).

Kebebasan tersebut berlaku di asrama saja, sampai tiba waktu untuk melakukan ibadah haji, dimana jamaah haji tersebut harus mengenakan pakaian ihram lagi sebelum menuju ke Mina dan langsung ke Arafah.

3. Haji Qiran. Yang berarti menggabungkan, menyatukan, atau menyekaliguskan antara ibadah haji dengan ibadah umroh, dalam hal ini berarti ibadah umrohnya sudah tercakup di dalamnya. Dimana haji qiran ini dipilih karena waktunya terbatas. Umumnya mereka yang tiba tanggal 9 Dzulhijah di Makkah, maka pelaksanaan ibadah haji dan umroh langsung dikerjakan secara bersamaan sekaligus. Dengan demikian proses tawaf, sa’i. dan tahalul untuk haji dan umroh hanya dilakukan satukali saja. Dalam melaksanakan haji qiran ini lafaz yang di baca yaitu “ Labaik bi hajji wa


(42)

dalam melaksanakan haji qiran ini para jamaah harus tetap memakai pakaian ihran dari sejak Miqat makani (batas letak tanah), serta melaksanakan semua rukunnya serta melaksanakan wajib hajinya.

Tabel 2.2

Beda Haji Dengan Umroh

No Haji Umroh

1. Tawaf, Sa’i. Tahalul Tawaf, Sa’i, Tahalul 2. Wukuf, Mabit, dan Melontar

Jumroh

Wukuf kapan saja, terkecuali hari-hari haji

3. Waktunya dilakukan tanggal 9, 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah

Kapan saja dapat dilaksanakan

Sumber : BPIH.

2.11. Macam-Macam Tawaf

1. Tawaf Qudum, atau tawaf Dukhul, yaitu tawaf pembukaan atau tawaf selamat datang bagi jamaah yang baru saja tiba di Baitullah, tawaf ini sebagai pengganti sholat tahyattul masjid (bila di masjid-masjid biasa).

2. Tawaf Ifadhah, dilakukan apabila jamaah sudah selesai melakukan pelontaran jumrah. Maka dilakukan tawaf ifadhah. Apabila tidak melakukan tawaf ini, maka hajinya tidaklah sah karena ini merupakan tawaf wajib.

3. Tawaf Umrah. Dimana orang yang melakukam umroh harus melakukan tawaf ini, apabila orang yang melakukan umroh tidak melakukan tawaf ini maka umrohnya tidak sah.

4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf yang dilakukan pada saat jamaah akan meninggalkan Makkah, atau biasa disebut juga tawaf perpisahan dengan


(43)

Ka’bah, maka jamaah seluruhnya wajib melaksanakan tawaf ini karena hukumnya adalah wajib.

5. Tawaf Sunat, yaitu tawaf yang bisa dilakukan kapan saja, pada saat jamaah memiliki waktu luang disaat ada kesempatan untuk melaksanakannya.

2.12. Syarat-Syarat Tawaf

1. Suci dari hadas kecil, hadas besar, dan najis. Apabila wanita sedang halangan maka tidak dibenarkan tawaf.

2. Menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan.

3. Melakukan putaran sebanyak tujuh kali secara berturut-turut.

4. Memulai tawaf dan memulai hitungan tawaf dari hajar aswad, dan di akhiri juga di hajar aswad.

5. Dalam memutari ka’bah harus berada di sebelah kiri jamaah. 6. Tawaf dilakukan di luar Hijir Isma’il.

2.13. Hari Tasyrik

Yang dimaksud dengan hari tasyrik yaitu tiga hari setelah tanggal 10 Dzulhijjah (Hari raya Idul Adha). Dimana mulai dari tanggal 10 Dzulhijjah di sunatkan bagi jamaaah haji untuk menyembelih hewan Qurban. Penyembelihan ini dilakukan setelah para jamaah selesai melempar jumrah. Rasulullah SAW, melempar jumroh pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah selesai sholat zuhur dimulai dari Ula, Wusta, Aqabah, (HR.Ahmad Bin Imam Hambali). Haddis lainnya menyebutkan bahwa melempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan dengan berbalik di mulai dari jumrah Aqabah sampai jumra Ula. Namun pada tanggal 11, 12, 13 melemparnya berbalik arah lagi seperti awal di


(44)

Dimana hari tasyrik ini biasa disebut juga dengan hari penyembelihan hewan qurban. Sabda Rasulullah SAW, “ Semua hari tayrik ini adalah hari menyembelih hewan (Qurban)”(HR.Ahmad Bin Hanbali), karena hari tasyrik ini juga berkaitan dengan hari kegembiraan atau bersenang-senang. Maka tiga hari setelah tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Hewan qurban yang di sembelih biasa di lakukan juga tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari tasyrik ini para jamaah di anjurkan untuk tinggal di Mina minimal dua hari yaitu tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Kriteria yang harus dipeuhi untuk hewan qurban yaitu kambing berumur 2 tahun, sedangkan domba berusia 1 tahun, dimana jenis hewan inihanya diniatkan untuk 1 orang saja. Sedangkan hewan lainnya seperti sapi, kerbau berusia 2 tahun. Untuk hewan unta berusia 5 tahun. Dimana jenis hewan ini dapat di niatkan untuk orang yang berqurban sebanyak 7 orang.

Sedangkan hewan yang syah untuk di qurbankan yaitu tidak cacat, tidak sedang sakit, tidak sedang dalam tersakiti atau teraniaya, dansebagainya. Hali ini dikuatkan dengan Sabda Rasulullah SAW yaitu “empat macam binatang yang tidak sah dijadikan qqurban, 1). Rusak matanya, 2). Sakit, 3). Pincang, dan 4). Kurus dan tidak berlemak lagi “. (HR. Ahmad, Tarmidzi).

2.14. Jumlah Jamaah Haji

Jumlah jamaah haji adalah total jamaah haji asal kota Medan yang berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Dimana jumlah jamaah haji asal kota Medan selalu mengalami kenaikan, bahkan untuk beberapa tahun kedepan saja antrian jamaah asal kota Medan sudah penuh hingga tahun 2016. Hal ini mungkin saja karena semakin mudahnya bagi calon jamaah haji untuk mendaftarkan diri


(45)

dengan menggunakan bantuan dari bank-bank syariah untuk mendapatkan kursi pesawat haji, walau untuk beberapa tahun kedepan. Dimana untuk keberangkatan secara reguler sekarang ini hanya dengan menyetorkan uang sekitar Rp 25.000.000,- sudah bisa mendapatkan jatah kursi untuk tahun keberangkatan berikutnya yang masih kosong.

2.15. Jumlah Penduduk Muslim

Masalah kependudukan di kota Medan sama seperti dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia yang meliputi pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian bayi dan anak, lama usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang kurang merata dan pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Penduduk merupakan elemen penting dalam membuat kebijakan dan merupakan alat dari pembangunan ekonomi yang akan dilakukan pemerintah. Pembangunan dikatakan berhasil jika pemerintah telah mampu, dan sukses dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk baik secara jasmani dan rohani.

Dengan jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia diharapkan pemerintah mau untuk mendorong pembangunan yang nantinya akan meningkatkan kualitas manusianya, karena ini merupakan potensi yang sangat strategis dalam mempercepat pembangunan khususnya di dunia Islam yang ada di Sumatera Utara secara umumnya, sehingga akan menjadi pendorong untuk pembangunan ekonomi di Indonesia. Namun sebaliknya apabila tidak di imbangi dengan kualitas penduduknya yang baik hal ini merupakan beban yang harus dipikul pemerintah, dan menjadi penghambat pembangunan di Indonesia.


(46)

2.16. Pendapatan Perkapita

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengetahui suatu kondisi keadaan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu dapat dilihat melalui Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun atas harga konstan. PDRB atau yang biasa disebut dengan data pendapatan perkapita adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian di suatu daerah setiap tahunnya, dengan demikian kita dapat melihat bagaimana tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam waktu tertentu yang secara umum dihitung dalam waktu satu tahun.

Berdasarkan pendapatan masyarakat secara umum dapat digolongkan kedalam tiga bagian yaitu : masyarakat yang berpendapatan rendah, masyarakat yang berpendapatan menengah, serta masyarakat berpendapatan tinggi. Terjadinya perbedaan pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kemampuan yang berbeda-beda dari seseorang, baik keahlian, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pola konsumsi di dalam rumah tangga.

Apabila PDRB atau pendapatan perkapita menunjukan angka peningkatan yang sangat signifikan, namun laju dari pertumbuhan penduduk tidak bisa dikurangi, bahkan lebih besar laju pertumbuhan penduduk dari pada laju pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tingkat kemakmuran masyarakat dapat digolongkan masih rendah. Untuk itu tingkat pendapatan perkapita di suatu daerah harus dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang seimbang dari besarnya jumlah penduduk di daerah tersebut.


(47)

2.17. Hubungan antara variable independent dengan variable dependent

1. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap jumlah penduduk muslim. Antusias masyarakat muslim untuk melaksanakan ibadah haji sangatlah tinggi, hal ini dikarenakan semakin mudahnya proses untuk melaksanakan ibadah tersebut dengan bantuan dari dana talangan haji yang dilakukan oleh bank syariah yang ada di Indonesia, selain itu dengan stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk ber-haji. Sampai saat ini penduduk muslim di Indonesia merupakan jumlah yang terbesar pertama di dunia yang merupakan modal dasar bagi pemerintah untuk menggerakkan roda ekonomi khususnya ekonomi Islam, namun hal itu tidaklah mudah tanpa dibarengi dengan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Semakin tinggi jumlah penduduk muslim dikota Medan, maka semakin tinggi jumlah permintaan haji di kota medan yang mengakibatkan semakin tinggi pula jumlah jamaah haji asal kota Medan.

2. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap pendapatan perkapita.

Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata masyarakat kota Medan yang sebanyak 72% mayoritas penduduk di kota Medan merupakan umat muslim, (Properda Kota Medan). Dimana yang dimaksud dengan kemampuan rata-rata tersebut adalah, kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam waktu tertentu (dalam sebulan), setelah terpenuhinya kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan dari masyarakat tersebut, sehingga besar ataupun kecilnya dari kelebihan pendapatan seseorang tersebut biasanya disimpan untuk dapat dimanfaatkan oleh orang tersebut untuk membiayai kebutuhan


(48)

keinginan/hasrat yang terpendam dalam hati untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji ketanah suci. Pendapatan masyarakat dikota Medan dengan masyarakat yang diluar kota Medan, bila dirata-ratakan sangat berbeda pendapatannya. Sehingga dengan cepat akan terjadi kepadatan penduduk di kota Medan ini pada umumnya, hal ini dikarenakan perputaran roda ekonomi di Medan sangat cepat bila dibandingkan di luar kota Medan. Jadi semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat kota Medan, maka semakin tinggi pula keinginan/hasrat masyarakat muslim di kota Medan untuk melaksanakan ibadah haji.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kota Madya Medan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jamaah haji di Kota Medan yaitu, jumlah penduduk Muslim, dan pendapatan perkapita.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk urut waktu (Time Series) yaitu berupa angka-angka kuantitatif. Dimana data yang diperoleh bersumber dari Badan Pusat Statistik Medan, Asrama Haji Medan, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan pencatatan langsung dari sumber-sumber data yang ada dalam bentuk tahunan, antara periode tahun 1981 sampai dengan tahun 2008, yaitu dalam kurun waktu 28 tahun.

3.4 Pengolahan Data

Didalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data dengan program komputer E-Views 6, dan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 sebagai program alat bantu untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data bila dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.


(50)

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika, yaitu dengan meregrsikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square), atau metode kuadrat terkecil biasa. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik dalam bentuk persamaan regresi linier berganda.

Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variable terikat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,) ………. (1)

Kemudian fungsi tersebut dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y = α +β1X1 + β2X2 + µ ... (2)

Dimana :

- Y = Jumlah jamaah haji (Ribu) - α = Intercep/konstanta

- β1;β2 = Koofisien regresi

- X1 = Jumlah penduduk muslim (Juta)

- X2 = Pendapatan perkapita (Juta)

- µ = Tingkat Kesalahan (Error term) Dengan bentuk hipotesisnya sebagai berikut :


(51)

> 0 Artinya jika X1 (jumlah penduduk muslim) mengalami

kenaikan, maka Y (jumlah jamaah haji) juga akan mengalami kenaikan ceteris paribus.

> 0 Artinya jika X2 (pendapatan perkapita) mengalami kenaikan,

makaY (jumlah jamaah haji) akan mengalami kenaikan ceteris paribus.

3.6 Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Hipotesa Nol (H0)

ditolak, Hipotesa Alternatif (Ha) diterima). Sebaliknya, disebut tidak signifikan

bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam analisa

regresi terdapat 3 jenis kriteria ketepatan (goodness of fit): (1) uji statistik t, (2) uji statistik F; dan (3) koefisien determinasi (R2). (Kuncoro, 2009).

3.6.1. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut (Kuncoro, 2009):

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan variabel yang

signifikan terhadap variabel dependen.


(52)

bi – B*i

se (bi)

t-statistik =

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t. Statistik t dihitung dari formula sebagai berikut:

Dimana:

- bi = penaksir/ koefisien regresi parsial

- B*i = Nilai yang dihipotesiskan

- se (bi) = Kesalahan standar dari penaksir/koefisien regresi parsial

Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:

- H0 diterima apabila t-statistik < Nilai t-kritis (α), maka variabel independen

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila t-statistik > Nilai t-kritis (α), maka variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian sebagai berikut:

- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas > α, maka variabel independen tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas < α, maka variabel independen


(53)

F-statistik =

R2 / k – 1

1 – R2 / n – k 3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut (Kuncoro, 2009) :

H0 : b1 = b2 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan

variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel-variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan

variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji kedua hipotesis ini maka digunakan statistik F. statistik F dihitung dari formula sebagai berikut:

Dimana:

- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination) - 1 – R2 = Koefisien pengasingan (coefficient of alienation) - k = Jumlah variabel bebas dan konstanta

- n = Jumlah observasi

Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:

- H0 diterima apabila F-statistik < Nilai F-kritis (α), maka semua variabel


(54)

∑ e2i R2 = 1 –

∑ y2 i

- Ha diterima apabila F-statistik > Nilai F-kritis (α), maka semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian sebagai berikut:

- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik > α, maka variabel

independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik < α, maka variabel

4independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3.6.3. Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Formula menghitung koefisien determinasi adalah (Kuncoro, 2009) :

Dimana:

- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination) - ∑ e2i = Jumlah kuadrat residu (residual sum of squares/RSS)

- ∑ y2i = Total jumlah kuadrat (total sum of squares/RSS)

Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti


(55)

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.

Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik.

3.7.1. Kolinearitas Ganda (Multicollinearity)

Kolinearitas ganda (multicollinearity) berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel independen dalam model regresi. Pada kasus terdapat multikolinieritas serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen (Supranto, 1984).

Pengujian terbaik yang dilakukan mengetahui ada tidaknya kolinearitas ganda adalah melalui Uji Klein, yaitu dengan membuat regresi setiap variabel


(56)

menghitung R2xi. Uji Klein meliputi langkah langkah-langkah sebagai berikut

(Supranto, 1984) :

1. Regres model lengkap, misalnya:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 +e

2. Regres masing-masing variabel independen terhadap seluruh variabel independen lainnya, dapatkan nilai R2xi. Regresi ini disebut auxiliary regression, yang pada penelitian ini meliputi:

- X1 = b0 + b1 X2 + e; R2x1. x2

- X2 = b0 + b2 X1 + e; R2x2. x1

3. Apabila diperoleh R2xi > R2, berarti terdapat masalah kolinearitas ganda.

3.7.2. Otokorelasi (Autocorrelation)

Otokorelasi terjadi apabila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini, atau masa datang. Konsekuensi dari keberadaan otokorelasi adalah metode regresi OLS akan menghasilkan estimasi yang terlalu rendah untuk nilai variasi et dan karenanya menghasilkan estimasi yang terlalu

tinggi untuk R2. Bahkan ketika estimasi nilai variasi et tidak terlalu rendah, maka

estimasi dari nilai variasi dari koefisien regresi mungkin akan terlalu rendah dan karenanya akan signifikansi dari uji t dan uji F tidak valid lagi atau menghasilkan konklusi atau kesimpulan yang menyesatkan (Supranto, 1984).

Pengujian terbaik yang dilakukan mengetahui ada tidaknya kolinearitas ganda adalah melalui Uji Breusch–Godfrey (BG). Tahapan formulasi Uji Breusch-Godfrey (BG) dengan menggunakan E-Views 6 adalah sebagai berikut (Brooks, 2008) :


(57)

1. Formulasi hipotesa.

- H0 : ρ = 0, tidak terdapat masalah korelasi serial/otokorelasi dalam model.

- Ha : ρ≠ 0, terdapat masalah korelasi serial/otokorelasi dalam model.

2. Menentukan tingkat signifikansi (α), misalnya digunakan α = 0,05. 3. Menentukan kriteria pengujian.

- H0diterima apabila Nilai Probabilitas χ2 > α.

- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas χ2 ≤ α.

4. Kesimpulan.

3.8 Definisi Operasional

1. Jumlah jamaah haji yaitu, merupakan total jamaah asal kota Medan yang telah berangkat ketanah suci untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun tertentu pada saat musim haji.

2. Jumlah penduduk Muslim dikota Medan merupakan jumlah total penduduk Muslim yang berasal dari kota Medan, baik yang tinggal menetap, maupun yang tidak menetap, namun penduduk tersebut tercatat secara resmi dengan memiliki identitas atau kartu tanda penduduk yang asli asal kota Medan dan sah berdasarkan Undang-undang.

3. Pendapatan perkapita yaitu, total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk disuatu daerah tersebut selama periode tertentu, sehingga dapat diketahui total pendapatan perkapita disuatu daerah. Dengan membaiknya ekonomi di daerah, maka pendapatan perkapita juga akan meningkat.


(58)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Pengertian Baitullah

Ka’bah merupakan bangunan yang menyerupai bentuk kubus, dan merupakan bangunan pertama yang ada di muka bumi ini sebagai arah untuk menyembah Allah SWT. Sesuai dengan Firman Allah dalam Qur’an surat Al-Imran ayat 96, yang artinya :

“..sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah itulah rumah yang di bakkah (Makkah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta..”.

Ka’bah disebut dengan Baitullah (rumah Allah) atau Baitul ‘Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok bersegi yang terbuat dari batu besar yang berwarna kebiru-biruan dimana batu tersebut diperoleh dari gunung-gunung disekitar kota Makkah tersebut. Dimana Ka’bah dibangun diatas pondasi yang sangat kokoh dengan pondasi batu marmar setebal 25 cm, dengan lebar dinding yaitu sebagai berikut :

- lebar dinding sebelah Timur 10.22 meter - lebar dinding sebelah Selatan 10.13 meter - lebar dinding sebelah Barat 11.58 meter - lebar dinding sebelah Utara 10.02 meter, dan - tinggi seluruh dinding yaitu 15.00 meter

Nama dinding Ka’bah tersebut diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri kearah mana dinding tersebut menghadap. Terkecuali satu sudut dinding yang diberi nama “Rukun Aswad” karena batu itu terletak


(59)

disana. Adapun nama keempat dinding atau sudut (Rukun) tersebut adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara Rukun “Iraqi” (Irak) - Sebelah Barat Rukun “Syam” (Suriah) - Sebeleh Selatan Rukin “Yamani” (Yaman) - Sebelah Timur Rukun “Aswad” (Hajar Aswad)

Gambar 4.1. Denah Ka’bah

4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah (Ka’bah)

Tidak diketahui berapa pasti pembangunan ka’bah telah dilakukan selama ini. Namun bukti sejarah yang ada menyebutkan bahwa pembangunan ka’bah telah dilakukan lebih kurang sebanyak sepuluh kali. Yang pertama ka’bah dibangun oleh para malaikat dimana 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan, dimana pada saat itu ka’bah merupakan tempat untuk para malaikat tawaf di muka bumi ini. Pembangunan yang kedua yaitu dilakukan oleh Nabi Adam As, dan dibantu para malaikat untuk tawaf Nabi Adam As beserta malaikat dibumi. Namun setelah Nabi Adam wafat pembangunan yang ketiga dilakukan oleh anak putranya yang bernama Nabi Syits, dengan menggunakan tanah liat dan batu, sehingga pembangunannya ini sampai bertahan hingga ke zaman Nabi Nuh As.


(60)

banjir dahsyat yang menerjang Makkah pada saat itu. Namun pembangunan ka’bah yang ketiga ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Haddist.

Pembangunan Ka’bah pada tahap yang ke empat dilakukan oleh Nabi Ibrahim As, dan putranya Nabi Isma’il As. Hal ini tertuang di dalam surat Al-Baqarah ayat 125 yang artinya :

“ dan (ingatlah) ketika kami jadikan rumah (baitullah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia, dan dijadikanlah sebagai maqam Ibrahim tempat shalat, dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma’il untuk membersihkan rumah-Ku itu bagi orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud”.

Ketika ka’bah bangunan Ibrahim ini runtuh, pembangunan tahap kelima dilakukan oleh suku Amaliqah. Namun setelah itu pembangunan tahap kelima telah runtuh maka pembangunan yang ke enam dilanjutkan oleh suku Jurhum, lalu pembangunan yang ke tujuh dilanjutkan lagi oleh Qushai bin Kilab, dimana beliau mengadakan perubahan terhadap ukuran dinding ka’bah.

Pembangunan yang kedelapan yaitu dilakukan oleh Abdul Muthalib (kakek dari Nabi Muhammad SAW). Pembangunan generasi kesembilan dilakukan oleh suku Quraisy, dimana setelah ini data-data pembangunan ka’bah mulai dapat diikuti melalui berbagai tulisan para sejarawan. Pembangunan kesepuluh dilakukan oleh Abdullah Bin Zubair (walikota Makkah pada saat itu), dimana bangunan ka’bah ditinggikan dari 5 meter menjadi 15 meter, diberi atap, dan dipojok atas diberi tangga untuk naik ke atas, dan dihiasi dengan emas.

Sepuluh tahun kemudian setelah beliau wafat, atas izin Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pintu yang sebelah barat yang dibuat Zubair di tutup untuk


(61)

menyamakan bangunan ka’bah dengan yang aslinya dengan bangunan Ibrahim As. Namun pada tanggal 19 Sya’ban tahun 1039 H, hujan deras mengguyur kota makkah mulai tanggal 19 sampai tanggal 20 Sya’ban yang mengakibatkan ka’bah kebanjiran bahkan sampai di luar Masjidil Haram serta banyak rumah penduduk yang terkena banjir dan diperkirakan 1000 penduduk meninggal dunia serta banyak pula hewan-hewan peliharaan yang mati. Dan pada sore harinya (hari kamis) dinding ka’bah sebagian runtuh, yaitu dinding Timur dan sebagian dinding Barat (Syami), serta atap dan lotengnya juga ambruk. Namun menjelang magrib runtuh lah dinding serambi ka’bah. Hiruk pikuk serta ketakutan melanda seluruh masyarakat Makkah, yang beranggapan seolah-olah akan terjadi kiamat.

Pada saat itu walikota Makkah bernama Mas’ud bin Idris bin Hasan, dengan segera memerintahkan untuk membuka pintu Ibrahin yang merupakan pintu saluran air Masjidil Haram, maka air punmengalir ke hulu kota Makkah. Penjaga ka’bah diperintahkan untuk segera masuk kedalam ka’bah dan menyelamatkan pelita serta mengambil 22 lampu yang terbuat dari emas, dan salah satunya bertahtakan dari permata dan mutiara mutu manikam, dan disimpan di rumah Syekh Jamaluddin Muhammad Abu Qasim Asy Syaibi.

4.1.2. Sejarah Tawaf

Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa Nabi Adam As, juga pernah bertawaf sebanyak tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah, kemudian pada saat yang bersamaan beliau didatangi para malaikat Allah, yang kemudian berkata “Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Sesungguhnya kami (para malaikat) telah melaksanakan ibadah haji di baitullah ini sejak 2000 tahun sebelum kamu”.


(62)

Pada saat itu malaikat membaca “Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa Allah wallahu akbar”.

Kemudian pada saat itu juga Nabi Adam As, menambahkan bacaan sebagai berikut:

“ wa la haula wa la quwwata illa billah”.

Akhirnya para malaikat dan Nabi Adam As pun melaksanakan tawaf sambil membaca bacaan tersebut.

Tawaf Nabi Ibrahim As, dimana setelah menerima perintah dari Allah SWT bahwa Nabi Ibrahim untuk membangun kembali Ka’bah, maka setelah itu Ibrahim pun melaksanakan ibadah haji. Pada saat melaksanakan tawaf, nabi Ibrahim didatangi para malaikat dan mengucapkan salam, kemudian Ibrahim bertanya kepada malaikat. Sesunggunya apa yang malaikat baca di saat tawaf. Malaikat pun menjawab “dahulu sebelum bapakmu adam kami membaca; Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa Allah wallahu akbar”.

Lalu Adam menyuruh kami menambahkan “wa la haula wa la quwwata illa billah”.

Lalu Ibrahim berkata “tambahkan bacaan kalian dengan “Al ‘aliyi al ‘adzim”.

Sehingga bacaan untuk tawaf yang ada sekarang lebih lengkapnya yaitu “Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa allah wallahu akbar. Wa la ha ula wa la quwwata illa billah. Al ‘aliyi al ‘adzim”.

4.2. Sejarah Singkat Haji di Indonesia

Islam pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 masehi, melalui pedagang Arab yang datang ke Indonesia. Pada saat itu Islam telah menyebar


(63)

sampai keseluruh pantai barat Sumatera (Barus), dimana wilayah Barus ini pada saat itu masuk kedalam wilayah kerajaan Islam telah berkembang sampai ke timur wilayah pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah itu nama kerajaanny yang bersamaan Raja Sriwijaya yang bernama akhirnya juga masuk Islam pada mas

Namun sekitar pada abad ke 17 masehi atau sekitar pada tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda atau bangsa-bangsa Portugis datang ke wilayah nusantara ini sambil berdagang dan membeli rempah-rempah di Indonesia, namun pada akhirnya orang-orang Portugis tersebut berniat untuk menguasai atau menjajah bumi indonesia. Dimana pada saat itu Belanda datang ke Indonesia dengan nama persatuan dagangnya yaitu Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat Perusahaan Hindia Timur) dengan singkatan VOC, sejak saat itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya. Dimana pada saat yang bersamaan antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk suatu aliansi atau kerja sama yang erat antar kerajaan, sehingga sangat mudah bagi bangsa barat untuk memecah belah wilayah nusantara pada saat itu. Hal ini yang menyebabkan


(1)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muzakkir Ma’ruf

NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah Fakultas : Ekonomi

Skripsi ini adalah benar karya tulis saya dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Juli 2011 Yang membuat pernyataan,

Muzakkir Ma’ruf NIM: 070501015


(2)

Lampiran 1

Perkembangan Haji (Y), Jumlah Penduduk Muslim (X1), dan

Pendapatan Perkapita (X2) Dikota Medan Pada Tahun

1981-2008 Tahun Jumlah Jamaah

Haji

Jumlah Penduduk Muslim

Pendapatan Perkapita

1981 1359 943536 769842

1982 1085 971251 857332

1983 956 1001573 871267

1984 679 1032842 1041907

1985 671 1060852 1149688

1986 1059 1130652 1222608

1987 1019 1088391 1297060

1988 951 1112850 1397131

1989 1032 1137810 1463416

1990 1366 1163275 1554241

1991 863 1187953 1663597

1002 1385 1197075 1923116

1993 1584 1218050 2402115

1994 2021 1220834 2728568

1995 3035 1220834 3040568

1996 2377 1238621 3296014


(3)

1999 798 1235556 5788932

2000 2640 1235556 7242601

2001 2832 1308194 8800803

2002 3781 1333546 10018442

2003 3578 1361195 10705120

2004 3524 1210026 11958606

2005 3478 1267736 12350761

2006 3379 1416815 12428759

2007 3165 1425765 13479259


(4)

Lampiran 2

Hasil Estimasi Regresi, Uji Signifikansi T & F, R2 Dependent Variable: JAMAAH

Method: Least Squares Date: 06/25/11 Time: 11:21 Sample: 1981 2008

Included observations: 28

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1853.337 1422.494 -1.302879 0.2045 MUSLIM 0.002671 0.001292 2.066886 0.0492 PENDAPATAN 0.000132 3.88E-05 3.392891 0.0023 R-squared 0.728706 Mean dependent var 2046.893 Adjusted R-squared 0.707003 S.D. dependent var 1080.768 S.E. of regression 585.0111 Akaike info criterion 15.68210 Sum squared resid 8555948. Schwarz criterion 15.82483 Log likelihood -216.5493 Hannan-Quinn criter. 15.72573 F-statistic 33.57554 Durbin-Watson stat 1.215854 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Hasil Pengujian Multikoneritas Variabel X1

Dependent Variable: MUSLIM Method: Least Squares

Date: 06/25/11 Time: 11:24 Sample: 1981 2008

Included observations: 28

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1093330. 25168.66 43.44012 0.0000 PENDAPATAN 0.023311 0.003711 6.281457 0.0000 R-squared 0.602791 Mean dependent var 1211167. Adjusted R-squared 0.587514 S.D. dependent var 138243.5 S.E. of regression 88787.02 Akaike info criterion 25.69462 Sum squared resid 2.05E+11 Schwarz criterion 25.78978 Log likelihood -357.7246 Hannan-Quinn criter. 25.72371 F-statistic 39.45670 Durbin-Watson stat 0.550167 Prob(F-statistic) 0.000001

Variabel X2

Dependent Variable: PENDAPATAN Method: Least Squares

Date: 06/25/11 Time: 11:25 Sample: 1981 2008

Included observations: 28

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -26263708 5017108. -5.234830 0.0000 MUSLIM 25.85823 4.116598 6.281457 0.0000 R-squared 0.602791 Mean dependent var 5054929. Adjusted R-squared 0.587514 S.D. dependent var 4604264. S.E. of regression 2957093. Akaike info criterion 32.70606 Sum squared resid 2.27E+14 Schwarz criterion 32.80122 Log likelihood -455.8849 Hannan-Quinn criter. 32.73515 F-statistic 39.45670 Durbin-Watson stat 0.368038 Prob(F-statistic) 0.000001


(6)

Lampiran 4

Hasil Pengujian Otokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.642353 Prob. F(2,23) 0.2154 Obs*R-squared 3.499061 Prob. Chi-Square(2) 0.1739

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/25/11 Time: 11:28 Sample: 1981 2008

Included observations: 28

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 98.75756 1388.756 0.071112 0.9439

MUSLIM -6.83E-05 0.001261 -0.054143 0.9573 PENDAPATAN -6.70E-06 3.83E-05 -0.174800 0.8628 RESID(-1) 0.336214 0.216993 1.549424 0.1349 RESID(-2) 0.113063 0.226636 0.498875 0.6226 R-squared 0.124966 Mean dependent var 5.20E-13 Adjusted R-squared -0.027213 S.D. dependent var 562.9271 S.E. of regression 570.5353 Akaike info criterion 15.69146 Sum squared resid 7486742. Schwarz criterion 15.92935 Log likelihood -214.6804 Hannan-Quinn criter. 15.76419 F-statistic 0.821177 Durbin-Watson stat 1.845789 Prob(F-statistic) 0.525001