Kebijakan Pemerintah di Bidang Haji dan Tabungan Haji

83 haji udara hanya Rp 766.000, sementara biaya kapal laut mencapai Rp 905.000 Nogarsyah,2007.

4.3 Kebijakan Pemerintah di Bidang Haji dan Tabungan Haji

Pada tanggal 21 Januari 1950, Yayasan Penyelennggaraan Haji Indonesia PHI terbentuk dengan susunan pengurusnya; sebagai Ketua KH. M. Sudjak, Wakil Ketua KH. Wahab Hasbullah, Penulis Muhammad Saubani, Bendahara Abd. Manaf dan pembantu Ki. Bagus Hadikusumo, R. Muljadi Djojomartono dan KH. M. Dachlan. PHI sebagai produk dari kesatuan pendapat umat Islam dari berbagai golongan dan aliran, maka pengurusnya adalah juga terdiri dari pemuka- pemuka Islam dari berbagai golongan dan kedudukannya di masyarakat benar- benar mendapat sambutan hangat segenap umat Islam. Menteri Agama mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa satu- satunya badan yang ditunjuk secara resmi untuk menyelenggarakan perjalanan haji adalah PHI dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 3170 tanggal 6 Februari 1950 dan Surat Edaran Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III648 tanggal 9 Februari 1959. Sebagai upaya mengatasi kesulitan pengangkutan jemaah Haji laut dari Indonesia, maka pada tahun 1965 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 122 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji. Adapun langkah untuk merealisasikan Keppres tersebut antara lain dengan mendirikan PT. Arafat pada tanggal 1 Desember 1964 yang bergerak di bidang pelayaran dan khsus melayani perjalanan haji laut. PT. Arafat didirikan berdasarkan Akta Notaris tanggal 1 Desember 1964 Nomor 212, kemudian diubah dengan Akta Notaris Tanggal 19 Februari 1946. Keduanya dibuat dihadapan Notaris Soeleman Ardjasasmita di Jakarta. Akta Notaris tersebut disahkan dengan Universitas Sumatera Utara 84 Surat Penetapan Menteri Kehakiman Nomor JA.52022 tanggal 24 Februari 1964 dan didaftarkan pada kantor Panitera Pengadilan Negeri Istimewa di Jakarta Nomor 524 tanggal 9 Maret 1965. Dan pengesahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara RI Nomor 64 tanggal 10 Agustus 1965, tambahan nomor 139. Penyelenggaraan haji ditangani oleh pemerintah sejak tahun 1969. Hal ini disebabkan karena banyaknya calon jemaah haji yang gagal diberangkatkan oleh orang-orang atau badan-badan swasta, bahkan calon-calon yang mengadakan kegiatan usaha penyelenggaraan perjalanan haji, sehingga menimbulkan banyak protes kepada pemerintah c.q. Departemen Agama. Maka dengan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1969, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan mengambil alih semua proses penyelenggaraan perjalanan haji oleh pemerintah. Dengan keputusan ini, pemerintah mengharuskan setiap warga negara Indonesia yang akan menunaikan ibadah haji, agar melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. http:haji.kemenag.go.id Suryadharma Ali mengumumkan kebijakan baru dalam menunaikan ibadah haji pada musim haji 1431H2010M, antara lain kenaikan setoran awal, pakaian batik dan pondokan bagi para jemaah. Yang paling krusial dari tahun ke tahun adalah masalah pemondokan. Karena itu Kementrian Agama bertekad untuk mendapatkan jarak pondokan dekat dengan Masjidil Haram.Jarak pondokan bagi jemaah haji Indonesia pada musim haji 1431H2010M diusahakan lebih dekat dibanding tahun sebelumnya, sehingga jemaah akan merasa lebih nyaman beribadah. Universitas Sumatera Utara 85 Persiapan rencana untuk mendapatkan pemondokan jemaah di Mekkah dengan jarak maksimal 4.000 meter dari Masjidil Haram, dan di Madinah 95 persen berada di wilayah Markiziah pada Haji Tahun 1431H2010M sudah dilakukan. Pada penyelenggaraan musim haji tahun lalu, menurut Menag, jarak pondokan jemaah haji Indonesia paling jauh 7 km. Itu merupakan prestasi terbaik. Untuk tahun depan, harus lebih baik lagi. Untuk mendapatkan jarak yang lebih dekat lagi, tentu pihaknya harus bekerja keras. “karena itu, tim perumahan sudah harus cepat berangkat ke tanah suci,” Ia menjelaskan, tim perumahan untuk mendapatkan pondokan haji di Mekkah dan Madinah sudah dibentuk. Pekan depan, persiapan keberangkatan tim tersebut sudah rampung. Menteri juga menjelaskan rencana menggunakan pakaian batik sebagai seragam nasional jemaah haji Indonesia. Ini salah satu bentuk upaya melestarikan batik sebagai ciri khas dan warisan budaya Indonesia. Ada dua corak batik di negeri ini. Pertama bercorak nasional dan daerah. Untuk batik yang akan dikenakan nanti, ia akan membuka lomba desain batik bagi jemaah Indonesia. “Yang jelas, batik itu tak boleh bercorak manusia dan binatang. Tapi harus bermotif bunga dan daun Pada kesempatan yang sama ia juga mengumumkan perubahan setoran awal bagi calon jemaah haji Indonesia. Untuk penyelenggaraan haji mulai tahun ini setoran awal haji reguler direncanakan sebesar Rp25 juta, dan jemaah haji khusus sebesar USD 4.000. Hal ini dimaksudkan agar daftar “waiting list” calon jemaah haji tidak meningkat secara tajam. Untuk menyempurnakan rencana tersebut, Menag berencana untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu SMM Penyelenggaraan Ibadah Haji yang berstandar ISO 9001:2008, demi kualitas penyelenggaraan ibadah haji dapat memenuhi standar pelayanan internasional. Indikator Universitas Sumatera Utara 86 keberhasilan pelaksanaan ibadah haji ditentukan dengan peningkatan kompetensi petugas haji dan umrah. Calon jamaah haji memperoleh banyak kebijakan pemerintah dalam penyelenggaaan ibadah haji seperti jaminan dari pemerintah untuk diberangkatkan sesuai tahun keberangkatannya, jaminan memperoleh jaminan akomodasi, jaminan menunaikan wukuf dan jaminan untuk dipulangkan. Sumber : jurnalhaji.com. Pada tahun 2010 sebanyak 2.000 tenaga kesehatan untuk mendukung kelancaran ibadah bagi jamaah haji khususnya selama di Arafah-Muzdalifah-Mina Armina. Para petugas ini sudah dibagi per wilayah kerja. Untuk wilayah Arafah misalnya, tim yang akan diterjunkan adalah dari Daker Jeddah dengan dibantu Daker Madinah. Sementara saat tim Daker Madinah bertugas di Mina, gantian Daker Jeddah terlibat. Hal ini beralasan sebab bagi jamaah ritual ibadah di Armina sangat membutuhkan tenaga ekstra. Di Arafah misalnya nanti akan terjadi kepadatan jamaah yang sangat luar biasa karena semua jamaah dari berbagai negara berkumpul menjalankan wukuf Bataviase.co.id. Indonesia didomonasi masyarakat muslim Bank Syariah dapat mempergunakan uang tabungan itu untuk kegiatan lainnya. Misalnya untuk pinjaman kepada nasabah atau untuk investasi. Bank Syariah mendapatkan pinjaman lunak dari tabungan haji karena tidak dikenai bunga dan masa tenggang waktu pengembaliannya dalam jangka waktu lama. Selain itu, tabungan haji tidak bisa diambil kembali oleh nasabah sebelum saldonya mencukupi untuk ongkos naik haji. Image Bank Syariah di mata masyarakat semakin baik. Terutama bagi ummat islam. Selain itu, dengan program ini, juga mempererat hubungan Bank Universitas Sumatera Utara 87 Syariah dengan instansi-instansi terkait. Terutama dengan Departemen Agama RI. Ikatan Ahli Ekonomi Islam mendukung agar tabungan dana haji hanya ditempatkan di bank syariah. IAEI pun mendesak pemerintah untuk mengembangkan dana haji melalui institusi keuangan syariah. Dana haji adalah dana syariah yang sangat potensial karena jumlahnya sangat besar. Dana yang terkumpul cukup banyak karena rata- rata penabung dana haji berada dalam waiting list dan harus menunggu antara dua sampai tiga tahun untuk pergi haji. Biaya perjalanan haji yang jumlahnya puluhan juta rupiah per orang membuat dana yang terparkir di lembaga keuangan sangat besar. Setidaknya, ribuan orang masuk dalam daftar tunggu jamaah haji. Jika dana tersebut terparkir di bank syariah, maka setidaknya dana tersebut dapat membantu kemiskinan dan persoalan ekonomi umat. Pasalnya, sebagian besar dana yang terkumpul di lembaga keuangan syariah disalurkan pada sektor riil. Hendaknya dana tersebut pun tak dikelola secara konvensional yang terdapat praktik-praktik ribawi di dalamnya. Karena, dana haji adalah tuntutan syariah yang diperuntukkan ibadah. Bank-bank syariah yang ada pun harus dioptimalkan untuk menjaring potensi dana tabungan haji. Penempatan dana haji di bank konvensional, lekat dengan hal yang berbau ribawi dan tak memiliki dewan pengawas syariah di dalamnya. Dari segi sosial ekonomi pun, terdapat multiplier effect karena pembiayaan bank syariah disalurkan ke unit usaha kecil dan menengah yang memberdayakan masyarakat. Dengan penempatan dana tabungan haji di bank syariah, hal tersebut juga akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Universitas Sumatera Utara 88 Indonesia. Hingga November 2008 total aset perbankan syariah mencapai Rp 47 triliun. Nasabah tabungan haji bank syariah pun mendapatkan bagi hasil dan tidak dikenakan biaya apa pun. Pada tahun 2007 Direktorat Jenderal Imigrasi Dep.Hukum dan Ham, pihak yang berwenang mengeluarkan paspor di Indoensia menetapkan biaya pembuatan paspor hijau untuk haji sebesar Rp 270.000. Instansi ini juga menetapkan berbagai persyaratan bagi calon jemaah dalam pembuatan paspor tersebut. Persyaratan itu harus memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK, Akta KelahiranSurat Kenal Lahir, Surat Nikah, sampai-sampai kepada keharusan memiliki Ijazah Pendidikan terakhir darim calon jemaah. Kalau satu diantara persyaratan itu tidak ada maka boleh diganti dengan surat keterangan dari Departemen Agama Depag tingkat kotakabupaten. Depag selaku penyelenggara haji membebaskan biaya pembuatan paspor tersebut kepada calon jemaah haji biasa, karena biayanya diambil dari perolehan bunga tabungan mereka di Bank Penerima Setoran Haji BPSH. Sementara haji khusus yang berjumlah 16.000 orang harus membayar sendiri, dengan alasan dananya di BPSH tidak cukup untuk membiayai pembuatan paspor. Terjadinya diskriminasi tersebut sempat dikeluhkan dan dipertanyakan pengusaha penyelenggara haji khusus lewat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia Amphuri. Kenapa ini bisa terjadi, padahal perolehan bunga tabungan haji calon jemaah di BPSH tidak berbeda antara haji khusus dan haji biasa. Dan kenapa haji biasa bisa gratis sementara haji khusus harus membayar sendiri biaya pembuatan paspor sebesar Rp 270.000 itu. Seperti dikethui bahwa sejak April 2007 Depag mendepositokan setoran awal Universitas Sumatera Utara 89 calon jemaah Rp 20 juta ke atas di BPSH melalui gtabungan haji, dengan bunga sebesar 7 persen per tahun. Ini berarti masing-masing calon jemaah memperoleh bunga tabungannya sebesar Rp 1,4 juta per tahun, kalau dua tahun mengendap di BPSH dengan bunga Rp 2,8 juta, dan begitu seterusnya. Jadi tidak ada alasan bagi Depag mengatakan jasa yang diperoleh dari tabungan haji khusus tidak cukup membiayai pembuatan paspornya. Tapi ketika Amphuri meminta penjelasan tentang masalah ini kepada pejabat terkait di Depag tidak pernah digubris sama sekali. Bahkan diantara pejabat di instansi itu saling lempar tanggung jawab ketika setiap kali dihubungi Amphuri. Mereka ingin tahu rincian perolehan jasa tabungan haji jemahnya, dan kalau memang tidak cukup untuk membiayai pembuatan paspor, mereka bersedia menambahnya.

4.4 Hasil Analisa Data