Teknik Pengumpulan Data PENDAHULUAN

Muzadi menyangkut persoalan aksi terorisme di Indonesia selama tahun 2000-2005 untuk di analisis dan diinterpretasikan.

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memperolehnya melalui dua cara: 1 Studi Kepustakaan. Pengumpulan data didapat dari berbagai hasil penelitian yang sudah ada, buku- buku, serta tulisan-tulisan lepas yang tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan internet, tentang NU dan terorisme. Penulis memilah data kepustakaan ini menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Informasi pustaka yang dikategorikan sebagai data primer di sini antara lain: Hasil-Hasil Muktamar NU ke-30 dan 31, Hasil-Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama, Narasi Khidmat Nahdlatul Ulama 1999-2004, dan tulisan KH. Hasyim Muzadi: Mengembangkan NU Melalui Penyembuhan Luka Bangsa . 2 Wawancara Data penelitian ini juga akan diperoleh melalui wawancara mendalam in-depth interview yang tidak terstruktur 23 dari sumber-sumber data. Peneliti menggunakan instrumen panduan wawancara yang secara khusus disusun untuk keperluan tersebut sebagai acuan agar tetap dalam tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang akan dikumpulkan adalah materi yang berkaitan dengan pendapat, pandangan, dan kritik tetang variabel yang diajukan peneliti. Data yang diperoleh dari wawancara ini penulis menetapkannya sebagai data primer. 23 Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara ini menekankan pengecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Wawancara jenis ini biasanya dilakukan ketika pewawancara berhubungan dengan “orang penting”. Lexi J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif , h. 139 Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh NU antara lain: 1 KH. A. Hasyim Muzadi. Ia adalah tokoh sentral NU yang secara struktural duduk sebagai Ketua Umum dalam kepengurusan PBNU periode 1998-2004 dan 2004-2009. 2 KH. Ma’ruf Amin selaku Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah satu tokoh NU yang memiliki pengalaman sebagai Ketua Tim Penanggulangan terorisme di Indonesia yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia MUI. 3 KH. DR. Said Agil Siradj selaku salah satu Ketua PBNU. Ia adalah salah satu tokoh NU yang kapasitas intelektualnya tidak diragukan dan sering menjadi rujukan bagi banyak kalangan. Secara intens ia memberikan respons pemikiran terhadap masalah terorisme yang diartikulasikan melalui media massa atau lainnya. 4 Ahmad Baso. Ia adalah tokoh muda NU non struktural PBNU dan peneliti di LTN NU Lajnah Ta’lif wa al-Nasyr Nahdlatul Ulama. Ia banyak meneliti dan menulis tentang NU serta isu-isu kontemporer yang terkait NU, termasuk persoalan terorisme. 5 Hery Haryanto Azumi, seorang tokoh muda NU non struktural PBNU. Ia dikenal dekat dan menjadi bagian dari think tank Ketua Umum PBNU saat ini. Di samping itu, ia juga cukup dekat dengan kalangan Badan Intelijen Negara BIN. Di samping melakukan wawancara secara langsung, penulis juga akan mengutip pendapat dan pernyataan tokoh yang penulis anggap penting dari berbagai seminar, diskusi, dan forum lainnya.

b. Teknik Analisa Data