h. Lemahnya Negara
Negara yang kuat adalah negara yang mampu mengayomi dan mengontrol rakyatnya, memberikan hak-hak dan mampu memaksa mereka untuk menjalankan
kewajiban sebagai warga negara. Sebaliknya, negara yang lemah sulit sekali mengontrol dan menjalankan fungsi-fungsi negara dengan semestinya. Situasi seperti
ini kemudian banyak dimanfaatkan oleh kelompok atau organisasi tertentu untuk merapatkan barisan, memobilisasi anggota, dan melakukan gerakan-gerakan tertentu
dengan leluasa tanpa khawatir akan dibasmi oleh negara. Apalagi jika, kepentingan politik elit tertentu dari penguasa negara ikut bermain mata dengan mereka. Walhasil
mereka akan semakin leluasa melakukan berbagai rencananya. Sebagai contoh, terlepas dari berbagai kritikan dan resistensinya, masa rezim
Soeharto sangat kuat mengontrol berbagai elemen masyarakat. Karenanya, pada masa itu organisasi-organisasi Islam garis keras tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan diri. Karenanya, hampir tidak pernah ada pada masa itu peledakan bom, sweeping massa, mobilisasi jihad, dan sebagainya.
Sementara pasca rezim Soeharto, seiring dengan isu demokratisasi yang semakin menguat, tanpa disadari negara begitu lemah untuk mengontrol mereka. Berbagai
organisasi Islam garis keras tiba-tiba bermunculan. Mereka bahkan secara terang- terangan mempertontonkan kekuatannya dengan dalih agama. Tak jarang mereka
mengambil alih tugas-tugas kepolisian maupun TNI dalam hal yang berkaitan dengan ketertiban sipil. Parahnya, kekuatan mereka ini kemudian dimanfaatkan oleh elit
penguasa tertentu untuk kepentingan politiknya. Sehingga yang terjadi kemudian simbiosis mutualisme antara elit dengan organisasi tersebut.
2. Bentuk-bentuk Terorisme
Aksi tersebut terjadi dalam skala nasional maupun internasional. Dalam skala nasional, terorisme di lakukan secara terbatas dalam satu wilayah negara. Sasaran dari
aksi teror adalah warga sipil atau penguasa di negara tersebut tergantung pelakunya.
Aksi terorisme dalam bentuk ini bisa dilakukan karena tidak sepaham dengan ide, pikiran atau kebijakan penguasa atau kelompok yang menjadi musuhnya.
Aksi teror yang dilakukan oleh suatu kelompok kepada negara atau penguasa bertujuan agar mendapatkan perhatian sehingga aspirasi mereka bisa diakomodir
sehingga bisa mengubah kebijakan yang ada. Atau bisa juga untuk menciptakan ketidakstabilan sosial-politik sehingga mereka mendapatkan keuntungan dari kondisi
tersebut. Sedangkan teror yang dilakukan oleh penguasa kepada rakyatnya sendiri bertujuan untuk melanggengkan kekuasaan dan menciptakan kepatuhan rakyat
kepada penguasa .
Dalam skala internasional, aksi terorisme dilakukan terhadap kepentingan internasional tanpa tersekat oleh batas negara. Terorisme yang demikian merupakan
bentuk kekerasan politik yang melibatkan warga atau negara lebih dari satu dengan melampaui batas-batas negara.
66
Inilah terorisme internasional. Sasaran dari tindak kejahatan terorisme internasional ini bisa berupa target manusia, fasilitas-fasilitas
publik, gedung, atau instansi negara. Tindakan semacam ini umumnya memiliki motif yang sangat luas, mencakup ideologi, ekonomi, politik, militer, budaya, dan
sebagainya. Terorisme internasional bisa dilakukan oleh sebuah jaringan yang rapi dan bekerja
secara sistemik. Target sasaran mereka lintas batas negara. Terkadang suatu kelompok atau negara melakukan aksi teror di suatu negara yang memiliki dampak
strategis secara internasional. Dengan begitu, diharapkan akan ada respons balik dari negara korban untuk menanggapinya sehingga kepentingan pelaku bisa diwujudkan.
Kasus serangan ke gedung WTC dan Penthagon pada 11 September 2001 silam di Amerika adalah contoh paling gampang untuk diingat. Keduanya memiliki arti yang
sangat strategis dan penting. Gedung WTC adalah urat nadi perekonomian dunia, karena di sana berkantor perusahaan multinasional yang tersebar di seluruh dunia.
66
Andrew J. Peirre, The Politic of International Terrorism on A Journal of World Affair, Philadelhia: Foreign Policy Research Institute , 1976, 91
WTC adalah simbol kapitalisme dunia. Sementara Gedung pentagon adalah otak sistem pertahanan negara adikuasa tersebut. Dampaknya jelas, Amerika langsung
mengumumkan perang melawan terorisme. Negara atau kelompok yang tidak pro dengan kebijakan AS akan dianggap sebagai musuh. Sementara yang mau tunduk
akan menjadi anak emas yang akan menerima banyak hadiah. Dalam bentuknya, aksi terorisme dilakukan dengan sangat beragam dalam buku
The Antiterrorism Handbook
67
dijelaskan bahwa tindakan-tindakan yang bisa dikategorikan sebagai aksi terorisme antara lain: penculikan, penyanderaan,
pendudukan wilayah secara tidak sah, pembakaran, pengeboman, serangan bersenjata, pembajakan, sabotase, penyebaran polusi, ancamanIntimidasi, dan perusakan
fasilitas.
Adapun bentuk terorisme di dunia terdapat 3 kategori dalam hal ini
68
, yaitu:
a. Terorisme non Negara Non State Terrorism