3. Upaya Pemerintah dalam Menangani Masalah Terorisme
Adanya berbagai aksi teror seperti pengeboman dengan intensitas yang cukup tinggi di tanah air memaksa dunia mengalihkan perhatiannya ke Indonesia, apalagi Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia. Sadar dengan posisi yang demikian, pemerintah segera melakukan langkah-langkah antisipasi agar efek domino yang
diakibatkan oleh peristiwa 11 September dan teror di Indonesia tidak menjadi justifikasi bahwa Indonesia memang benar- benar menjadi sarang teroris. Pemerintah kemudian melakukan berbagai kerja sama bilateral, regional, maupun
multilateral. Salah satu kerja sama tersebut adalah ditandatanganinya MoU Indonesia–Australia tentang kerja sama antiterorisme. Terbukti kerja sama ini kemudian menjadi sangat bermanfaat ketika pemerintah melakukan investigasi kasus
bom Bali. Di kawasan regional negara-negara ASEAN juga digalakkan kerja sama di bidang ini, seperti Tripartite Agreement
antara Indonesia-Malaysia-Filipina yang ditandatangani pemerintah pada 7 Mei 2002. Sebelumnya, tanggal 5-6 November 2001 pada ASEAN Summit VII, disepakati ASEAN Declaration on Joint Action to Counter Terrorism. Deklarasi ini
menyatakan antara lain rasa belasungkawa dan simpati yang mendalam atas terjadinya peristiwa 11 September 2001 yang menimpa AS, mengutuk aksi terorisme tersebut, menyepakati untuk melawan, mencegah, dan menindak segala bentuk aksi
terorisme dan mempertegas langkah-langkah nyata selanjutnya untuk melawan kejahatan transnasional.
91
Pemerintah juga Indonesia meratifikasi Konvensi Tokyo 1962, Konvensi Den Haag 1970, dan Konvensi Montreal 1971 tentang hukuman terhadap teroris dan jaminan keselamatan penerbangan sipil. Indonesia juga ikut menandatangani
Konvensi Internasional tentang “Pembekuan Dana Terorisme” pada 24 September 2001.
92
Upaya-upaya tersebut dalam banyak hal kemudian cukup membantu bagi kerja pemerintah—utamanya kepolisian— untuk mengusut kasus-kasus terorisme yang terjadi. Sehingga saat ini banyak dari pelaku terorisme itu yang telah bisa
ditangkap dan dibongkar jaringannya. Pihak Kepolisian Republik Indonesia POLRI dalam hal ini secara khusus membentuk satuan khusus untuk menangani masalah terorisme, yaitu Satuan Antiteror yang dikenal dengan Detasemen 88.
Karena kasus terorisme ini tidak berdiri tunggal tanpa melibatkan pihak dunia internasional, maka pemerintah Indonesia melakukan upaya diplomasi total, yaitu diplomasi dengan melibatkan semua komponen bangsa. Di jajaran
91
Hassan Wirajuda, Menlu RI, Diplomasi Total di Era Informasi. Disampaikan sebagai “Keynote Speech” pada Seminar Public Relations, Jakarta: Hotel Mandarin Oriental, 20 Februari 2003.
92
Hassan Wirajuda, Menlu RI, Diplomasi Total...
Departemen Luar Negeri Deplu misalnya, sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia ke luar negeri, mereka memulainya dengan merestrukturisasi organisasi departemen 2002 dengan didasarkan pada pendekatan kawasan dan keseimbangan
antara diplomasi bilateral, regional, dan multilateral. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan penataan kembali orientasi tugas diplomat dan kedutaan.
93
Di samping melakukan langkah-langkah diplomasi, pemerintah berusaha meningkatkan fungsi intelijen negara, baik dari kepolisian maupun dari TNI untuk mengupayakan adanya informasi awal yang akurat tentang ancaman terorisme yang
akan terjadi. Dengan menyinergikan seluruh kekuatan personel intelijen negara diharapkan akan memberikan hasil yang optimal terhadap penanganan kasus terorisme di Indonesia.
Selain aspek diplomasi dan teknis penanganan kasus terorisme, pemerintah juga mengupayakan perangkat hukum untuk mengatasi kejahatan terorisme. Beberapa peraturan tersebut antara lain; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Perppu No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dan Perppu No.2 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Perppu tersebut.
94
Kedua Perppu tersebut ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh ketentuan Pasal 22 UUD 1945 yang menyatakan; 10 Dalam hal-ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti Undang-undang; 2 Peraturan Pemerintah ini harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut; 3 Jika kita tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah
itu harus dicabut.
95
Alasan diterbitkannya kedua Perppu tersebut adalah karena dianggap belum ada payung hukum untuk mengungkap kasus bom Bali. Acuan hukum yang tersedia dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP dan Peraturan UU
lainnya, seperti UU Darurat No. 12 tahun 1951 tentang Senjata Api dan UU No. 4 tahun 1976 tentang Pembajakan hanya memuat tindak pidana biasa dan tidak memadai untuk memberantas tindak pidana terorisme yang merupakan kejahatan
luar biasa terhadap kemanusiaan. Demikian juga UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHP juga dirasakan kurang memadai.
93
Hassan Wirajuda, Menlu RI, Diplomasi Total...
94
Kedua Perppu ini kemudian disahkan menjadi UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme UU No.152003 pada 6 Maret 2003.
95
Keterangan Pemerintah tentang diterbitkannya Perppu tentang Pemberantasan terorisme, disampaikan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas Nama Pemerintah Republik Indonesia,
pada 18 Oktober 2002.
Jadi proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana terorisme memerlukan ketentuan khusus yang diatur secara tersendiri, di samping ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam KUHP.
96
Pemberlakuan Perppu No. 1 tahun 2002 ditujukan untuk kepentingan yang sangat besar, yaitu melindungi dan menjaga keutuhan bangsa dan negara. Meski demikian, pemerintah tetap akan menjamin kebebasan beragama dan
menjalankan keyakinan warganya. Berkaitan dengan peristiwa bom Bali, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa DK PBB mengeluarkan
Resolusi Nomor 1438 2002 yang berisi simpati kepada pemerintah dan rakyat Indonesia serta para korban dan keluarganya, serta menyerukan kepada semua negara berdasarkan Resolusi Nomor 1373 2002 untuk bekerja sama
membantu pemerintah Indonesia untuk mengungkap pelaku yang terkait dengan peristiwa tersebut dan membawanya ke pengadilan.
97
[]
BAB III MOZAIK NAHDLATUL ULAMA NU
A. Visi NU 1.
Visi Kebangsaan
96
Keterangan Pemerintah tentang diterbitkannya Perppu tentang Pemberantasan terorisme..., pada 18 Oktober 2002.
97
Keterangan Pemerintah tentang diterbitkannya Perppu tentang Pemberantasan terorisme... , pada 18 Oktober 2002.