17 Reaksi ini terjadi pada suasana dalam air. Kondisi pH yang
optimum untuk nitrosasi senyawa amin sekunder berkisar antar 2,5 dan 3,5 Silalahi, 2005.
2.3 Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat
Prinsip pengukuran kadar nitrit dan nitrat berdasarkan berdasarkan pembentukan senyawa azo yang berwarna merah keunguan yang terjadi
bila direaksikan dengan asam sulfanilat dan N-1-naftil etilen diamin dihidroklorida. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang maksimum 543 nm SNI, 2006.
2.3.1 Spektrofotometri Sinar Tampak
Panjang gelombang sinar tampak lebih pendek daripada panjang gelombang radiasi inframerah. Satuan yang digunakan adalah nanometer
1 nm = 10
-7
cm. Spectrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm ungu sampai 750 nm merah Fessenden dan Fessenden, 1986.
Tabel 2.2 Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya
Panjang gelombang
Warna yang diserap Warna yang diamatiwarna
komplementer
400-435 nm Ungu lembayung
Hijau kekuningan 450-480 nm
Biru Kuning
480-490 nm Biru kehijauan
Orange 480-500 nm
Hijau kebiruan Merah
500-560 nm Hijau
Merah anggur 560-580 nm
Hijau kekuningan Ungu lembayung
580-595 nm Kuning
Biru 595-610 nm
Orange Biru kekuningan
610-750 nm Merah
Hijau kebiruan Gandjar dan Rohman, 2008.
Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang
gelombangnya. Sinar pada panjang gelombang tunggal radiasi
18 monokromatik diabsorbsi maka sinar yang dihasilkan akan nampk
sebagai warna komplemen warna yang diserap tadi. Jadi jika warna biru 450 sampai 480 nm diabsorbsi maka radiasi yang dihasilkan adalah
warna kuning Gandjar dan Rohman, 2008. Spektra sinar tampak dapat digunakan untuk informasi kualitatif
dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data yang diperoleh spektofotometri sinar tampak adalah panjang gelombang
maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan Gandjar dan
Rohman, 2008. Sementara, dalam aspek kuantitatif suatu berkas radiasi dikenakan
pada cuplikan dan intensitas radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan
intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya
sebanding dengan sejumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika radiasi yang mengenai
cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga
mengalami penurunana dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan
dengan proses penyerapan Gandjar dan Rohman, 2008. Menurut Gandjar dan Rohman 2008, dalam Hukum Lambert
Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat
19 penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam
hukum Lambert Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu; •
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis •
Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama
• Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut •
Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforiensi •
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan Suatu zat warna ialah senyawa organik berwarna yang digunakan
untuk memberi warna ke suatu objek. Warna merupakan hasil suatu perangkat kompleks respon faali maupun psikologis terhadap panjang
gelombang antara 400-750 nm, yang jatuh pada selaput retina mata Fessendendan Fessenden, 1986.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri sinar tampak terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri sinar tampak karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa
yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapa yang harus diperhatikan: a.
Pembentukan yang dapat menyerap sinar tampak Menurut Gandjar dan Rohman 2008, hal ini perlu dilakukan jika
senyawa yang dianalisis tidak menyerap pula pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah senyawa lain atau direaksikan
dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
20 •
Reaksinya selektif dan sensitif •
Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel •
Hasil reaksi dalam jangka waktu yang lama. Contohnya dengan cara mengubahnya menjadi senyawa yang
berwarna setelah didiazotasi dan dikopling degan naftil etilen diamin NED. Zat warna azo merupakan kelas zat yang terbesar dan terpenting,
jumlahnya mencapai ribuan. Dalam pewarnaan azo, mula-mula senya aromatik teraktifkan terhadap subtitusi elektrofilik, kemudian diolah
dengan suatu garam diazonium untuk membentuk zat warna Svehla, 1985; Gandjar dan Rohman, 2008; Fessenden dan Fessenden, 1986
b. Waktu operasional operating time
Cara ini digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbs larutan Gandjardan
Rohman, 2008. c.
Pemilihan panjang gelombang Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombangg yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu Gandjardan Rohman, 2008.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
21 konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi y dengan konsentrasi x Gandjardan Rohman, 2008. e.
Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorban yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15 samapai 70 jika dibaca sebagai tramitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah
0,005 atau 0,5 kesalahan fotometrik Gandjardan Rohman, 2008.
2.3.2 Reaksi Diazotasi