Uji Normalitas Data Uji Asumsi Klasik

68

5.2.2. Uji Asumsi Klasik

5.2.2.1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dapat diketahui dari nilai skewness yang mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan yang cenderung seimbang. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai skewness dari masing-masing variabel mendekati nol pada kolom statistiknya. Tabel 5.7 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error X1 32 26 40 33.53 3.592 -.059 .414 X2 32 16 24 19.88 2.685 .398 .414 X3 32 23 36 29.50 4.227 .400 .414 Y 32 12 16 14.00 1.566 .000 .414 Valid N listwise 32 Selain itu normalitas dapat dapat dilihat dari kurva histogram display normal yang memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna. 69 Regression Standardized Residual 2 1 -1 -2 Fr eq ue nc y 6 5 4 3 2 1 Histogram Dependent Variable: Y Mean =-3.57E-16 Std. Dev. =0.95 N =32 Gambar 5.1. Kurva Histogram Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada gambar berikut ini : 70 Gambar 5.2. Pengujian Normalitas Data 5.2.2.2. Uji Heteroskedastisitas Pengujian asumsi heterokedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y . Hasil pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini. Data pada gambar scatterplot pada uji regresi lampiran 3 menunjukkan seperti gambar berikut: Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expect ed C u m Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Y 71 Gambar 5.3. Uji Heteroskedastisitas 5.2.2.3. Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika antar variabel bebas independen ada korelasi yang cukup tinggi. Multikolinieritas terjadi pada umumnya korelasi diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas Imam Ghozali, 2001. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari variance inflation factor VIF, apabila nilai VIF di atas 10, maka ada indikasi terjadi multikolinieritas. Pengujian ini dapat dilihat pada lampiran 3 yaitu pada pengujian regresi berganda seperti pada tabel 5.8. dibawah ini: Tabel 5.8. Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variabel Tolerance VIF Sasaran Anggaran X 1 0,006 1,537 Komitmen Organisasi X 2 0,004 5,405 Ketidak PastianLingkungan X 3 0,004 4,196 Regression Standardized Predicted Value 2 1 -1 Re gr es sio n S tud en ti ze d Res id u al 2 1 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Y 72 Cara pertama untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat nilai variance inflation factor VIF berada dibawah nilai 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Cara kedua dengan melihat nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas. Tabel Pearson Correlations pada tabel 5.9. lampiran 3 seperti dibawah ini: Tabel 5.9 Pearson Correlation Variabel Y X1 X2 X3 Y 1,00 0,778 0,839 0,674 X1 0,778 1,000 0,002 0,003 X2 0,839 0,002 1,000 0,013 X3 0,674 0,003 0,013 1,000

5.2.2.4. Autokorelasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2 79 103

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial pada Koperasi di Wilayah Tangerang Selatan

1 12 159

Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggaran pada UIN Syarif Hidayatullah

0 4 22

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTSISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN.

0 4 18

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI,DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus pada RS. Kasih Ibu Surakarta).

2 11 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI SURAKARTA.

0 0 14

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah Eks Karesidenan Surakarta.

0 5 13

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah Eks Karesidenan Surakarta.

0 0 16

MODERASI KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DALAM PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG.

0 1 49

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN.

0 0 6