Pengaruh Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kesenjangan Anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP

KESENJANGAN ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

YILPIPA MINANDA 077017024/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENGARUH SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP

KESENJANGAN ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syaratu ntuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

YILPIPA MINANDA 077017024/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama : Yilpipa Minanda

Nomor Pokok : 077017024 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Msc)


(4)

(5)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 6 Mei 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 2. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec.Ac 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, AK


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2009

Yang membuat pernyataan


(7)

ABSTRAK

Pengaruh Ketetapan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintahan Kabupaten Sarolangun

Penelitian di Sektor publik telah banyak dilakukan dalam bidang penganggaran, namun penelitian yang menguji tentang pengaruh ketepatan skedul penyusunan anggaran terhadap kinerja managerial SKPD sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada Pengaruh Ketetapan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintahan Kabupaten Sarolangun

Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Sarolangan. Unit analisisnya adalah kepala satuan kerja, kepala bagian/seksi/subbagian perencanaan dan kepala bagian/seksi/subbagian Evaluasi dan Pelaporan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Ketetapan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Manajerial SKPD. Sedangkan secara parsial Ketetapan Skedul Penyusunan Anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Kata Kunci: Ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, partisipasi penyusunan anggaran, kinerja managerial SKPD.


(8)

ABSTRACT

The influence of Budget Scheduling, Budget Goal Clarity, Participatory Budgeting on Managerial Performance in Sarolangun Regency

Some studies about budgetary in public sector had been undertaken. However no studies had been undertaken to test the influence of budget scheduling on Managerial performance. The goal of this research is conducted to explore whether there is empirical evidence about the influence of Budget Scheduling, Budget Goal Clarity, Participatory Budgeting on Managerial Performance in Sarolangun Regency.

Population of this research is all organization units in Sarolangan Regency. Unit of analysis is person who works in organization unit. The data collecting had been done with a questionnaire delivered directly by researcher. Before testing the hypothesis with multiple regression analysis, testing of quality data was being done first.

The analysis shows that there are influences of Budget Schedule Accuracy, Budget Goal Clarity, and Participatory Budgeting on Managerial Performance in Sarolangun Regency simultaneously. Partially, budget scheduling does not significantly affect the managerial performance.

Keywords: budget scheduling, budget goal clarity, participatory budgeting, managerial performance.


(9)

Segala puji dan syukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun”

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan studi program S-2 pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sektor Publik di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Besar sekali harapan, bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan yang menggunakannya.

Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang yang tulus dan tak terhingga kepada:

1. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan penuh ketulusan dan kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyumbangkan pemikiran dan saran dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan koreksi demi penyempurnaan tesis ini.


(10)

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembanding yang banyak memberikan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan tesis ini.

6. Segenap tim pengajar Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah berupaya mencurahkan pengetahuannya kepada penulis serta seluruh staf akademik yang telah berupaya memberikan pelayanan kepada penulis selama mengikuti pendidikan;

7. Gubernur Jambi yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;

9. Ayahanda Machmud. J (Alm) dan ibunda Hj. Syaifur yang selalu mendo’akan dan merestui anaknya untuk menuntut ilmu, tak lupa sembah sujud penulis kepada beliau atas jasanya yang tak mungkin terbalaskan.

10.Istriku tercinta Dian Novita, A.Md dan anak-anak ku: Chegivara Mulya Sulaiman, Cakrawala Mulya Nabiil, Chalifah Mulya Syaifullah atas penderitaan dan pengorbanannya serta selalu memberikan dorongan pada penulis kearah kemajuan yang lebih baik.

Hasil penelitian ini jauh dari kesempurnaan, adanya kemungkinan baik yang bersifat teoritis, kesalahan dalam penggunaan alat ukur variable penelitian ini maupun kesalahan lainnya. Hal ini akibat keterbatasan penguasaan pengetahuan terutama pengetahuan tentang metode penelitian dan kurangnya pengalaman penulis dalam melakukan penelitian. Untuk itu penulis membuka diri untuk dikritik dan diberi saran agar penelitian yang akan dilakukan di kemudian hari mendekati kesempurnaan.

Medan, Maret 2009

Penulis,


(11)

(12)

RIWAYAT HIDAUP

Nama Lengkap : Syafrial. MY

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 8 Agustus 1971

Agama : I s l a m

Institusi : Inspektorat Provinsi Jambi

Alamat Kantor : Jl. Letjen. M.T. Haryono No. 2 Telanaipura Jambi Telp. Kantor/Fax : (0741) 61606 / Fax. (0741)62317

Alamat Rumah : Griya Aur Duri Indah C/87 Kel. Penyengat Rendah Kec. Telanaipura Kota Jambi.

Telp. Rumah/HP : (0741) 580411 / +6281366368886 Pendidikan Formal :

1. SD, tamat tahun 1984 : SDN No. 11 Kota Jambi 2. SLTP, tamat tahun 1987 : SMP PGRI 2 Kota Jambi 3. SLTA, tamat tahun 1990 : SMEA PGRI 2 Kota Jambi

4. S-1, tamat tahun 2003 : Fakultas Ekonomi, Universitas Batanghari Kota Jambi


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Originalitas... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori... 8

2.1.1 Kesenjangan Anggaran dan Sasaran Anggaran ... 8

2.1.2 Komitmen Organisasi... 11

2.1.3 Ketidakpastian Lingkungan ... 12

2.1.4 Penganggaran Sektor Publik ... 13

2.1.4.1 Konsep Anggaran Sektor Publik... 13

2.1.4.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 15


(14)

2.1.4.4 Fungsi Anggaran Sektor Publik ... 16

2.1.4.5 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik ... 20

2.1.4.6 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik ... 21

2.1.4.7 Pihak Yang Terlibat Dalam Penyusunan Anggaran 22 2.2 Review Peneliti Terdahulu... 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 27

3.1 Kerangka Konsep ... 27

3.1.1 Pengaruh Sasaran Anggaaran dengan Kesenjangan Anggaran ... .... 27

3.1.2 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kesenjangan Anggaran. ... 28

3.1.3 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap terhadap Kesenjangan Anggaran... 29

3.2 Hipotesis Penelitian... 31

BAB IV METODE PENELITIAN... 32

4.1 Jenis Penelitian ... 32

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.3 Populasi dan Sampel ... 32

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 33

4.6 Metode Analisis Data... 37

4.6.1 Pengujian Kualitas Data... 37

4.6.1.1 Pengujian Validitas ... 37


(15)

4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 39

4.6.2.1 Uji Normalitas... 39

4.6.2.2 Uji Multikolinieritas... 39

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 40

4.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 40

4.6.3 Pengujian Hipotesis ... 4.6.3.1 Uji Statistik Deskriptif ... 41

4.6.3.2 Uji Korelasi Parsial ... 41

4.6.3.3 Pengujian Regresi Berganda (Uji Statistik Inferensi) 41 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1 Deskriptif Data ... 43

5.1.1 Deskriptif Lokasi... 43

5.1.2 Karakteristik Penelitian... 43

5.2 Analisis Data ... 44

5.2.1 Uji Kualitas Data... 44

5.2.1.1 Uji Validitas ... 45

5.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 48

5.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 49

5.2.2.1 Uji Normalitas Data ... 49

5.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas... 51


(16)

5.2.2. Uji Autokorelasi ... 53

5.3 Hasil Analisis ... 54

5.4 Pembahasan ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Keterbatasan... 61

6.3 Saran... 61


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Reviu atas Peneliti Terdahulu ... 26

4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 35

5.1 Statistisk Deskriptif... 43

5.2 Profil Responden... 44

5.3 Item Total Statistic Tahap I... 45

5.4 Item Total Statistic Tahap II ... 47

5.5 Reliability Statistic Tahap I... 48

5.6 Reliability Statistic Tahap I... 49

5.7 Deskriptive Statistics... 50

5.8 Uji Multikolinieritas... 52

5.9 Pearson Correlation... 5.10 Model Summary... 5.11 Coeffidients (a) ... 5.12 ANOVA (b)... 55


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 27

5.1 Kurva Histogram... 50

5.2 Pengujian Normalitas Data ... 51


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Rencana Waktu Penelitian ... 66

2 Kuesioner Penelitian ... 67

3 Data Hasil Pengisian Kuesioner... 72

4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

8 Uji Korelasi ... 80


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesataun Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras, hal ini agar tidak terjadi kesenjangan dalam anggaran. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesataun sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 bahwa anggaran dan pendapatan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.


(21)

Anggaran merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan yang berisikan rencana kegiatan di masa yang akan datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Suatu organisasi membutuhkan anggaran untuk menterjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana operasional dan tujuan jangka pendek (Hansen dan Mowen, 1997).

Anggaran yang efektif membutuhkan kemampuan memprediksi masa depan, yang meliputi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Manajer perlu menyusun anggaran dengan baik karena anggaran merupakan perencanaan keuangan yang menggambarkan seluruh aktivitas operasional perusahaan (Siegel dan Marconi, 1989). Kesalahan memprediksi akan mengacaukan rencana yang telah disusun dan berdampak terhadap penilaian kinerjanya.

Proses penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia (Siegel dan Marconi, 1989), terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam proses penyusunan anggaran. Misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, padahal bawahan memiliki informasi yang dapat digunakan untuk membantu keakuratan anggaran perusahaan. Perkiraan bias tersebut dilakukan dengan melaporkan prospek penerimaan yang lebih rendah, dan prospek biaya yang lebih tinggi, sehingga target anggaran dapat lebih mudah dicapai. Tindakan bawahan memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai kinerja atau pemberian reward, atasan mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran anggaran. Dengan tercapainya sasaran


(22)

anggaran, bawahan berharap dapat mempertinggi prospek kompensasi yang akan diperolehnya. Namun, bagi perusahaan, laporan anggaran yang bias akan mengurangi keefektifan anggaran didalam perencanaan dan pengawasan organisasi (Waller, 1988). Perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi perusahaan ini disebut kesenjangan anggaran (budgetary slack) (Anthony dan Govindarajan, 1998), atau merupakan pelaporan jumlah anggaran yang dengan sengaja dilaporkan melebihi sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan mengecilkan kemampuan produktivitas yang dimilikinya (Young, 1985).

Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi bawahan dengan kesenjangan anggaran di dalam penyusunan anggaran telah dilakukan oleh banyak peneliti. Terutama untuk meneliti aspek perilaku bawahan dalam menentukan standar anggaran. Aspek perilaku ini menyangkut seberapa jauh kepuasan dan kinerja yang ingin dicapai bawahan. Dalam hal ini bawahan menginginkan setiap informasi yang diberikan kepada atasan dapat digunakan untuk mencapai tingkat kepuasan dan kinerjanya yang lebih tinggi (Young, 1985).

Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan mengindikasi bahwa partisipasi anggaran dapat berinteraksi dengan variabel dari berbagai aspek lingkungan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku bawahan (Magner et al., 1995). Misalnya Dunk (1993) melakukan penelitian dengan menganalisis pengaruh interaksi anggaran, informasi asimetri diantara atasan dan bawahan, dan budget emphasis yang digunakan atasan dalam menilai kinerja bawahannya terhadap slack anggaran. Hasil


(23)

penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat budget emphasis dan informasi asimetri dapat mempengaruhi bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk melakukan kesenjangan anggaran. Dalam hal ini, kesenjangan anggaran akan rendah apabila partisipasi anggaran, informasi assimetri, dan budget emphasis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran menurunkan kesenjangan anggaran. Sedangkan Young (1985) menguji secara empiris pengaruh informasi pribadi terhadap kapabilitas produktif, risk preference, dan partisipasi anggaran pada kesenjangan anggaran. Hasilnya menunjukkan bahwa, karena adanya keinginan untuk menghindari resiko, bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan kesenjangan anggaran. Semakin tinggi resiko, maka bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan kesenjangan anggaran agar dapat meminimalkan resikonya. Temuan ini menunjukkan partisipasi anggaran akan meningkatkan kesenjangan anggaran.

Hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera utara tahun 2007 Disclaimer Opinion Report, hal ini disebabkan implementasi sistem akuntansi pemerintah daerah belum berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pengelolaan asset tetap yang berupa pencatatan dan pelaporan belum memadai. Sasaran anggaran adalah menggambarkan lingkup anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaianya. Kegagalan dalam sasaran anggaran dan keadaan ini menunjukkan tidak terdapatnya komitmen organisasi didalam Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sehingga menimbulkan kesenjangan anggaran. Kesenjangan


(24)

anggaran adalah perbedaan antara anggaran dilaporkan dengan estimasi terbaik bagi instansi pemerintah.

Latar belakang dipilihnya variabel komitmen organisasi di dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi (Mowday et al., 1979). Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan yang telah direncanakan (Angle dan Perry 1981; Porter et al., 1974). Komitmen yang tinggi menjadikan individu peduli dengan nasib organisasi dan berusaha menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik, sehingga dengan adanya komitmen yang tinggi kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran dapat dihindari. Sebaliknya, individu dengan komitmen rendah akan mementingkan dirinya sendiri atau kelompoknya. Dia tidak memiliki keinginan untuk menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik, sehingga kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran apabila dia terlibat dalam penyusunan anggaran akan lebih besar.

Ketidakpastian lingkungan adalah variabel lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Sedangkan didalam lingkungan yang relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu organisasi menyusun rencana dalam penganggaran dengan lebih akurat (Duncan, 1972).


(25)

Penelitian yang penulis buat adalah sama seperti penelitian Waller (1988) yang memasukkan variabel sasaran anggaran di dalam penelitian ini, tetapi Waller tidak memasukkan variabel komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan sehingga penulis memasukkan variabel komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan. Jadi pada prinsipnya penelitian ini replikasi dari Waller (1988) dan menambahkan variabel komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: ”Apakah sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran secara simultan dan parsial?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah: Untuk mendapatkan bukti empiris sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran secara simultan dan parsial”.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis adalah sebagai sarana dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliahan.


(26)

2. Memberikan masukan dan saran kepada pihak Propinsi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara agar lebih berbenah diri.

3. Berguna bagi organisasi sektor publik lainnya atau perusahaan BUMN a untuk dapat digunakan sebagai perbandingan bahan penelitian atau tambahan studi kasus.

4. Sebagai tambahan referensi penelitian bagi peneliti berikutnya karena penelitian ini menambahkan variabel penelitian baru.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Waller (1988), Milliken (1987), dan Porter (1984). Masing-masing peneliti Waller (1988) menyertakan sasaran anggaran, sedangkan Milliken (1987) menyertakan ketidakpastian lingkungan, dan Porter (1984) menyertakan variabel komitmen organisasi. Ketiga variabel tersebut digabungkan dalam penelitian ini diharapkan dengan penggabungan ketiga variabel tersebut dapat lebih kuat mengetahui penyebab terjadi kesenjangan anggaran.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kesenjangan Anggaran dan Sasaran Anggaran

Secara konseptual Chandra (1999) mendefinisikan suatu budget sebagai suatu rencana tindakan kuantitatif yang mencakup satu periode, biasanya satu tahun, dan dipersiapkan untuk suatu organisasi secara menyeluruh atau untuk unit-unitnya. Suatu bedget merupakan suatu ekspresi terhadap ekspektasi dan rencana-rencana manajemen tentang masa depan instansi, tujuan-tujuan instansi, dan membuat setiap orang dalam organisasi peduli terhdap sumberdaya ekonomik instansi, permintaan terhadap ekonomik dan keterbatasan-keterbatasan atas sumberdaya-sumberdaya ekonomik.

Pertimbangan aspek-aspek akuntansi keperilakuan sering dilupakan atau tidak menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan anggaran sehingga hasil akhirnya adalah sering terjadi kesenjangan (slack) yang signifikan antara yang direncanakan dengan realisasi aktualnya. Apabila terjadi slack positif, maka hasil tersebut dianggap sebagai prestasi manajemen dan pelaksanaan anggaran. Sebaliknya, jika terjadi slack negatif maka hasil itu dianggap sebagai hasil inefisiensi dari pelaksanaan anggaran.

Menurut Anthony dan Young (2000) anggaran adalah perencanaan yang diekspresikan secara kuantitatif dalam unit moneter untuk periode satu tahun. Anggaran semata-mata merupakan perpaduan antara rencana dan ramalan yang


(28)

dinyatakan dalam istilah keuangan. Perlu ditekankan bahwa anggaran harus merupakan perangkat manajemen, tidak sekedar perhitungan akuntansi belaka. Dengan kata lain kehadiran anggaran tersebut harus dapat dimanfaatkan. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negoisasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dan atasannya. Hasil akhir proses negoisasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat biaya), atau anggaran laba atau ROI yang diisyaratkan (untuk pusat laba atau pusat investasi).

Dengan demikian anggaran mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi. Disatu sisi anggaran berperan sebagai alat untuk perencanaan (planning) dan disatu sisi anggaran berperan sebagai alat pengendalian (control) jangka pendek bagi suatu organisasi (Halim dkk, 2000). Siegel dan Marconi (1989) menjelaskan bahwa anggaran merupakan rencana tindakan manajerial yang diekspresikan dalam bentuk finansial. Anggaran bukan hanya merupakan rencana keuangan mengenai biaya dan pendapatan yang ingin dicapai oleh suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan, tetapi anggaran juga merupakan alat pengendalian, koordinasi, pemotivasi, dan pengevaluasi prestasi. Chow (1988) berpendapat bahwa anggaran selain dapat digunakan untuk memotivasi kinerja manajer tingkat bawah juga digunakan untuk memudahkan perencanaan.

Sasaran maupun tujuan anggaran mengacu pada luasnya tujuan atau peran penting anggaran tersebut yang dinyatakan secara spesifik, jelas dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggungjawab untuk menemukannya. Secara ambigu dinyatakan


(29)

bahwa kejelasan sasaran anggaran dapat mengarahkan kepada kebingungan, ketegangan, dan ketidakpuasan karyawan. Manajemen tingkat atas dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya (Kenis, 1979).

Ada tiga konsekuensi disfungsional yang dapat ditimbulkan budget menurut Kenis (1979) yaitu:

a. Suatu budget yang terdiri dari sejumlah tujuan khusus cenderung tidak fleksibel terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sebelumnya. Hal ini dapat menjadi sumber pressure yang dapat menciptakan rasa tidak percaya diri (distrust) dan perselisihan (hostility) yang serius antara budgeter (pihak manajemen atau komite anggaran yang mempersiapkan dan menyusun anggaran) dengan budgetee (departemen, unit-unit atau para pelaksana anggaran), serta dapat mengakibatkan penurunan kinerja.

b. Dapat memicu resistensi dari sejumlah partisipan organisasi karena anggaran memberi sinyal adanya perubahan yang signifikan dalam pos-pos atau account tertentu dan dapat mengakibatkan perubahan secara radikal dalam organisasi sehingga mengancam status quo dari para karyawan.


(30)

c. Dapat memicu konflik internal karena ketidakmampuan para anggota organisasi mencapai kerja sama interpersonal dan intergrup yang harmonis antar level organisasi yang berbeda selama proses penyusunan dan pelaksana anggaran.

Sasaran anggaran adalah menetapkan aktivitas perencanaan anggaran yang dimulai dengan menterjemahkan tujuan-tujuan organisasional yang luas ke dalam sasaran-sasaran aktivitas yang spesifik (Lako, 2004).

2.1.2. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi dapat diartikan merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Komitmen organisasi juga merupakan nilai personal, yang kadang-kadang mengacu pada sikap loyal pada instansi atau komitmen pada instansi. Seringkali, komitmen organisasional dapat diartikan secara individu dan berhubungan dengan keterlibatan orang tersebut pada organisasi tersebut. Jones (1988) memperlihatkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan lebih termotivasi dan lebih puas terhadap pekerjaannya. Porter (1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengindetifikasi keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu:

a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.


(31)

c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi).

Sedangkan Richard M. Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Secara singkat komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.


(32)

2.1.3. Ketidakpastian Lingkungan

Duncan (1972) mendefinisikan ketidakpastian lingkungan sebagai ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan oleh karena kesulitan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala untuk mmprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthans, 1998)

Ketika volatilitas (ketidakpastian) rendah, hanya beberapa pengecualian terjadi dan sehingga aturan-aturan dan prosedur mungkin sesuai dan tepat dalam mempengaruhi perilaku (Kren, 1992). Dalam kondisi ini, manajer juga dapat menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu sebagai dasar untuk melakukan pengambilan keputusan. Ketika volatilitas tinggi, beberapa pengecualian akan mempengaruhi sistem informasi kecuali keputusan-keputusan tersebut dibuat pada level hirarkhis yang lebih rendah dalam organisasi (Simons 1987). Akan mungkin bahwa manajer puncak pada volatilitas lingkungan yang tinggi akan lebih menekankan pengendalian anggaran dan sehingga akan mengurangi kecenderungan manajer unit bisnis dalam menciptakan kesenjangan anggaran. Disamping itu, kesenjangan anggaran yang dilakukan oleh prospector pada volatilitas tinggi akan lebih tinggi karena akan memerlukan idle resources yang lebih tinggi.


(33)

2.1.4. Penganggaran Sektor Publik 2.1.4.1. Konsep Anggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Anggaran pada sektor publik harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.

Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam sataun moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat, tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan anggaran.


(34)

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran (Mardiasmo, 2005).

2.1.4.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam sataun moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan), (Mardiasmo, 2005).


(35)

2.1.4.3. Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sektor publik. Terdapat beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor publik, baik skala nasional maupun lokal. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara layak.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat. Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran merupakan blue print keberadaan sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang akan datang.

Menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:

a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs.


(36)

c. Anggaran diperlukan untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab terhadap rakyat. Anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.1.4.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai:

a. Alat perencanaan (planning tool). Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk:

1) merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.

2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.

3) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

4) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

b. Alat pengendalian (control tool). Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya


(37)

overspending, underspending, dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.

Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk menyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya.

Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu: 1) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan.

2) Menghitungkan selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances). 3) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak

dapat dikendalikan (uncotrollable) atas suatu varians.

4) Merevisi standard biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

c. Alat kebijakan Fiskal (fiscal tool). Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.


(38)

d. Alat politik (political tool). Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas-prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition building, keahlian bernegoisiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

e. Alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool).

Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

f. Alat penilaian kerja (performance measurement tool). Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan


(39)

berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja. g. Alat motivasi (motivation tool). Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk

memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya ialah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga mudah untuk dicapai.

h. Alat menciptakan ruang publik (publik sphere). Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran politik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma, dan kelompok lain yang tak terorganisir akan dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme, dan sebagainya.


(40)

2.1.4.5. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2005), prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi: a. Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari

legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

b. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

c. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general find).

d. Nondiscretionary Appripriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

e. Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.

f. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

g. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.


(41)

2.1.4.6. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

APBN/APBD yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan yaitu:

a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah: a. Tujuan dan target yang hendak dicapai.

b. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah). c. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.

d. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam, dan sebagainya.


(42)

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran, aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing. Aspek penganggaran mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and expenditures), sedangkan aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah, dan melaporkan segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran (receipts and disbursments) atas dana pada saat anggaran dilaksanakan. Aspek penganggaran dipandang sebagai isu sentral bila dipandang dari sisi waktu. Aspek akuntansi lebih bersifat retrospective (pencatatan pada masa lalu), maka aspek penganggaran lebih bersifat prosfective atau anticipatory (perencanaan masa yang akan datang), (Mardiasmo, 2005).

2.1.4.7. Pihak yang Terlibat Dalam Proses Anggaran

Ditingkat nasional, penentuan prioritas-prioritas anggaran dan negosiasi alokasi anggaran yang digunakan sangat tersentralisasi. Berdasarkan hal tersebut, maka pemain kunci dalam proses anggaran adalah DPR, Kabinet, dan departemen-departemen di tingkat nasional. Di tingkat nasional biasanya terdapat sebuah badan yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan proposal anggaran untuk pengeluaran masing-masing bidang fungsional pemerintah. Mereka memperoleh proposal untuk pendanaan seluruh departemen menurut fungsi dan membuat skala prioritas anggaran (Mardiasmo, 2005).

Desentralisasi beberapa keputusan tentang alokasi sumber daya pada tingkat propinsi, kabupaten/kota memberi arti bahwa proses anggaran harus mampu untuk mengakomodasi pemain-pemain baru, yaitu pemerintah dan legislatif di tingkat


(43)

daerah. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran dapat dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu:

a. Eksekutif. Secara umum, eksekutif bertanggungjawab untuk membuat keputusan dan melaksanakan undang-undang negara. Eksekutif bertanggungjawab untuk merancang anggaran. Eksekutif juga harus membuat kerangka pengeluaran jangka menengah, mengatur seluruh sumber daya keuangan negara dan memonitor departemen dalam membelanjakan uang negara.

b. Legislatif. Legislatif membuat dan mengesahkan undang-undang serta mengawasi eksekutif. Reformasi proses anggaran mencoba mereorganisasi proses anggaran, sehingga legislatif lebih berperan dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Sebenarnya legislatif mempunyai wewenang untuk mengubah anggaran, tetapi tidak dapat membuat ulang anggaran, melainkan hanya dengan mengubah pembelanjaan dalam angaran. Legislatif bertanggungjawab menentukan visi, misi, tujuan, arah dan kebijakan, strategi, dan penentuan prioritas secara luas baik ditingkat nasional maupun daerah. Tanggungjawab utamanya adalah memformulasikan strategi di tingkat nasional dan di tingkat daerah. Reformasi anggaran harus dapat meningkatkan peran legislatif dalam proses anggaran. Kemampuan legislatif untuk memenuhi kewajibannya terkadang dibatasi oleh keterbatasan waktu untuk mengkaji dan membahas anggaran dalam komisi. Keadaan tersebut menyebabkan peran legislatif berkurang karena cenderung hanya sebagai formalitas dalam proses anggaran, sehingga tidak mereviewnya


(44)

secara lebih mendalam. Peran utama legislatif dalam pengawasan, dapat dikerjakan melalui komisi khusus.

c. Masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam proses anggaran diharapkan akan mampu mengatasi berbagai permasalahan anggaran, seperti kebocoran dan pemborosan atau penyimpangan pengalokasian anggaran yang cenderung lebih berorientasi pada kepentingan birokrasi dan bukan kepentingan masyarakat. Peran aktif masyarakat dengan cara memberikan informasi, menyampaikan saran dan pendapatnya secara bertanggungjawab dan langsung kepada DPR atau melalu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organsiasi sosial kemasyarakatan di daerah.

2.2.Review Penelitian Terdahulu

Lingkungan yang relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu organisasi menyusun rencana dalam penganggaran dengan lebih akurat (Duncan, 1972).

Variabel komitmen organisasi di dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi (Mowday et al., 1979). Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan yang telah direncanakan (Angle dan Perry 1981; Porter et al., 1974).


(45)

Ketidakpastian lingkungan adalah variabel lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Tindakan bawahan memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai kinerja atau pemberian reward, atasan mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran anggaran. Dengan tercapainya sasaran anggaran, bawahan berharap dapat mempertinggi prospek kompensasi yang akan diperolehnya. Bagi perusahaan, laporan anggaran yang bias akan mengurangi keefektifan anggaran didalam perencanaan dan pengawasan organisasi (Waller, 1988).

Tinjauan penelitian terdahulu yang dilakukan sebelum peneliti melakukannya dicantumkan dalam bentuk matriks penelitian dibawah ini yaitu:

Tabel 2.1 Reviu atas Peneliti Terdahulu Penelitian

Terdahulu Judul Penelitian Variabel

Model

Analisis Hasil Penelitian

Waller (1988) Slack in Participating Budgeting: The Joint Effect of a Truth-Inducing Path Scheme and Risk Preference Sasaran anggaran, efektif anggaran, dan kesenjangan anggaran. Model Regresi Tunggal dengan Variabel Moderating keefektifan anggaran Sasaran anggaran mengurangi keefektifan anggaran didalam perencanaan dan pengawasan organisasi sehingga terjadi kesenjangan anggaran Milliken (1987)

Three Types of Perceived Uncertainty About Environment: State, Effect, dan Response Uncertainty. Ketidakpastian Lingkungan, dan Kesejangan Anggaran Model Regresi Berganda Ketidakpastian lingkungan yang tinggi menyebabkan ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya sehingga terjadi kesenjangan anggaran.


(46)

Porter (1984) Organizational

Commitment, Job Satisfaction, and Turn Over Among Psyatric Tecnicians.

Komitmen Organisasi,

Kepuasan Kerja, dan Turn Over tenaga teknik.

Model Regresi Berganda

Tingkat komitmen yang tinggi kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran Angle dan Perry (1981) An Empirical Assesment of Organizational Commitment and Organzational Effectiveness. Komitmen organisasi, dan efektifitas Organisasi Model Regresi Tunggal Komitmen Organisasi mempengaruhi Efektifitas Organisasi Modway (1979)

The Measurement of Organizational Commitment. Komitmen Organisasi dan tujuan organisasi Komitmen Organisasi, dan tujuan organisasi. Komitmen organisasi mempengaruhi Sasaran yang ingin dicapai Organisasi Duncan (1972) Characteristic of Organizational Enviromentments and Perceived Environmental uncertainty. Ketidakpastian lingkungan, dan sasaran anggaran Model Regresi Tungggal Ketidakpastian rendah atau lingkungan relatif stabil akan berpengaruh terhadap sasaran anggaran.


(47)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Dari latar belakang permasalahan yang muncul maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam model konseptual yaitu:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.1.1. Pengaruh Sasaran Anggaran dengan Kesenjangan Anggaran

Selama ini kapabilitas dan efektivitas pemerintah dalam perencanaan dan pengendalian keuangan dirasakan masih terlalu lemah. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa pada umumnya, lembaga-lembaga pemerintah belum menjalankan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah fenomena umum yang terjadi diberbagai departemen pemerintah. Kondisi seperti ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan besar alokasi dana untuk tiap kegiatan adalah pendekatan incrementalism yang didasarkan pada perubahan satu

KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN

(X3)

KOMITMEN ORGANISASI (X2)

SASARAN ANGGARAN (X1)

KESENJANGAN ANGGARAN


(48)

atau lebih variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk (Mardiasmo, 2005).

Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran. Dalam situasi seperti itu menyebabkan banyak layanan publik dijalankan secara tidak efisien dan kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik, sementara dana pada anggaran yang pada dasarnya merupakan dana publik (public money) habis dibelanjakan seluruhnya. Dalam jangka panjang, kondisi seperti ini cenderung memperlemah peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator, dan enterpreneur dalam proses pembangunan. Sehingga akan menimbulkan kesenjangan dalam anggaran.

3.1.2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kesenjangan Anggaran

Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Kesenjangan anggaran tergantung pada individu yang mengejar kepentingan pribadi atau bekerja untuk kepentingan organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha untuk menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu untuk berbuat untuk kepentingan pribadinya. Selanjutnya, kesenjangan anggaran cenderung terjadi bagi individu yang memiliki komitmen organisasi yang rendah karena lebih mengutamakan kepentingan individu tersebut. Pada konteksnya aparat yang memiliki komitmen organisasi tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk


(49)

membuat anggaran menjadi relatif lebih tepat. Adanya komitmen organisasi yang tinggi berimplikasi terjadi kesenjangan anggaran dapat dihindari. Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan.

3.1.3.Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kesenjangan Anggaran Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi dalam mengantisipasi pengaruh faktor lingkungan terhadap organisasi. Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara akurat.

Bagi perusahaan, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan (Kren dan Kerr, 1993). Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah (Milliken, 1987). Sedangkan dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan dimasa mendatang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Kondisi yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat.


(50)

Kemampuan memprediksi keadaan dimasa datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah dapat juga terjadi pada individu yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Informasi pribadi (private information) yang dimiliki bawahan dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran agar lebih akurat karena bawahan mampu mengatasi ketidakpastian di wilayah tanggungjawabnya dan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian dimasa mendatang.

Namun, bagi atasan, tidak selalu kondisi ketidakpastian yang rendah akan menguntungkan walaupun atasan memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi dengan lebih mudah. Hal ini disebabkan karena perilaku bawahan yang bertentangan dengan keinginan organisasi. Penjelasnya sebagai berikut; Bagi bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan yang rendah adalah kondisi yang memungkinkan untuk memperoleh informasi yang akurat dari berbagai sumber. Informasi yang diperoleh tersebut, terutama informasi yang menyangkut bidang teknis di lingkup tanggungjawabnya, akan menguntungkan dirinya, dan biasanya, secara teknis, bawahan lebih menguasai informasi tersebut dibandingkan atasannya. Kemampuan menganalisis informasi tersebut akan dapat mendukung atasan dalam penyusunan anggaran jika bawahan bersedia memberikan informasinya kepada atasannya. Namun bisa juga terjadi sebaliknya, bawahan tidak memberikan informasi tersebut kepada atasannya karena ada pertimbangan kepentingan pribadinya. Dalam kondisi tersebut, bawahan melakukan kesenjangan anggaran.


(51)

2.4. Hipotesis Penelitian

Sehingga dari model konseptual dapat dirumuskan hipotesis yaitu: 1. H1: Sasaran anggaran berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran. 2. H2: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran. 3. H3: Ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran. 4. H4: Sasaran anggaran, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan secara


(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Bab ini membahas metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan penelitian, yaitu penentuan populasi dan sample, teknik pengumpulan data, pengukuran variabel, model penelitian, serta teknik pengujian yang digunakan dalam analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan subjek penelitian sebanyak 32 orang pegawai pada SKPD yang ada di Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama untuk membuktikan apakah memang terjadi pengaruh sasaran anggaran, komitmen organisasi, serta ketidakpastian lingkungan terhadap kesenjangan dalam anggaran. Kedua atas dasar kemudahan memperoleh data, waktu yang tersedia dan keringanan biaya dalam melaksanakan penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang menjadi amatan dalam suatu penelitian, atau seluruh kumpulan elemen yang dapat digunakan dalam membuat beberapa kesimpulan. Elemen diartikan sebagai subjek dilakukannya


(53)

pengukuran atau dikenal dengan istilah unit penelitian (the unit of study). Sementara sampel didefenisikan sebagai bagian dari populasi secara keseluruhan yang dipilih, sehingga dapat menyajikan atau mewakili populasi secara keseluruhan. Ide dasar dari pengambilan sample (sampling) adalah; bahwa dengan menyeleksi bagian dari elemen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh (Cooper dan Emory, 1995).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegawai yang terkait dengan penyusunan anggaran yaitu Bagian/Kasubbag/Seksi Penyusunan Program SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 39 orang sehingga populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 responden. Pemilihan sampel dengan cara sensus, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel yakni 39 sampel. Responden dalam penelitian ini adalah masa kerja minimal 3 tahun sebanyak 39 kuesioner pada unit SKPD. Kuesioner yang kembali sebanyak 32 kuesioner dan yang tidak kembali sebanyak 7 kuesioner.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jumlah responden yang diambil sifatnya terbatas maka diambil 39 orang dan pengumpulan data dengan cara kuesioner diantar langsung untuk diisi, seminggu kemudian diambil kembali. Lokasi penelitian adalah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.


(54)

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Data yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi dua variabel, yakni variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan. Sedangkan variabel dependen adalah kesenjangan anggaran. Berikut ini akan diuraikan definisi dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Sasaran anggaran didefinisikan menggambarkan lingkup anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya. Instrumen sasaran anggaran di ambil dari Adoe (2002) terdiri 14 pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.

b. Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadinya. Untuk mengukur komitmen organisasi, digunakan 7 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Cook dan Wall (1980). Skala yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu: 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.

c. Ketidakpastian Lingkungan adalah ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan


(55)

yang akan terjadi. Ketidakpastian lingkungan diukur dengan menggunakan 11 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Duncan (1972). Skala yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu: 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.

d. Kesenjangan anggaran didefinisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya. Kesenjangan anggaran sebagai perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi instansi pemerintah. Kesenjangan anggaran diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan yang diambil dari instrumen yang digunakan Dunk (1993). Skala yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu: 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.

Tabel 4.1 Operasional dan Pengukuran Variabel

Varia bel Definisi Operasion al Pengukuran k a l a Kesenj angan Angga ran (Y) Perbedaan antara anggaran di laporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi instansi Pemerintah.

• Standar yang digunakan didalam

anggaran medorong produktivitas yang tinggi wilayah tanggung jawab.

• Anggaran untuk departemen

dipastikan bias terlaksana.

• Memiliki keterbatasan jumlah

anggaran yang disediakan, sehingga harus memonitor setiap pengeluaran yang menjadi wewenang.

L i k e r t


(56)

• Anggaran yang menjadi tanggung jawab, tidak begitu tinggi tuntutanya. Sasara n Angga ran (X1) Menggambar kan lingkup anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, serta dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiann ya

• Penyusunan anggaran dalam

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini banyak melibatkan (partisipasi) pimpinan unit.

• Memberikan informasi atas sasaran yang harus dicapai.

• Sasaran harus dicapai setiap periodic

• Memberikan informasi kepada

untuk pengembalikan keputusan. • Sasaran ditetapkan telah jelas dan

dapat dipahami. L i k e r t

• Anggaran dibuat secara Spesifik

• Anggaran tahunan dirinci untuk

jangka waktu semesteran.

• Anggaran tahunan dirinci untuk

jangka waktu triwulan.

• Anggaran tahunan dirinci untuk

jangka waktu Bulanan.

• Mengetahui penanggungjawab

setiap sasaran anggaran.

• Mengetahui jumlah input yang di capai dari setiap sasaran anggaran.

• Mengetahui jumlah output yang


(57)

Ketida kpasti an lingku ngan (X3) Ketidakmam puan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi kemungkina n yang akan terjadi.

• Mengetahui metode kerja yang

terbaik bagi instansi.

• Mempunyai berbagai informasi

yang dibutuhkan untuk membuat keputusan-keputusan.

• Sulit untuk menilai dalam hal

membuat keputusan yang benar.

• Keputusan yang diambil banyak

dipengaruhi dari faktor yang ada diluar kendali.

• Mengetahui bagaimana harus

berbuat dan bersikap di dalam instansi.

• Mengetahui cara penyesuaian yang harus dilakukan untuk mengatasi perubahan-perubahan.

• Bagaimana menyelesaikan

tugas-tugas yang dibebankan.

• Bagaimana memperoleh informasi

yang berhubungan dengan pekerjaan. L i k e r t

• Mengetahui apakah sudah

memenuhi harapan-harapan pihak lain yang ada di dalam instansi.

• Tidak mengetahui cara yang di

tempuh dalam melakukan pekerjaan bias mencapai sasaran.

• Mengetahui cara dalam

melaksanakan tugas.

Penelitian ini dengan pendekatan kausal artinya penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(58)

4.6. Metode Analisis Data 4.6.1. Pengujian Kualitas Data 4.6.1.1. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang digunakan telah mengukur apa yang ingin diukur atau untuk memastikan apakah masing-masing item pernyataan memang layak masuk pada variabel yang telah ditentukan. Validitas umumnya dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu content validity, construct validity, dan criterion related validity.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan construct validity, karena dengan tipe validitas ini bisa digunakan teknis analisis statistik, yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas. Pengujian construct validity ini dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing item dengan skot totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson.

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tersebut signifikan atau tidak, dilihat tabel signifikansi nilai r kritis product moment. Dalam hasil korelasi tersebut, terkandung korelasi item tersebut dengan dirinya sendiri, sehingga hasil korelasinya terlalu tinggi (Azwar, 1986). Kecenderungan ini disebut spurious overlap. Semakin sedikit item dalam test tersebut, semakin besar overlap yang terjadi. Supaya hasil korelasi dapat mendekati korelasi yang sebenarnya, maka perlu dikoreksi. Jadi dapat disimpulkan, jika nilai r hitung> r tabel maka item dianggap valid; sebaliknya jika nilai r hitung < r tabel item dianggap tidak valid.


(59)

4.6.1.2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat pengukur dapat dipercaya atau handal. Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk melakukan test tersebut, yaitu test-retest method, pararel-forms method, dan internal consistency method (Azwar, 1986). Penulis akan menggunakan bentuk ketiga, yaitu konsistensi internal, karena metode ini praktis dilaksanakan dan mempunyai efisiensi tinggi karena hanya menggunakan satu bentuk test dan dilakukan sekali saja pada kelompok subyek. Selain itu juga dapat mengatasi kelemahan metode tes ulang dan metode bentuk pararel.

Operasionalisasi konsistensi internal menggunakan Cronbach Alpha. Dalam penelitian ini instrumen dianggap reliabel jika koefisien Cronbach Alpha > 0,6 (Nunnally, 1976). Pengujian dilakukan dengan menggunakan paket program SPSS versi 15 terbaru.

4.6.2. Uji Asumsi Klasik 4.6.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Imam Ghozali, 2001). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah data normal atau tidak dalam


(60)

penelitian ini penulis menggunakan teori central limit theorem menyatakan bahwa jika sampel n > 30 maka data dianggap normal (Clave & Sincich, 2000).

Cara kedua; dengan melihat nilai skewness adalah nilai kecondongan (kemiringan) suatu kurva. Data terdistribusi normal mendekati normal akan memiliki nilai skewness yang mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan yang cenderung seimbang. Cara ketiga; dengan melihat histogram display normal curve memiliki kemiringan yang cenderung seimbang atau grafik Normal P-P Plot, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna.

4.6.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (indipenden). Bila tujuan analisis adalah untuk prediksi atau peramalan, multikolinieritas tidak menjadi masalah serius, karena semakin tinggi R2 semakin baik untuk prediksi. Tetapi bila tujuan analisis tidak hanya prediksi tetapi juga menguji reliabilitas estimasi parameter ( ), multikolinieritas menjadi masalah yang serius.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika antar variabel bebas (independen) ada korelasi yang cukup tinggi. Multikolinieritas terjadi pada umumnya korelasi diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas (Imam Ghozali, 2001). Multikolinieritas dapat juga dilihat dari variance inflation factor (VIF), apabila nilai VIF di atas 10, maka ada indikasi terjadi multikolinieritas.


(61)

4.6.2.3.Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2001). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan grafik plot dan uji Glejser untuk melakukan uji heteroskedastisitas. Dalam uji Glejser apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2001). 4.6.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liniear terdapat korelasi antara variabel pengganggupada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Cara menguji autokorelasi adalah dengan melihat model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berada dibawah angka 2.

4.6.3. Pengujian Hipotesis 4.6.3.1. Uji Statitik Deskriptif

Pada pengujian statistik deskriptif menyajikan gambaran statistik demografi dan juga menjelaskan mean dan standar deviasi dari setiap variabel penelitian. 4.6.3.2. Uji Korelasi Partial

Uji statistik korelasi parsial adalah metode yang membahas keeratan hubungan antara variabel independen dengan dependen dan antara variabel independen. Jika sampel besar (N>30) dan kondisi data normal maka Korelasi


(62)

Pearson yang digunakan. Sebaliknya kalau data tidak normal dapat digunakan Korelasi Spearman dan Kendall.

4.6.3.3 Pengujian Regresi Berganda (Uji Statistik Inferensi)

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda (multiple regression). Hipotesis pertama (H1), hipotesis kedua (H2), dan hipotesis ketiga (H3) akan diuji dengan mengitung korelasi parsial (partial correlation). Pengujian signifikansi dilakukan dengan t-test. Koefisien korelasi dinyatakan signifikan apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Dalam hal ini hipotesis alternatif diterima. Sebaliknya apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, maka hipotesis alternatif ditolak.

Hipotesis kelima (H4) akan diuji dengan menghitung menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) secara simultan. Pengujian signifikansi dilakukan melalui F-test. Koefisien korelasi dinyatakan signifikan apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Dalam hal ini hipotesis alternatif keempat (H4) diterima. Sebaliknya apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel, maka hipotesis alternatif keempat (H4) ditolak.

Sehingga untuk pengujian dibuat persamaan: Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 +

Keterangan:

Y = Kesenjangan Anggaran (KA) = Konstanta


(63)

1, 2, 3 =Slope regresi atau koefisien regresi setiap X1, X2,X3 X1 = Sasaran Anggaran (SA)

X2 = Komitmen Organisasi (KO) X3 = Ketidakpastian Lingkungan (KL)


(64)

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskriptif Data 5.1.1. Deskripsi Lokasi

Kriteria responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Pegawai SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Berikut ini disajikan profil responden yang dikelompokkan atas jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman bekerja.

5.1.2. Karakteristik Penelitian

Statistik deskriptif untuk penelitian berikut adalah: Tabel 5.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

X1 32 26 40 33.53 3.592

X2 32 16 24 19.88 2.685

X3 32 23 36 29.50 4.227

Y 32 12 16 14.00 1.566

Valid N (listwise) 32

Nilai minimun, maksimum, mean tertinggi terdapat dalam variabel X1 yaitu 26 nilai minimun dan nilai maksimun tertinggi untuk X1 adalah 40, dan nilai mean tertinggi adalah X1 adalah 33,53 sedangkan standar deviasi tertinggi berada pada nilai Y.


(65)

Tabel 5.2 Profil Responden

Profil Responden Jumlah Frekuansi Jenis Kelamin: 1. Pria 2. Wanita 5 27 0,16 0,84 Umur:

1. 21-30 Tahun 2. 31-40 Tahun 3. 41-50 Tahun. 4. 51-60 Tahun

10 8 12 2 0,31 0,25 0,38 0,06 Tingkat Pendidikan:

1. SMA/SMA Sederajat 2. Sarjana Muda

3. Sarjana 9 3 20 0,28 0,09 0,63 Pengalaman Kerja:

1. < 5 tahun 2. 6-10 Tahun 3. 11-15 Tahun 4. >20 Tahun

2 10 15 5 0,06 0,31 0,47 0,16

Profil responden dilihat dari jenis kelamin yang terbanyak adalah pria sebesar 16% dan pria sebesar 84%. Frekuensi umur tertinggi berada pada rank 41-50 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan frekuensi tertinggi pada Sarjana sebesar 63%. Pengalaman kerja memiliki frekuensi tertinggi berada pada umur 11-15 tahun yaitu sebesar 47%.


(66)

5.2 Analisis Data 5.2.1 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. 5.2.1.1. Uji Validitas

Tes pertama yang dilakukan adalah test of validity. Dari sejumlah 36 pertanyaan yang diajukan kepada responden, kemudian dikelompokkan sesuai dengan variabel yang akan diuji. Untuk variabel X1 (Sasaran Anggaran) terdapat 14 pertanyaan, variabel X2 (komitmen organisasi) terdapat 7 pertanyaan, variabel X3 (ketidakpastian lingkungan) sebanyak 11 pertanyaan dan untuk variabel Y (Kesenjangan Anggaran) sebanyak 4 pertanyaan. Setelah dikelompokkan kemudian dilakukan pengujian, apakah alat pengukur yang berupa pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mengukur masing-masing variabel yang digunakan dalam model pertanyaan ini.

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 32 orang maka nilai r-tabel dapat diperoleh dengan n-2. Jadi 32 pertanyaan – 2 = 30, maka r-tabel = 0,349. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > r-tabel. Analisis output dapat dilihat dari lampiran 2 dan pada tabel 5.3. dibawah ini:


(67)

Tabel 5.3 Item Total Statistic Tahap I Variabel Butir

Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Valid/Tidak Valid Kesenjangan Anggaran (Y) D33 D34 D35 D36 0,634 0,510 0,723 0,453 Valid Valid Valid Valid SasaranAnggaran

(X1)

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 0,539 0,385 0,507 0,447 0,210 0,228 0,529 0,279 0,322 0,464 0,355 0,551 0,413 0,622 Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Komitmen Organisasi B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 0,274 0,732 0,372 0,457 0,694 0,721 0,539 Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Ketidakpastian

Lingkungan (X3)

C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 0,251 0,201 0,787 0,607 0,528 0,692 0,643 0,503 0,787 0,607 0,528 Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(68)

Dari tabel diatas item pertanyaan yang tidak valid pada variabel X1SasaranAnggaran yaitu pada butir pertanyaan A5, A6, A8, dan A9. Pada variabel X2KomitmenOrganisasi yaitu pada butir pertanyaan B15. Pada variabel X3KetidakPastianLing yaitu butir pertanyaan C22 dan C23. Sedangkan variabel untuk YkesenjAnggaran semua butir pertanyaan Valid. Untuk butir yang tidak valid dilakukan uji validitas ulang tahap II, maka item total statistiknya yaitu:

Tabel 5.4 Item Total Statistic Tahap II

Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Valid/Tidak Valid SasaranAnggaran (X1)

A1 A2 A3 A4 A7 A10 A11 A12 A13 A14 0,363 0,384 0,414 0,506 0,511 0,639 0,431 0,623 0,414 0,649 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Komitmen Organisasi (X2)

B18 B19 B20 B21 B22 B23 0,685 0,384 0,480 0,753 0,688 0,576 Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(69)

Ketidakpastian Lingkungan (X3)

C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 0,756 0,635 0,543 0,717 0,609 0,513 0,756 0,635 0,534 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Kesenjangan Anggaran (Y) D33 D34 D35 D36 0,634 0,510 0,723 0,453 Valid Valid Valid Valid

Sehingga setelah dilakukan pengujian validitas tahap dua semua butir pertanyaan valid dan dapat diikutkan dalam pengujian regresi berganda.

5.2.1.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner.

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang berbeda sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Dari lampiran 2 pada tabel 5.5. dibawah ini maka dapat dilihat pengujian tahap I yaitu:


(70)

Tabel 5.5 Reliability Statistics Tahap I

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Kesenjangan Anggaran (Y) 0,775 Reliabel

Sasaran Anggaran (X1) 0,782 Reliabel

Komitmen Organisasi (X2) 0,747 Reliabel

Ketidakpastian Lingkungan (X3) 0,837 Reliabel

Dari masing-masing variabel diatas Cronbach’s Alpha berada diatas 0,60 untuk X1 sebesar 0,782, untuk X2 sebesar 0,747, untuk X3 sebesar 0,837, dan Y sebesar 0,775. Karena dilakukan pengujian validitas tahap 2 maka Cronbach’s Alpha untuk setiap variabel pada pengujian reliabilitas tahap 2 seperti berikut adalah:

Tabel 5.6 Reliability Statistics Tahap II Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

Kesenjangan Anggaran (Y) 0,775 Reliabel

Sasaran Anggaran (X1) 0,773 Reliabel

Komitmen Organisasi (X2) 0,778 Reliabel

Ketidakpastian Lingkungan (X3) 0,857 Reliabel

Dari masing-masing variabel diatas Cronbach’s Alpha berada diatas 0,60 untuk X1 sebesar 0,782, untuk X2 sebesar 0,747, untuk X3 sebesar 0,837, dan Y sebesar 0,775. Maka untuk semua variabel reliabel.


(71)

5.2.2.Uji Asumsi Klasik 5.2.2.1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dapat diketahui dari nilai skewness yang mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan yang cenderung seimbang. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai skewness dari masing-masing variabel mendekati nol pada kolom statistiknya.

Tabel 5.7 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std. Error

X1 32 26 40 33.53 3.592 -.059 .414

X2 32 16 24 19.88 2.685 .398 .414

X3 32 23 36 29.50 4.227 .400 .414

Y 32 12 16 14.00 1.566 .000 .414

Valid N

(listwise) 32

Selain itu normalitas dapat dapat dilihat dari kurva histogram display normal yang memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna.


(72)

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2

Fr

eq

ue

nc

y

6

5

4

3

2

1

0

Histogram

Dependent Variable: Y

Mean =-3.57E-16 Std. Dev. =0.95

N =32

Gambar 5.1. Kurva Histogram

Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada gambar berikut ini :


(1)

Item Statistics

3.25 .518 28

3.46 .508 28

3.43 .573 28

3.43 .634 28

3.36 .559 28

3.21 .738 28

3.46 .576 28

3.57 .504 28

3.43 .573 28

3.46 .508 28

A1 A2 A3 A4 A7 A10 A11 A12 A13 A14

Mean Std. Deviation N

Inter-Item Correlation Matrix

1.000 .106 .250 .225 .064 .145 .093 .142 .250 .387

.106 1.000 .182 .164 .438 .318 .375 .227 .055 .138

.250 .182 1.000 .291 .314 .300 .048 .403 .097 .309

.225 .164 .291 1.000 .493 .034 .246 .480 .393 .394

.064 .438 .314 .493 1.000 .526 .156 .301 .083 .177

.145 .318 .300 .034 .526 1.000 .019 .156 -.138 .120

.093 .375 .048 .246 .156 .019 1.000 .456 .497 .502

.142 .227 .403 .480 .301 .156 .456 1.000 .403 .662

.250 .055 .097 .393 .083 -.138 .497 .403 1.000 .691

.387 .138 .309 .394 .177 .120 .502 .662 .691 1.000

A1 A2 A3 A4 A7 A10 A11 A12 A13 A14

A1 A2 A3 A4 A7 A10 A11 A12 A13 A14

Item-Total Statistics

30.82 9.560 .363 .255 .770

30.61 9.358 .384 .338 .761

30.64 9.053 .414 .289 .757

30.64 8.534 .506 .498 .745

30.71 8.804 .511 .569 .745

30.86 9.090 .639 .438 .786

30.61 8.988 .431 .451 .755

30.50 8.704 .623 .584 .733

30.64 9.053 .414 .588 .757

30.61 8.618 .649 .713 .730

A1 A2 A3 A4 A7 A10 A11 A12 A13 A14

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item


(2)

Scale Statistics

34.07 10.810 3.288 10


(3)

Lampiran 5: Uji Korelasi

Descriptive Statistics

14.00 1.566 32

33.53 3.592 32

19.88 2.685 32

29.50 4.227 32

Y X1 X2 X3

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 .778 .839 .674

.778 1.000 .002 .003

.839 .002 1.000 .013

.674 .003 .013 1.000

. .002 .006 .009

.002 . .067 .773

.006 .067 . .005

.009 .773 .005 .

32 32 32 32

32 32 32 32

32 32 32 32

32 32 32 32

Y X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N


(4)

Lamiran 6: Uji Regresi

Variables Entered/Removedb

X3, X1, X2a . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Y b.

Model Summaryb

.662a .504 .036 1.537 1.270

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), X3, X1, X2 a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

9.842 3 3.281 2.389 .003a

66.158 28 2.363

76.000 31 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X3, X1, X2 a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

3600.634 100.153 3.835 .001

7.018 1.095 .041 1.188 .002 .006 1.537

3.969 1.665 1.661 1.457 .004 .004 5.405

7.509 1.409 1.374 1.446 .001 .003 4.196

(Constant) X1 X2 X3 Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Y a.


(5)

Residuals Statisticsa

13.36 14.91 14.00 .563 32

-1.131 1.618 .000 1.000 32

.337 .797 .534 .103 32

13.05 15.08 13.97 .599 32

-2.680 2.463 .000 1.461 32

-1.743 1.602 .000 .950 32

-1.870 1.733 .009 1.017 32

-3.083 2.946 .030 1.675 32

-1.963 1.801 .008 1.038 32

.520 7.373 2.906 1.530 32

.001 .167 .037 .044 32

.017 .238 .094 .049 32

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2

Fr

equ

ency

6

5

4

3

2

1

0

Histogram

Dependent Variable: Y

Mean =-3.57E-16 Std. Dev. =0.95


(6)

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expe

cte

d

Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2 79 103

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial pada Koperasi di Wilayah Tangerang Selatan

1 12 159

Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggaran pada UIN Syarif Hidayatullah

0 4 22

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTSISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN.

0 4 18

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI,DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus pada RS. Kasih Ibu Surakarta).

2 11 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI SURAKARTA.

0 0 14

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah Eks Karesidenan Surakarta.

0 5 13

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah Eks Karesidenan Surakarta.

0 0 16

MODERASI KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DALAM PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG.

0 1 49

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN.

0 0 6