Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
obligasi beragun aset collateralised debt obligations - CDOs oleh pihak yang menerbitkan KPR, yang bekerja dengan beragam lapis
perantara yang meremehkan risikonya agar bisa melepaskannya secepat mungkin ke bank lainnya dan investor institusional. Institusi-institusi ini
kemudian melepas sekuritas ini ke bank-bank lain dan institusi finansial asing lainnya Bello, 2008.
12. Bank Global, di tahun 2004 masuk dalam pengawasan Bank Indonesia special surveillance unit selama enam bulan karena rasio kecukupan
modal atau CAR Capital Adequacy Ratio-nya menurun dibawah syarat minimal yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Selain itu, pelanggaran
yang dilakukan Bank Global yaitu memanipulasi laporan keuangan, pelaporan surat berharga fiktif, dan melakukan penjualan reksadana
siluman. Bank Global melakukan pencatatan beberapa kali atas obligasi yang sama. Pada tahun 2005 Bank Global dicabut izin usahanya dengan
Keputusan Gubernur BI No. 72KEP-GBI2005. Dua auditor yang melakukan audit di Bank Global dibekukan izin Akuntan Publiknya.
Akuntan Publik Drs. Joseph Susilo bersama dengan KAP-nya selama 24 bulan untuk audit Bank Global setelah tahun 2002, dan Akuntan Publik
Drs. Thomas Iguna selama 12 bulan untuk audit Bank Global tahun 2002. 13. PT. KAI, di tahun 2006 salah satu komisaris PT KAI yang merangkap
sebagai Ketua Komite Audit tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen dan direksi karena diindikasikan adanya
manipulasi laporan keuangan. PT. KAI mencatat akun yang seharusnya
5
dicatat sebagai beban, tetapi masih dicatat sebagai aset sehingga laba yang dicatat mengalami kenaikan 40 persen dari tahun sebelumnya.
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan ini dimotivasi oleh tingkat laba yang ingin dihasilkan oleh manajemen untuk
menarik minat shareholders, sehingga harga saham di pasar saham naik yang mengakibatkan nilai perusahaan naik dan meningkatkan ERC yang dihasilkan.
Fenomena skandal keuangan menunjukkan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan, salah satunya adalah
laba yang disajikan bukan laba sebenarnya. Laba yang diharapkan menjadi pendukung atas pengambilan keputusan pemegang saham menjadi diragukan
kualitasnya Boediono, 2005:2. Motivasi untuk memenuhi target laba bisa membuat perusahaan
mengabaikan praktik bisnis yang baik, dan pengelolaan laba dapat menciptakan manipulasi Kieso et al., 2011:145. Sesuai dengan Agency
theory yang membahas tentang principal pemegang saham dan agent
manajemen, dimana agent diberi kekuasaan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki principal, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan
kepentingan antara kedua belah pihak conflict of interest. Principal mengambil keputusan-keputusan puncak yang akan berpengaruh pada
pengelolaan dan pertumbuhan dari perusahaan. Agent diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional
perusahaan, sehingga agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan principal
yang mengakibatkan adanya information asymmetries. Information
6
asymmetries adalah informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua
keadaan diketahui oleh kedua belah pihak, dan sebagai akibatnya terdapat konsekuensi-konsekuensi tertentu yang tidak dipertimbangkan oleh pihak-
pihak tersebut Januarty, 2009:5. Adanya informasi yang tidak simetris ini mengakibatkan banyaknya kesempatan bagi manajemen untuk mengelola laba
yang dilaporkan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas laba yang akan mengurangi manfaatnya untuk tujuan peramalan laba dan arus kas masa
depan Kieso et al., 2011:145. Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi laba di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang Siagallan dan Mahfoedz, 2006:2.
Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba
Cho dan Jung, 1991 dalam Boediono, 2005:2. Reaksi yang diberikan tergantung dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Kuatnya
reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya Earning Response Coefficient
ERC, menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas Boediono, 2005:2. Penelitian yang dilakukan
Balsam et al. 2003, Boediono 2005, dan Suaryana 2005 menilai kualitas laba dengan ERC karena diyakini dapat memberikan gambaran yang jelas
7
mengenai kualitas laba yang digambarkan dengan melihat respon pasar atas informasi laba yang dipublikasikan.
Laba menjadi perhatian penting pengguna laporan keuangan. Hal tersebut yang menyebabkan manajer memiliki motivasi untuk memanipulasi informasi,
terutama laba, dalam laporan keuangan. Adanya manipulasi mendorong dibutuhkannya pengawasan secara indepeden terhadap aktivitas manajemen.
Berdasarkan teori keagenan dikatakan bahwa masalah keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan dapat diatasi dengan tata kelola perusahaan
yang baik good corporate governance. Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahaan
untuk mengendalikan tindakan manajer. Mekanisme tersebut dapat berupa mekanisme internal yaitu: struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris,
kompensasi eksekutif, dan struktur bisnis multidivisi, serta mekanisme eksternal yaitu: pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional, dan
pelaksanaan audit oleh auditor eksternal, serta penilaian atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan sebagai bentuk pengendalian dalam perusahaan.
Sebagai bentuk pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan manajemen, pemegang saham membentuk suatu dewan independen yang
diatur dalam Peraturan Ketua BAPEPAM No. Kep-29PM2004 yaitu tentang tanggung jawab dan aktivitas komite audit. Sebelumnya, Bursa Efek Jakarta
BEJ mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli 2001 yang mengatur tentang pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit yang mewajibkan
perusahaan tercatat memiliki komite audit. Bryan et al. 2004:2 menemukan
8
bahwa komite audit akan meningkatkan proses pelaporan keuangan, ketika terdiri dari anggota yang independen, mengerti tentang keuangan, memiliki
komitmen waktu untuk bertemu secara teratur. Suaryana 2005:155 menyebutkan kualitas laba yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang
memiliki komite audit dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Peran komite audit menjadi penting dalam pengawasan kegiatan
pelaporan keuangan dan kualitas laba yang dihasilkan perusahaan. Komite audit yang efektif harus memiliki independensi dan
pengetahuan di bidang Akuntansi dan Audit. Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No: KEP-29PM2004 dijelaskan bahwa komite audit terdiri dari
sekurang-kurangnya satu komisaris independen yang memiliki pengetahuan tentang audit keuangan. Peran komite audit diukur dari seberapa efektif
mereka melakukan tugas mereka. Blue Ribbon Committee BRC merekomendasikan komite audit yang efektif dapat dilihat dari efektivitas
komite audit Bryan, 2004:2. Anderson et al. 2003:24 menemukan bahwa informasi terkait earning meningkat dengan adanya pertemuan yang
dilaksanakan komite audit. Efektivitas komite audit dapat diukur dengan proksi frekuensi pertemuan atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu
tahun. Selain itu, Anderson et al., 2003:24 menemukan bahwa semakin kecil anggota komite, maka kualitas laba akan semakin baik, dilihat dari tingkat
earning response coefficient ERC yang tinggi.
Fokus dunia audit terutama audit internal beberapa tahun ini telah berpindah dari pengendalian menjadi pengelolaan risiko dalam perusahaan.
9
Semakin meningkatnya kompleksitas aktivitas dunia usaha, meningkat pula risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga mempertegas pentingnya
manajemen risiko yang dapat diandalkan Meizaroh dan Lucyanda, 2011:2. Dalam tata kelola perusahaan, komite audit berperan penting dalam menilai
risiko yang akan dihadapi perusahaan. Risiko adalah segala ancaman yang membatasi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Tuanakotta 2011:133 mengungkapkan beberapa macam bentuk risiko, yaitu: 1. Ancaman persaingan yang dapat memnghambat pertumbuhan perusahaan,
tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau bahkan menyebabkan kebangkrutan.
2. Ancaman fraud yang disebabkan oleh lemahnya lingkungan dan sistem pengendalian internal. Manajemen tidak mengatasi kelemahan atau dengan
sengaja mengulur-ulur waktu membenahi sistem yang ada. Manajemen, karyawan, dan pihak ketiga dapat memanfaatkan kelemahan tersebut untuk
melakukan fraud. 3. Ancaman bagi konsumen atau masyarakat akibat produk atau jasa yang
buruk. 4. Ancaman bencana alam yang dapat melumpuhkan produksi dan distribusi.
5. Kekeliruan membuat keputusan karena informasi yang tidak akurat atau tidak cukup dan adanya ketidakpastian, misalnya politik dan perundang-
undangan. Risiko yang dihadapi perusahaan harus dikelola dan dipantau dengan baik
pada waktu yang tepat, agar perusahaan dapat menjalankan misi dan strategi
10
yang telah direncanakan. COSO mengeluarkan Enterprise Risk Management ERM Framework untuk membantu perusahaan memantau risiko yang akan
datang dalam perusahaan. Enterprise Risk Management
ERM merupakan suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola semua risiko dalam perusahaan
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:2. Premis yang mendasari enterprise risk management
adalah setiap entitas ada untuk memberikan nilai bagi para stakeholder
COSO, 2004:1. Eksternal auditor merupakan kunci kesuksesan terlaksananya enterprise risk management secara efektif
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:4 ; Sarens dan De Beelde, 2006 dalam Zwaan et al., 2009: 3.
IIA dalam Zwaan et al., 2009:3 menyatakan: “Internal auditors should assist both management and the audit committee in
their risk management responsibilities and oversight roles by examining, evaluating, reporting, and recommending improvements on the adequacy and
effectiveness of management’s risk processes.” Perusahaan yang berhasil menciptakan ERM yang efektif memiliki
keuntungan jangka panjang yang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan yang mengelola dan memantau risiko secara individualparsial. Dengan
mengukur dan mengelola risiko secara konsisten dan sistematis, dan dengan memberikan manajer informasi bisnis dan insentif untuk mengoptimalkan
tradeoff antara risiko dan return, perusahaan dapat memperkuat
kemampuannya untuk melaksanakan rencana strategis Nocco et al., 2006:8. Selain itu Desender 2007:5 dan Meizaroh dan Lucyanda 2011:7
menyebutkan bahwa ERM meningkatkan nilai perusahaan dengan
11
menurunkan volatilitasketidakstabilan harga saham, mengurangi biaya modal, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan sinergi antara aktivitas manajemen
risiko. ERM kualitas tinggi dapat mempengaruhi alokasi sumber daya melalui persepsi pelaku pasar dari keandalan dan kelangsungan earning akuntansi
Baxter, 2012:2. Baxter 2012:4 menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara ERM dengan earning response coefficient ERC yang
menjadi proksi dari kualitas laba, menyiratkan bahwa pasar mendapatkan nilai yang lebih besar dari unexpected earnings pada perusahaan tersebut.
Di Indonesia industri sektor properti dan konstruksi berkembang pesat. Menteri Perindustrian, MS Hidayat, menilai sektor properti merupakan
industri padat karya dan padat modal yang sangat potensial mendukung perkembangan industri nasional. Kontribusi sektor industri sebesar 23,8
persen terhadap produk domestik bruto PDB dan didominasi oleh properti Mohamad, 2012. Perumahan dan kawasan-kawasan pergudangan sekarang
menjadi investasi yang menjanjikan dinilai oleh investor, diiringi pertumbuhan ekonomi negara yang cukup stabil. Namun, terungkapnya kasus
Wallstreet membuat investor harus berhati-hati dalam berinvestasi dalam
perusahaan. Selain itu, penulis belum menemukan adanya penelitian yang mengkaji tentang kualitas laba pada perusahaan properti dan konstruksi. Oleh
karena itu penulis akan menelusuri penelitian ini dalam sektor properti dan konstruksi.
Belum banyaknya penelitian yang mengkaji tentang implementasi ERM terhadap kualitas laba, dan masih banyaknya kasus-kasus yang terjadi yang
12
berhubungan dengan penurunan kualitas laba, serta peran serta komite audit dalam menjaga nilai perusahaan, penulis ingin mengkaji ulang replikasi
penelitian ini dengan memperbarui periode penelitian tentang pengaruh dan keterkaitan antara variabel peran komite audit dan implementasi enterprise
risk management terhadap kualitas laba. Dengan dasar tersebut maka
penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk Management
terhadap Kualitas Laba. Study Empiris pada Perusahaan Sektor Properti dan Konstruksi yang Terdaftar di BEI Periode
2009-2011 ”.