TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk Management terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti dan Kontruksi Periode 2009-2011)
18
SEC menunjukkan bahwa komite audit memainkan peran penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan mengawasi dan
memantau partisipasi manajemen dan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan SEC 1999 dalam Bryan et al., 2004:3.
Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No: Kep-29PM2004 dijelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab komite audit adalah
memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan
Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas Dewan Komisaris, antara lain meliputi: a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan. c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksaan manajemen risiko oleh direksi.
19
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten atau perusahaan
publik. f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Lebih lanjut Bryan et al. 2004:1 menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor
eksternal dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan, berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan auditor internal,
dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan
keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan Anderson et al., 2003:1. Komite Audit berwenang untuk
mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan auditor
internal dalam
melakukan pengawasan
Keputusan Ketua
BAPEPAM No:
Kep-29PM2004. Klein 2006:6 menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit
mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian audit, ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan
transaksi antara perusahaan dan karyawan. Komite audit juga meneliti masalah hukum dan peraturan pemerintah karena mereka
20
berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan untuk menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian internal.
Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen,
auditor eksternal
dan auditor
internal Bradbury et al., 2004:4 dan Klein, 2006:6. Komite audit juga
bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum Dye, 1988; Atle dan Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004:5.
Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan
eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan
kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan Anderson et al. 2003:6. Price Waterhouse 1980 dalam
Siallagan dan Machfoedz 2006:7 menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberi kontribusi
dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan integritas dan kredibilitas melalui:
a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Mengawasi proses audit secara keseluruhan.
21
Bryan et al. 2004:2 menekankan peran komite audit dalam pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan, terutama dalam
penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan efektivitas komite audit. Selain itu Anderson et al. 2003:24
menemukan bahwa ukuran komite audit berperan secara negatif terhadap kualitas atas pelaporan laba yang dihasilkan.
a. Efektivitas Komite Audit Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI
mewajibkan Komite Audit untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali dalam satu tahun Kristanti dan Syafrudin, 2012:3.
Efektivitas Komite
Audit dalam
melaksanakan peran
pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin yang akan membantu Komite
Audit dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan dalam hal
menjaga informasi
manajemen McMullen
dan Raghunandan,1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012:3.
Klein 2006:6 menemukan bahwa frekuensi pertemuanrapat komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas
informasi laba. Collier dan Gregory 1999 dalam Kristanti dan Syafrudin 2012:3 mengungkapkan bahwa Komite
Audit yang menyelenggarakan frekuensi rapat yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan
22
keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan informasi keuangan perusahaan.
Dengan melakukan rapat secara periodik, Komite Audit dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus
menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen.
Sharma et al. 2009 dalam Barua et al., 2010:507 membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat
frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas.
Treadway Commission
National Commission
on Fraudulent Financial Reporting, 1987, Public Oversight Board
1993, SEC Chairman Levitt 1998 dan the Blue Ribbon Committee BRC, 1999 menyarankan agar komite audit sering
melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor
eksternal dan internal, dan memungkinkan komite audit menjadi
lebih efektif
dalam melakukan
tugasnya Barua et al., 2010:506.
23
b. Ukuran Komite Audit Komite audit beranggotakan minimal tiga orang Keputusan
Ketua BAPEPAM No: Kep-29PM2004. Untuk membuat Komite Audit yang efektif dalam pengendalian dan pemantauan
atas kegiatan pengelolaan perusahaan, komite harus memiliki anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawab
Kristanti dan Syafrudin, 2012:2. Jumlah anggota Komite Audit yang harus lebih dari satu orang ini dimaksudkan
agar Komite Audit dapat mengadakan rapat dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing
anggota Komite Audit memiliki pengalaman tata kelola perusahaan dan pengetahuan keuangan yang berbeda-beda
Kristanti dan Syafrudin, 2012:2. Anderson et al. 2003:24 menemukan bahwa ukuran komite
audit yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori
ketergantungan sumber daya, efektivitas Komite Audit meningkat ketika ukuran komite meningkat, karena komite
memiliki sumber daya yang
lebih untuk menangani
masalah-masalah yang
dihadapi oleh
perusahaan Kristanti dan Syafruddin, 2012:2. Oleh karena itu, diharapkan
24
keberadaan Komite Audit yang efektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan.
Komite audit dan internal audit berperan untuk mengawasi sistem pengendalian dan pengelolaan risiko perusahaan. Ini
dikarenakan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang pembentukan dewan khusus untuk mengelola risiko dalam
perusahaan, kecuali untuk sektor perbankan yang diatur dalam peraturan BI No. 84PBI2006. ERM menjadi sistem pengendalian
atas risiko yang masih menjadi bahan penelitian lebih lanjut beberapa tahun ini. Dengan adanya komite audit yang turut
mengawasi dan turut mengelola risiko yang ada di perusahaan, diharapkan dapat membuat informasi keuangan, terutama laba,
menjadi dapat diandalkan. 4. ERM Enterprise Risk Management
Agency theory mengusulkan serangkaian mekanisme untuk menyatukan kepentingan pemegang saham dan manajer seperti
adanya pengawasan internal oleh dewan komisaris dan komite audit, pengawasan dari pemegang saham mayoritas, adanya pengendalian
internal, serta pengawan eksternal auditor eksternal atas laporan keuangan perusahaan Meizaroh dan Lucyanda, 2011:3.
Pengendalian Internal menjadi subyek perhatian yang sering diperdebatkan
Tunggal, 2013:1.
AICPA
25
Boynton dan Johnson, 2006:389 mencantumkan beberapa faktor yang penting mengapa dibutuhkan pengendalian internal, yaitu:
a. Ruang lingkup dan ukuran perusahaan menjadi begitu kompleks dan luas, dan manajemen harus bergantung pada sejumlah
laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi perusahaan secara efektif.
b. Pengecekan dan review dalam sistem pengendalian internal yang baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan kesalahan atau penyimpangan terjadi. c. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan atas
perusahaan tanpa adanya sistem pengendalian internal perusahaan dengan adanya batasan biaya. Hal ini akan
menurunkan efisiensi dan efektivitas proses pengauditan. COSO Tunggal, 2013:3 mendefinisikan pengendalian internal
sebagai berikut: Internal Control: a process, effected by an entitiy’s board of
directors, management, and other personel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in
the following categories: a.
Effectiveness and efficiency of operations. b.
Reliability of financial reporting. c.
Compliance with applicable laws and regulation.
Pengendalian internal memiliki beberapa tujuan. COSO Tunggal, 2013:4; Boynton dan Jhonson, 2006:392 menyebutkan 3
tujuan dari pengendalian internal, yaitu:
26
a. Keandalan dan integritas informasi: komponen pengendalian “informasi dan komunikasi” secara utuh menjelaskan dan
mencakup tujuan tersebut. b. Ketaatan dengan kebijakan, rencana dan prosedur organisasi:
komponen pengendalian “aktivitas pengendalian” menunjukkan bahwa penetapan dan ketaatan yang diperkuat terhadap
kebijakan dan prosedur perlu untuk mempertahankan organisasi dalam jalur terhadap pencapaian tujuan.
c. Mengamankan harta, pemakaian sumber daya yang ekonomis dan efisien tujuan utama pengendalian internal, dan pencapaian
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Dalam perspektif manajemen, sistem pengendalian internal
memberikan suatu cara memenuhi pekerjaan pengurusannya stewarship atau agency responsibilities, membantu manajemen
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Standar pekerjaan lapangan audit yang kedua
menyatakan pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan
lingkup pengujian
yang akan
dilakukan Tunggal, 2013:28. Pemahaman pengendalian internal auditor
adalah faktor utama dalam menemukan strategi audit secara keseluruhan.
27
COSO merumuskan sistem pengendalian internal yang berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada hasil yang disebut Enterprise
Risk Management Tunggal, 2013:. Fokus audit sekarang berpindah
dari pengendalian menjadi manajemen risiko Leech, 2011 dalam Shortreed et al. 2011, :3. P Shortreed et al.2011:3 menyebutkan
perubahan ini diperlukan sebagai respon dari internal audit: a. Memainkan peran dalam mengelola risiko dan tidak hanya
menyediakan pandangan secara independen atas usaha manajemen.
b. Untuk mendukung pengelolaan risiko dengan menyediakan jaminan critical control.
c. Untuk mengembangkan teknik baru untuk mengawasi, mereview dan mengomunikasikan, untuk meningkatkan efektivitas dari
manajemen risiko dan tata kelola perusahaan. d. Bekerja sama dengan dengan kolega-kolega mereka untuk
melakukan training dan praktik dalam auditor internal untuk menemukan inovasi-inovasi baru dalam bidang audit internal.
Audit internal menggunakan profil risiko sebagai dasar kuat
untuk melakukan
perencanaan audit
internal Shortreed et al., 2011:2. Enterprise risk management merupakan
suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola semua risiko dalam perusahaan Meizaroh dan Lucyanda, 2011:2.
28
COSO 2004 menyatakan ERM adalah proses, dipengaruhi oleh dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya, diterapkan
dalam pengaturan strategi di seluruh perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi
entitas, dan mengelola risiko untuk memberikan jaminan mengenai pencapaian tujuan entitas.
Penerapan ERM dapat meningkatkan kinerja perusahaan Barton et al. 2002; Lam 2001; dan Liebenberg 2003, dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7. ERM juga dapat menurunkan volatilitas harga saham, mengurangi biaya modal, meningkatkan
efisiensi, dan menciptakan sinergi antara aktivitas manajemen risiko Miccolis dan Shah, 2000; Lam, 2001; Meulbroek, 2002 dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7. ERM merupakan sarana untuk mempromosikan kinerja operasional perusahaan dan membantu
pembuatan keputusan
strategis Beasley,
2005 dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7 Keberadaan Chief Risk Officer, dewan direksi, komisaris
independen, tipe auditor, ukuran perusahaan, dan keberadaan risk management committee
ditemukan berpengaruh pada tingkat pengungkapan ERM Desender, 2007 dan Andarini dan Indira,
2010.
29
Risk management committee RMC adalah salah satu unsur penting dalam pengelolaan manajemen risiko perusahaan yang
bertugas mempertimbangkan manajemen risiko, dan memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi hukum dan peraturan yang
berlaku Subramaniam et al., 2009 dalam Meizaroh dan Lucyanda, 2011:10. Sektor finansial, seperti perbankan telah menerapkan
praktik ERM dalam perusahaan seperti yang diatur dalam peraturan BI No.84PBI2006 tentang Good Corporate Governance.
Pada perusahaan RMC dapat tergabung dalam komite audit atau terpisah dalam komite tersendiri yang fokus pada masalah
risiko sebagai bentuk partisipasi dari komite audit dalam pengawasan Tunggal, 2013:14. Beberapa perusahaan masih
mendelegasikan tugas pengawasan risiko pada komite auditnya Beasley, 2007; Bates and Leclerec, 2009 dalam Meizaroh dan
Lucyanda, 2007:10. Mengetahui dan memahami risiko baik internal maupun eksternal yang berpotensi dapat mempengaruhi organisasi,
dan memastikan bahwa risiko ini dikelola ke tingkat optimal, harus menjadi prioritas utama bagi pengurus dan anggota komite audit.
Berdasarkan ERM Framework yang dikeluarkan COSO, terdapat 108 item pengungkapan ERM yang mencakup delapan
dimensi. Dimensi ini menjadi komponen penting dalam ERM yaitu lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi tujuan,
30
identifikasi kejadian, penilaian risiko, respon atas risiko, kegiatan pengawasan,
informasi dan
komunikasi, dan
pemantauan Desender, 2007, dalam Meizaroh dan Lucyanda, 2007:13.
ERM framework dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Executive Summary COSO 2004
Gambar 2.1. COSO ERM- Integrated Framework
Manajemen menetapkan tujuan strategis, memilih strategi, dan menetapkan tujuan bertingkat perusahaan dalam empat kategori:
a. Strategis - tujuan harus selaras dan mendukung misi perusahaan. b. Operasi - penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.
c. Pelaporan - keandalan pelaporan. d. Kepatuhan - kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
31
Delapan komponen dari Enterprise Risk Management meliputi: a. Lingkungan internal
Manajemen menetapkan filosofi risiko dan menetapkan budaya risiko entitas dan risk appetite.
b. Tujuan Pengaturan Manajemen mempertimbangkan risiko dalam penetapan tujuan.
c. Identifikasi peristiwa Manajemen mengidentifikasi peristiwa, baik internal maupun
eksternal terdapat risiko dan peluang. d. Penilaian Risiko
Kemungkinan dan dampak risiko yang dinilai untuk mengklarifikasi sejauh mana mereka mungkin berdampak
terhadap tujuan perusahaan. Ini menggunakan kombinasi metodologi kualitatif dan kuantitatif untuk membentuk dasar
bagi pengelolaan risiko tersebut. e. Respon Risiko
Manajemen membuat keputusan mengenai apakah risiko harus dihindari, diterima, dikurangi, atau dibagi, dan kemudian
mengembangkan satu set actions untuk menyelaraskan risiko dengan toleransi risiko organisasi.
32
f. Kegiatan Pengendalian Kebijakan yang dibentuk untuk memastikan respon risiko
manajemen yang yang dilaksanakan secara efektif. g. Informasi dan Komunikasi
Komunikasi yang menyeluruh dan tepat waktu untuk memastikan peran dan tanggung jawab dapat dilakukan secara
efektif dalam proses identifikasi, penilaian, dan tanggapan terhadap risiko.
h. Pemantauan Pengawasan atas kegiatan ERM yang digunakan sebagai bahan
evaluasi agar dapat berjalan sesuai yang direncanakan. The Conference Board bersama dengan McKinsey Company
dan KPMG Audit Komite Institute membuat enam rekomendasi utama untuk pengawasan yang efektif dari ERM.
a. ERM yang ditugaskan ke komite audit, komite risiko, atau dewan, bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas
manajemen risiko yang harus terklarifikasi, terstruktur, dan tercermin dalam piagam charter.
b. Dewan harus dipersiapkan dengan baik untuk mengasumsikan peran pengawasannya dengan melakukan pelatihan manajemen
risiko, berpartisipasi dalam diskusi yang relevan, dan menyediakan analisis profil risiko organisasi.
33
c. Proses ERM harus mencakup pengawasan yang tepat dalam menilai risiko perusahaan, pengendalian untuk mengurangi
risiko, dan monitoring risiko. d. Sebuah kerangka kerja pelaporan yang terintegrasi harus terdiri
dari laporan unit bisnis secara keseluruhan agregat untuk laporan tingkat risiko perusahaan.
e. Sebuah proses harus berjalan untuk menilai dan memantau kinerja manajemen risiko, termasuk isu-isu seperti efektivitas
komite dan piagam, tingkat pemahaman dewan kebijakan risiko, dan tingkat produktivitas komunikasi manajemen dan dewan.
f. Harus ada interaksi langsung dari dewan dengan manajer berkenaan dengan risiko organisasi utama.
Komite audit dan auditor internal saling bergantung. Auditor internal memberikan pendapat obyektif, informasi, dukungan, dan
pengetahuan tentang perusahaan kepada komite audit, dan komite audit memberikan validasi dan pengawasan terhadap auditor
internal. Para auditor internal secara berkala harus melaporkan keada komite audit risiko yang signifikan dan masalah pengendalian, isu
tata kelola perusahaan, dan informasi lainnya yang diminta oleh komite audit. Audit internal membantu manajemen dan komite audit
dalam manajemen risiko dan peran pengawasan dengan memeriksa, mengevaluasi, pelaporan, dan merekomendasikan perbaikan pada
34
kecukupan dan
efektivitas proses
manajemen risiko
Zwaan et al, 2009:3. ERM kualitas tinggi dapat mempengaruhi alokasi sumber daya
melalui persepsi pelaku pasar dari keandalan laba akuntansi Baxter, 2012:2. Nocco dan Stutz 2006:8 menyatakan bahwa
ERM dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam level mikro dan makro.
ERM menciptakan nilai dengan memungkinkan manajemen senior untuk mengukur dan mengelola risiko. ERM membantu
perusahaan mempertahankan akses ke pasar modal dan sumber daya lain yang diperlukan untuk menerapkan strategi dan rencana bisnis.
Pada tingkat mikro, ERM menjadi way of living untuk manajer dan karyawan di semua tingkat perusahaan Nocco dan Stutz, 2006:10.
Nilai perusahaan yang baik akan berdampak pada naiknya harga saham
perusahaan, berkurangnya
ketidakstabilan harga
Woon et al., 2011:5, dan berkaitan langsung dengan ERC secara signifikan, yang menyiratkan bahwa pasar menempatkan nilai yang
lebih besar pada pendapatan tak terduga unexpected earnings dari perusahaan tersebut Baxter et al., 2012:4.
Baxter et al. 2012:3 menambahkan bahwa kualitas ERM yang tinggi berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik audit
komite mengawasi langsung atas risiko perusahaan, dan
35
pengurangan audit yang berkaitan dengan risiko pengendalian internal yang efektif.
5. Kualitas Laba Tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai
perusahaan Puteri dan Rohman, 2012:1. Bagi pemilik saham, laba merupakan peningkatan nilai ekonomis yang akan diterima melaui
dividen dan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan Boediono, 2005:2. Laba merupakan
indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan Siagallan dan Mahfoedz, 2006:2. Laba digunakan
untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earning power, dan memprediksi laba di masa depan.
Setidaknya ada tiga set yang berbeda dari keputusan yang mempengaruhi kualitas laba:
a. Keputusan yang dibuat oleh pembuat standar b. Pilihan yang dibuat oleh manajemen tentang metode akuntansi
yang harus dipilih dari satu set alternatif yang bisa diterima c. Penilaian dan estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam
rangka mengimplementasikan alternatif yang dipilih. Perbedaan metode dan kebijakan perusahaan ini dapat
menghasilkan tingkat laba yang berbeda-beda, yang akan berakibatnya terhadap keputusan yang akan diambil oleh pemakai
36
laporan keuangan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor
dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan
berkurang Siallagan dan Machfoedz, 2006:3.
Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap
informasi laba Cho dan Jung, 1991 dalam Boediono, 2005:2. Reaksi yang diberikan tergantung kepada kualitas laba yang
dihasilkan perusahaan. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dalam earning response coefficient menunjukan laba
yang dilaporkan berkualitas Boediono, 2005:2. Maka kualitas laba dapat diukur dengan ERC perusahaan. Respon investor terhadap
unexpected earning tergantung dari kredibilitas laporan laba.
6. Variabel Kontrol Variabel kontrol atau pelengkap termasuk dalam variabel
ekstrani yang dapat mempengaruhi hubungan kausal. Guna variabel kontrol yaitu untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausal
supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan baik. Variabel kontrol ini bukan variabel utama yang
akan diteliti tetapi memiliki efek pengaruh terhadap hasil pengujian Jogiyanto, 2012:186. Puteri dan Rohman 2012:6 menggunakan
37
varibel kontrol Leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
a. Leverage Leverage
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
perusahaan mendanai
aktivanya. Leverage
memberikan ukuran atas dana yang disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan kreditor
Kamaludin dan Indriani, 2012:42. DeFond dan Jiambalvo 1994 dalam Nahandi et al., 2012:3119 melaporkan bahwa
perusahaan yang memiliki leverage yang besar cenderung melakukan managemen laba atau meningkatkan pendapatan
melalui akutansi akrual untuk menghindari pelanggaran atas perjanjian utang. Meningkatnya diskresionary accrual yag
dilakukan manajemen mengindikasikan kualitas laba yang dilaporkan rendah sesuai dengan model Jones yang mengukur
kualitas laba menggunakan proksi diskresionary accrual. b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga. Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih
banyak dibandingkan perusahaan kecil. Jadi, semakin informatif harga saham maka semakin kecil pula muatan informasi
earnings sekarang
Jang et
al. ,
2007:8
38
B. Penelitian Sebelumnya Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh Efektivitas Komite Audit X
1
, Ukuran Komite AuditX
2
, dan Implementasi ERM X
3
terhadap Kualitas Laba Y No
Peneliti, judul, tahun Metode Penelitian
Hasil Variabel
X
1
X
2
X
3
Y
1. Kristen L. Anderson,
Daniel N. Deli, and Stuart L. Gillan. Board of
Directors, Audit Committees, and the
Information Content of Earnings 2003
o Periode 2001, dan tahun
fiskal 2000-2001 dengan sample 1241
perusahaan.
o Variabel lain: dualitas
CEO. o
Semakin kecil audit komite, maka kualitas labanya semakin kecil
o ERC meningkat saat dewan di dalam
perusahaan menjadi lebih independen dan aktif.
o Semakin sedikit rapat yang dilakukan
komite audit, semakin kecil kualitas pelaporan labanya.
√ √
√
2. Daniel Bryan, M.II. Carol
Liu dan Samuel Tiras. The Influence of
Independent and Effective Audit
Committee on Earnings Quality 2004
o 500 perusahaan pada
periode 1996-2000 o
Menggunakan model regresi
o Selain menggunakan
proksi ERC, juga menggunakan proksi
akuntansi akrual o
Komite Audit yang independen dan sering mengadakan pertemuan meningkatkan
kualitas laba yang dilaporkan √
√
Bersambung pada halaman berikut.
39
Tabel 2.1. Lanjutan No
Peneliti, judul, tahun Metode Penelitian
Hasil Variabel
X
1
X
2
X
3
Y
3. Peter J Baxter Bbus
Hons. Audit Committees and
Financial Reporting Quality 2007
o Variabel lain:
independensi, expertise dan tenure.
o Kualitas laba
menggunakan pengembangan model
diskresionary accrual
Jones, 1991 dan accrual estimation
Dechow dan Dichev, 2002
o Kualitas laba menurun mengikuti ukuran
komite audit model Jones o
Efektivitas komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba
√ √
√
4. Ryan Baxter, Jean C.
Bedard, Rani Hoitash, Ari Yegezel. Enterprise
Risk Management Program Quality:
Determinants, Value Relevance, and the
Financial Crisis
2009 o
Menggunakan regresi OLS
o Menggunakan data dari
165 perusahaan bank dan asuransi pada
periode 2006-2008
o Variabel lain: kinerja
akuntan, penilaian pasar, krisis keuangan global
o Menggunakan kualitas ERM yang tinggi
berhubungan dengan kompleksitas yang lebih baik, sumber kendala yang berkurang,
dan corporate governance yang lebih baik
o Meningkatnya kualitas ERM berhubungan
dengan berubahnya kinerja akuntansi dan respon kuat atas laba kejutan.
o Tidak ada hubungan antara kualitas ERM
dengan kinerja pasar. √ √
Bersambung pada halaman berikut.
40
Tabel 2.1. Lanjutan No
Peneliti, judul, tahun
Metode Penelitian Hasil
Variabel X
1
X
2
X
3
Y
5. Paramitha Anggia
Puteri dan Abdul Rohman. Analisis
Pengaruh Investment Opportunity Set
IOS dan Mekanisme
Corporate Governance
terhadap Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan 2012 o
Menggunakan regresi berganda
o Menggunakan data
dari 24 perusahaan manufaktur pada
periode 2006-2010
o Variabel lain: IOS,
jumlah pertemuan komite audit,
komposisi komisaris independen,
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan nilai
perusahaan
o Variabel kontrol:
ukuran kap, ukuran perusahaan, dan
leverage. o
Kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
o IOS berpengaruh negatif terhadap kualitas
laba dan secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan
o Jumlah rapat komite audit berpengaruh
positif terhadap kualitas laba dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan
o Komposisi komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba dan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
o Kepemilikan institusional secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan
o Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
o Variabel kontrol yaitu ukuran kap, ukuran
perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan
√ √
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
41
C. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Laba
Treadway Commission National Commission on Fraudulent Financial Reporting
, 1987, Public Oversight Board 1993, SEC Chairman Levitt 1998 , dan The Blue Ribbon Committee BRC, 1999
menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara anggota komite
audit dan auditor eksternal dan internal, dan memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya Barua et al., 2010:506.
Bryan et al. 2004:29 menemukan bahwa efektivitas atas komite audit direkomendasikan untuk meningkatkan pengawasan komite audit dari
proses pelaporan laporan keuangan dan menyarankan elemen Sarbanes- Oxley Act
untuk meningkatkan kualitas laba. Maka hipotesis yang dapat disusun adalah:
H
1
: Efektivitas Komite Audit secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
2. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laba Anderson et al. 2003:22 menemukan bahwa semakin kecil komite
audit maka akan semakin meningkat kualitas laba yang dilaporkan. BRC Bryan et al., 2004:2 menekankan bahwa kualitas laba dipengaruhi oleh
peran komite audit yang independen dan efektif dalam melakukan tugasnya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
42
H
2
: Ukuran Komite Audit secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
3. Pengaruh antara implementasi ERM terhadap kualitas laba. Audit internal membantu manajemen dan komite audit dalam
manajemen risiko dan peran pengawasan dengan memeriksa,
mengevaluasi, pelaporan, dan merekomendasikan perbaikan pada kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko Zwaan et al, 2009:3.
Baxter 2012:2 menemukan bahwa kualitas ERM berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. ERM kualitas tinggi dapat
mempengaruhi alokasi sumber daya melalui persepsi pelaku pasar dari keandalan laba akuntansi Baxter, 2012:2. Nilai perusahaan yang baik
akan berdampak pada naiknya harga saham perusahaan, berkurangnya ketidakstabilan harga Woon et al., 2011:5, dan berkaitan langsung
dengan ERC secara signifikan, yang menyiratkan bahwa pasar menempatkan nilai yang lebih besar pada pendapatan tak terduga
unexpected earnings dari perusahaan tersebut Baxter et al., 2012 :4. Baxter et al. 2012:3 menambahkan bahwa kualitas ERM yang tinggi
berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik audit komite mengawasi langsung atas risiko perusahaan, pengurangan audit yang
berkaitan dengan risiko pengendalian internal yang efektif. Perusahaan dengan program ERM yang baik dapat meningkatkan kelangsungan
earning , mengarahkan pada kredibilitas earning yang lebih baik dan
43
respon pasar
yang lebih
kuat terhadap
unexpected earning
Baxter, 2012:10. Maka hipotesis yang diajukan adalah : H
3
: Implementasi ERM secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
4. Pengaruh antara Peran Komite Audit dan implementasi ERM terhadap kualitas laba secara simultan.
Peran pengawasan
komite audit
dalam perusahaan
akan mempengaruhi tingkat kualitas data-data keuangan dalam perusahaan.
Dalam proses implementasi ERM, manajemen terus diawasi oleh dewan. Manajemen dapat secara sukarela untuk membuat dewankomite pengawas
dan pengelola risiko RMC, tetapi mayoritas perusahaan masih menyerahkan tugas pengawasan dan pengelolaan risiko pada komite audit.
Hadirnya komite audit dan implementasi ERM yang baik menyebabkan respon atas laba yang dipublikasikan meningkat, yang
terlihat dari koefisien respon laba ERC. ERC yang baik mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik. Oleh karena itu, hipotesis yang disusun
adalah H
4
: Efektivitas komite audit, ukuran komite audit, dan implementasi enterprise risk management
secara simultan memilki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
44
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
45