Pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kota Medan
PENGEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KOTA MEDAN
KERTAS KARYA OLEH
DENNI SULASTRI TARIHORAN 082204027
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : PENGEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KOTA MEDAN
Oleh : Denni Sulastri Tarihoran
NIM : 082204027
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,
Dr. Syahron Lubis, MA. NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA Ketua,
Arwina Sufika, SE., M.Si. NIP. 19640821 199802 2 001
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN
POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN
WISATAWAN OLEH
DENNI SULASTRI TARIHORAN 082204027
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Dr. Asmyta Surbakti, M.Si Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP NIP. 19600325 198601 2 001 NIP. 19590907 198702 1 002
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan kasih sayangNya, sehingga penulisan kertas karya yang berjudul
Pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kota Medan dapat diselesaikan dengan baik.
Kertas karya ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada program studi pariwisata dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis untuk dapat mencapai gelar Ahli Madya dari Departemen Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan kertas karya ini, oleh karena itu penulis memperoleh bantuan dari banyak pihak. Dan dengan segala kerendahan hati maka ijinkan penulis menghanturkan terimakasaih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Dr.Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Sastra.
2. Ibu Arwina Sufikha, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.SP, selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Program Studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan kerta karya ini.
(5)
5. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini.
6. Yang sangat berarti dan istimewa yaitu kedua orang tua saya. Terimakasih buat doa, kasih sayang yang tak ternilai dan pengorbanan yang tidak henti-hentinya..
7. Buat teman-teman UW 08 yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan pikiran serta waktu dalam menyelaikan kertas karya ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya kertas karya ini dapat berguna bagi para pembaca.
Medan, Maret 2011 Penulis
Denni Sulastri Tarihoran NIM : 082204027
(6)
ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar dan baik dari segi kebudayaan yang beranekaragam, keindahan alam, flora dan fauna. Di samping itu letak Indonesia yang sangat strategis memungkinkan banyak wisatawan yang datang berkunjung. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya akan objek wisata. Kekayaan ini tersebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Salah satu objek wisata yang kaya dengan wrisan alam dan sejarah budaya yaitu Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang terletak di jalan HM. Joni No.51 Medan. Museun ini berfungsi sebagai tempat pengamanan warisan alam dan budaya serta merupakan cermin pertumbuhan peradaban sejarah. Museum merupakan warisan leluhur, oleh karena itu kita harus turut ikut menjaga dan melestarikannya. Museum ini berguna juga untuk kepentingan umum, pendidikan, media hiburan(rekreasi), temmpat perkenalan kebudayaan kepada wisatawan dan sarana pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya. Dengan adanya Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara maka benda-benda yang sudah langka dapat diketahui dan dikenal kembali oleh masyarakat pada zaman sekarang. Di samping itu dengan adanya benda-benda warisan alam budaya nenk moyang kita menunjukkan bahwa nilai kebudayaan di Sumatera Utara dulunya sudah cukup tinggi. Sehingga perlu sekali penanganan, pemeliharaan dan perawatan yang khusus bagi koleksi-koleksi agar tidak hancur dan tetap awet.
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 5
1.4 Metode Penelitian... 5
1.5 Sistematika Penulisan... 6
BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN... 7
2.1 Pengertian Pariwisata... 7
2.2 Daerah Tujuan Wisata ... 8
2.3 Pengertian Produk Wisata ... 15
2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 18
BAB III GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN ... 23
3.1 Letak Geografis Kota Medan... 23
3.2 Keadaan Alam dan Iklim ... 24
3.3 Kependudukan ... ... 25
3.4 Sejarah Kota Medan... 26
(8)
BAB IV MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA... 32
4.1 Pengertian Museum ... 32
4.2 Gambaran Umum Museum... 35
4.2.1 Sejarah Museum... 35
4.2.2 Visi dan Misi Museum... 37
4.2.3 Struktur Organisasi Museum ... 37
4.3 Tentang Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ... 42
4.4 Penyajian koleksi pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara... 44
4.5 Usaha-usaha dalam Pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ... 54
BAB V PENUTUP... 58
5.1 Kesimpulan... 58
5.2 Saran... 59 DAFTAR PUSTAKA
(9)
ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar dan baik dari segi kebudayaan yang beranekaragam, keindahan alam, flora dan fauna. Di samping itu letak Indonesia yang sangat strategis memungkinkan banyak wisatawan yang datang berkunjung. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya akan objek wisata. Kekayaan ini tersebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Salah satu objek wisata yang kaya dengan wrisan alam dan sejarah budaya yaitu Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang terletak di jalan HM. Joni No.51 Medan. Museun ini berfungsi sebagai tempat pengamanan warisan alam dan budaya serta merupakan cermin pertumbuhan peradaban sejarah. Museum merupakan warisan leluhur, oleh karena itu kita harus turut ikut menjaga dan melestarikannya. Museum ini berguna juga untuk kepentingan umum, pendidikan, media hiburan(rekreasi), temmpat perkenalan kebudayaan kepada wisatawan dan sarana pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya. Dengan adanya Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara maka benda-benda yang sudah langka dapat diketahui dan dikenal kembali oleh masyarakat pada zaman sekarang. Di samping itu dengan adanya benda-benda warisan alam budaya nenk moyang kita menunjukkan bahwa nilai kebudayaan di Sumatera Utara dulunya sudah cukup tinggi. Sehingga perlu sekali penanganan, pemeliharaan dan perawatan yang khusus bagi koleksi-koleksi agar tidak hancur dan tetap awet.
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan JudulPariwisata merupakan salah satu penghasil devisa negara setelah sektor migas dan non migas. Pariwisata juga merupakan suatu potensi untuk meningkatkan pembangunan. Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan ini lebih ditingkatkan khususnya dalam rangka penerimaan devisa dan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan dan memperkenalkan kebudayaan bangsa. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang cukup besar berupa keindahan alam dan keanekaragaman budaya daerah dan ditinjau dari letak geografisnya.
Salah satu provinsi yang sangat berpotensial di bidang pariwisata adalah Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa daerah tujuan wisata yang sangat banyak mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, mulai dari wisata alam yang memiliki keindahan alam yang menarik, wisata budaya, wisata rohani, rumah-rumah tradisional, dan peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya.
Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah tujuan wisata memandang penting industri pariwisata. Dengan bermodalkan keindahan alam, peninggalan sejarah seperti museum, kebudayaan daerah yang beranekargam dan kerajinan tangan tradisional maka Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam andalan industri pariwisata di Indonesia untuk dijual ke mancanegara.
(11)
Kota Medan merupakan salah satu kota yang bersejarah di Indonesia dan memiliki fasilitas rekreasi dan hiburan yang cukup memadai. Kota Medan juga memiliki objek wisata yang cukup potensial, terutama objek wisata yang bernuansa sejarah kebudayaan seperti museum. Untuk menyimpan dan melestarikan benda-benda bersejarah agar tetap terawat, Kota Medan mempunyai beberapa museum yaitu salah satunya adalah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ini terletak di Jalan H.M. Joni No. 51 Medan. Di samping untuk melestarikan benda-benda bersejarah, museum juga merupakan sebuah lembaga yang tidak hanya mencari keuntungan saja, melainkan melayani masyarakat dan terbuka untuk umum.
Adapun perkembangan pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu berupa renovasi-renovasi dan relokasi benda-benda yang ditata agar kelihatan lebih menarik. Kemudian koleksi-koleksi pada museum itu juga kian bertambah yang diperoleh dari hibah, pembelian, titipan, hasil penelitian, kerjasama para arkeologi dan sebagainya. Ruangan-ruangan yang ada di museum juga direnovasi kembali menjadi lebih modis dan modern juga tidak terlalu kuno dengan harapan pengunjung yang datang tidak bosan untuk datang kembali ke museum.
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sangat berperan penting dalam dunia kepariwisataan dan berperan sebagai media hiburan/rekreasi bagi para pengunjung, tempat penikmatan karya seni, tempat perkenalan kebudayaan kepada wisatawan, sumber pendidikan dan pusat dokumentasi. Di samping itu museum juga berperan sebagai sarana untuk pewarisan nilai-nilai kepada generasi
(12)
berikutnya. Museum juga membantu mengintegrasikan perubahan dalam masyarakat dan menciptakan keseimbangan dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan terus melestarikan kepribadian suatu bangsa melalui nilai-nilai dan pola-pola budaya yang terkandung di dalamnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dalam Bab III, pasal 4, ayat 1.b disebutkan bahwa museum, peninggalan purbakala, peninggalan seejarah dan seni budaya dapat dikategorikan sebagai objek dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya manusia.
Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3599).
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan, perlindungan dan pengembangan meliputi aspek-aspek kesenian, kepurbakalaan, kesejahteraan, permuseuman, kebahasaan, tradisi, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
Seiring berkembangnya zaman, di mana pada saat ini globalisasi telah melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia maka terjadilah suatu kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi. Seiring dengan itu, masyarakat pun lebih tertarik dengan teknologi terbaru dan mengabaikan nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalam museum. Oleh karena itu museum harus bersaing dalam hal pengelolaan dan berusaha menarik minat masyarakat di dalam mengunjungi museum sebagai
(13)
sarana pendidikan ataupun rekreasi dengan mengadakan program dan kegiatan menarik yang dapat diterima oleh masyarakat.
Pengembangan yang sudah dilakukan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu melakukan renovasi-renovasi dalam penyajian koleksi-koleksi yang ada di dalam museum dan melakukan perubahan dalam segi arsitektur agar tidak terlalu kuno sehingga lebih menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan yang datang berkunjung.
Dengan alasan di atas maka penulis memilih judul PENGEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KOTA MEDAN dengan beberapa alasan sebagai berikut:
1. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu pusat informasi, Objek dan Daya Tarik Wisata kepada masyarakat yang datang berkunjung.
2. Mengetahui pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kota Medan.
3. Mengetahui koleksi-koleksi yang mewakili benda-benda warisan alam dan budaya pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
1.2 Pembatasan Masalah
Agar penulisan kertas karya ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah kertas karya ini, yaitu Bagaimana pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sehingga menjadi Objek dan Daya Tarik Wisata yang
(14)
menarik di Kota Medan yang layak menjadi sebuah Objek Daerah Tujuan Wisata pada tingkat nasional.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan D3 Pariwisata, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara,
2. Memperkenalkan dan mempromosikan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu objek wisata di Kota Medan,
3. Memacu pengembangan Museum Negeri Sumatera Utara sebagai salah satu objek wisata yang dapat diandalkan di Kota Medan.
1.4 Metode Penelitian
Dalam kertas karya metode yang telah dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Hal ini dilakukan oleh penulis dengan cara mengumpulkan data-data dari beberapa buku pedoman yang berkaitan dengan kepariwisataan dan brosur-brosur yang sesuai dengan judul kertas karya untuk mendapatkan informasi.
2. Peneltian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data langsung dari lokasi penelitian yang terdiri dari: Pengamatan (Observasi) yaitu dengan mengadakan
(15)
pengamatan langsung pada pihak-pihak (nara sumber) yang dapat membantu melengkapi kerrtas karya ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan kertas karya ini penulis membaginya atas lima bab dan masing-masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri atas Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
Menguraikan tentang Pengertian Pariwisata, Objek dan Daya Tarik Wisata, Pengertian Produk Wisata, Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata.
BAB III: GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN
Membahas tentang Letak Geografis Kota Medan, Keadaan Alam dan Iklim, Kependudukan, Sejarah Kota Medan, Hubungan Kepariwisataan dengan Kebudayaan.
BAB IV: PENGEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI
SUMATERA UTARA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KOTA MEDAN.
(16)
Menjelaskan tentang Pengertian dari Museum, Sejarah Berdirinya Museum Negeri, Penyajian Koleksi pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara serta Usaha-usaha dalam Pengembangan Museum.
BAB V: PENUTUP
(17)
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian pariwisataMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15). Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Menurt Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama, muhibah atau juga silahturahim.
Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical elements)dan industri pariwisata(tourism industry).
(18)
Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Robert McIntosh bersama Shashiakant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya (Pendit, 1999:31).
2.2 Daerah Tujuan Wisata
Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima unsur:
1. Objek dan Daya Tarik Wisata, 2. Prasarana wisata,
3. Sarana wisata,
4. Tata laksana/ infrastruktur, dan 5. Masyarakat/ lingkungan.
2.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
(19)
memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunyaDasar-dasar Pariwisata(1997:19) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas :
a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
b. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nayaman dan bersih.
Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
(20)
c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.
Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.
Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.
Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipetanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan keegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak lingkungan tetapi
(21)
sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian (Suwantoro, 1997:20).
2.2.2 Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro, 1997: 21).
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkat.Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan periwisata.
(22)
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
2.2.3 Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana
(23)
wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan diisediakannya (Suwantoro, 1997: 23).
2.2.4 Tata Laksana/ Infra Struktur
Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997: 23) Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:
a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan/restoran.
b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.
c. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.
d. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi scara tepat dan tepat.
e. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di berbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan di terminal, diperjalanan dan di objek-objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan akan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, seekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
(24)
2.2.5 Masyarakat/ Lingkungan
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata akan mengundang kehadiran wisatawan yang berkunjung. Adapun yang ikut berperan dalam pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata adalah sebagai berikut menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997: 23-24) :
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan sekitar objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
(25)
2.3 Pengertian Produk Wisata
Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, tetapi merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga bersifat sosial, psikologis dan alam, namun demikian produk wisata sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Produk wisata sangat diperlukan untuk menunjang suatu kepariwisataan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Suwantoro (1997:49) berpendapat bahwa produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula.
Menurut Suwantoro (1997: 48) ciri-ciri suatu produk wisata adalah : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam
penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan.
2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi.
3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.
4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.
5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin.
(26)
Adapun produk wisata termasuk kategori subjek sentral adalah usaha yang bergerak dalam bidang mendorong orang merasa tertarik akan kebutuhan untuk mengadakan perjalanan serta memberi kesempatan kepada mereka untuk menikmati perjalanan, apabila orang bersangkutan tidak mampu sendiri mengusahakan demikian, antara lain perussahaan penerbitan kepariwisataan, bank pariwisata, kredit pariwisata, asuransi pariwisata dan sejenisnya.
Produk wisata termasuk yang kategori objek sentral adalah usaha yang kegiataannya diperuntukkan bagi dan tergantung pada perkembangan kepariwisataan itu sendiri, antara lain perusahaan akomodasi, angkutan, souvenir, tempat rekreasi/hiburan, lembaga yang mengurusi objek-objek wisata dan sebagainya. (Pendit 1999:147).
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang telah menjadi salah satu produk pariwisata memiliki unsur-unsur seperti mutu koleksi museum tersebut yang mana keaslian koleksi, kelangkaan koleksi dan peragaan koleksi. Keindahan bangunan meliputi keindahan/keunikan arsitektur bangunan, pertamanan bangunan serta pemandangan di dalam ruangan. Kenyamanan suasana di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, bebas kebisingan, kebersihan ruangan dan kesejukan/ventilasi. Kemudahan Informasi seperti brosur, program bimbingan, label, pramuwisata (guide). Penataan Musem Negeri Provinsi Sumatera Utara seperti keserasian penataan koleksi, kemudahan melihat koleksi dan kebersihan koleksi.
Dalam Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara tersebut peninggalan sejarah dan purbakala yang terdapat dalam museum tersebut menjadi suatu produk dalam pariwisata yang mana memiliki unsur-unsur seperti peninggalan sejarah dan purbakala meliputi keasliannya, apakah masih murni atau tiruan. Keunikan,
(27)
sejarahnya, keutuhan (aslinya), keindahan/kenyamanan, kebersihan kompleks museum dan variasi kegiatan upacara, studi, apresiasi, seni budaya, atraksi seni dan lain sebagainya.
2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1 Pengertian Sarana
Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan, (Yoeti, 1996:184).
Sarana kepariwisataan tersebut adalah : a. Sarana Akomodasi
Menurut surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86 tanggal 17 Juni 1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow, mess dan sebagainya. Adapun wisatawan yang mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dapat juga menggunakan sarana akomodasi yang terdapat di Kota Medan yaitu seperti Hotel JW. Marriot, Hotel Ina Darma Deli dan sebagainya. Hotel / akomodasi di Kota Medan memiliki hotel hotel yang mempunyai fasilitas yang baik dan dilengkapi sarana olah raga dan hiburan. Hotel tersebut tersebar di dalam kota, dan khusunya hotel-hotel berbintang berlokasi di pusat Kota Medan dengan aksibilitas yang mudah. Seperti
(28)
layaknya hotel berbintang lainnya, banyak fasitlias yang disediakan (sesuai dengan kelasnya) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (mancanegara) dengan standar layananan internasional.
b. Sarana transportasi
Peranan transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali,mengingat mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Wisatawan yang datang untuk mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dapat menggunakan sarana transportasidi Kota Medan. Sarana transportasi yang terdapat di Kota Medan yaitu becak bermotornya (becak mesin/ becak motor) yang dapat ditemukan hampir di seluruh Kota Medan. Berbeda dengan becak biasa (becak dayung), becak motor dapat membawa penumpangnya kemana pun di dalam kota. Pengemudi becak berada di samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa, yang memudahkan becak Kota Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku dan memungkinkan untuk diproduksi dengan harga yang minimal. Selain becak, dalam Kota Medan juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/oplet) dan taksi.
c. Biro Perjalanan Wisata (BPW)
Sarana Kepariwisataan berupa Biro Perjalanan Wisata. Biro Perjalanan Wisata (BPW) merupakan usaha atau kegiatan yang memberikan informasi atau pelayanan bagi orang orang yang akan melakukan perjalanan pada umumnya, dan perjalanan wisata pada khusunya. Saat ini terdapat 117 BPW di Kota Medan (Sumber : Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Medan, 2003) yang menjadi penggerak promosi dan menjual paket perjalanan wisata.
(29)
d. Toko penjual cinderamata
Toko-toko penjual cinderamata dari objek wisata yang dikunjungi tersebut hanya mendapat penghasilan dari penjualan barang-barang cinderamata objek tersebut (Yoeti, 1996:185).
Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat cenderamata tersebut berada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan keunikannya.
2.4.2 Prasarana Pariwisata
Menurut Yoeti prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beranekaragam .
Prasarana yang digunakan menuju Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu seperti jalan raya, di mana jalan raya menuju Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sangat baik. Dari Bandar Udara Internasional Polonia kita juga dapat menuju objek wisata Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang terletak di jalan H.M. Joni No.51 Medan. Selain Bandara Udara Polonia, ada juga prasarana lainnya seperti pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.
(30)
Demikian juga mengenai pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata sangat baik. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi dan kantor pos juga mendukung prasarana pada museum tersebut.
Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.
Adapun prasarana kepariwisataan berupa : 1. Jaringan Jalan Raya
Keadaan jalan di dalam Kota Medan pada umumnya sangat baik, jalan jalan protokol yang lebar dan mulus banyak terdapat di kota itu. Beberapa jalan tersebut dibangun oleh belanda pada era kolonial, khusunya ketika Kota Medan menjadi pemasok tembakau ke Belanda dan Kota Medan dihuni oleh orang orang mancanegara pada abad ke-19, oleh sebab itu kualitas jalan sangat baik. Selain membangun jalan di dalam Kota Medan, Belanda juga membangun jalan di luar Kota Medan yang menghubungkan Kota Medan dengan objek wisata yang mereka kunjungi pada akhir pekan. Kondisi jalan peninggalan Belanda itu pada umumnya masih dalam keadaan baik.
(31)
2. Telekomunikasi
Sebagai sebuah kota besar, di Kota Medan banyak ditemukan jaringan telekomunikasi berupa warung telekomunikasi (wartel) dan warung internet (warnet). Hampir di pelosok kota tersedia fasilitas telekomunikasi.
3. Pelabuhan Udara
Di Kota Medan terdapat sebuah pelabuhan udara Polonia, yang dapat dilandasi oleh pesawat-pesawat berbadan lebar dari dalam dan luar negeri. Kondisi pelabuhan udara sangat baik dan juga merupakan peninggalan kolonial Belanda. Nama Polonia diberikan oleh Baron Michalsy, seorang bangsa Polandia yang mendapat konsesi membuka perkebunan tembakau pada tahun 1872 dan menamakan konsesinya itu Polonia yaitu nama tempat kelahirannya. Konsesi tersebut berpindah tangan kepada Deli Mij pada tahun 1879 dan dijadikan sebagai pelabuhan udara yang pertama untuk Kota Medan.
(32)
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN
3.1 Letak GeografisKota Medan terletak antara 3º, 27´ - 3º, 47´ Lintang Utara dan 98º, 35´ - 98º, 44´ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan sebelah utara, selatan, barat dan timur dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km. Kota Medan ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
(33)
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
3.2 Keadaan Alam dan Iklim
Kota Medan yang berprovinsikan Sumatera Utara terdiri dari beberapa pantai, dataran rendah, dataran tinggi serta daearah pegunungan. Di tengah-tengah daerah pegunungan dari utara ke selatan membujur bukit barisan yang ditumbuhi dengan hutan lebat. Provinsi Sumatera Utara juga terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif seperti Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Gunung Dolok Martimbang, Gunung Sibual-buali dan Gunung Sorik Merapi. Selain gunung berapi di Provinsi Sumatera Utara terdapat sebuah danau yang sangat indah dan sangat besar yang terkenal di seluruh dunia yaitu Danau Toba yang terkenal dengan keindahannya. Ditengah-tengah danau yang indah ini terletak Pulau Samosir dengan berbagai jenis kebudayaan tradisional yang indah sehingga selalu dikunjungi oleh para wisatawan luar dan dalam negeri.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum. Menurut Stasiun Polonia pada tahun 2009 berkisar antara 20, 8°C 24, 4°C dan suhu maksimum berkisar antara 33, 5°C 36, 5°C, serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 21, 00°C 23, 6°C dan suhu maksimum berkisar antara 32, 6°C 34, 2°C.
(34)
Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76-83% dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,73 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,48 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2010 per bulan 45 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 182 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 228,6 mm.
3.3 Kependudukan
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan sebagian besar penduduknya menganut agama Islam. Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.
Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, di mana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.
Pada tahun 2010, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km².
Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, Suku Karo dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing). Di Kota Medan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Kota Medan salah satu kota di Indonesia
(35)
yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak. Keanekaragaman etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh Kota Medan.
3.4 Sejarah Kota Medan
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Kota Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer.
Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaanya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Kota Medan. Kampung ini
(36)
berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai.
Menurut Volker pada tahun 1860 Kota Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama di muara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Kota Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.
Pada tahun 1886 Kota Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Kota Medan. Tahun 1909 Kota Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Kota Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
(37)
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Kota Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang menjadi guru dan ulama.
Sejak tahun 1950, Kota Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, Kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.
3.5 Hubungan Kepariwisataan dengan Kebudayaan
Kepariwisataan merupakan potensi di dalam usaha pembangunan yang kita laksanakan sekarang ini karena dalam pariwisata kita dapat menciptakan dan meningkatkan kegiatan-kegiatan di bidang jasa dan jenis industri kerajinan rakyat serta penjualan barang-barang. Dengan demikian kegiatan pariwisata baik secara nasional dan internasional dapat menciptakan serta memperluas lapangan kerja dan memberi pengaruh perkembangan terhadap sektor-sektor lainnya. Dalam meningkatkan arus wisatawan luar negeri ke Indonesia harus disertai dengan usaha Indonesia dalam jaringan lalu lintas utama wisatawan internasional serta mendekatkan Indonesia dalam arti dan rute perjalanan internasional negara-negara penghasil utama wisatawan.
Dalam menyongsong perkembangan kepariwisataan kita hurus menjaga dan memelihara identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang berkebudayaan tinggi. Oleh karena itu, kebudayaan harus dapat berperan sebagai semangat untuk
(38)
mendorong demi menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Hendaknya keanekaragaman adat istiadat dan cara hidup kita harus tetap lestari walaupun banyak menerima pengaruh kebudayaan dari luar antara lain oleh para wisatawan luar.
Seperti kita ketahui bahwa Kota Medan sungguh sangat mempunyai potensi yang besar di bidang kepariwisataan bila kita bandingkan dengan daerah lain. Apabila kita satu padukan peninggalan sejarah dan atraksi lainnya seperti keanekaragaman, kesenian-kesenian daerah maka para wisatawan akan lebih tertarik dan tahan tinggal lebih lama di daerah yang dia kunjungi.
Peninggalan sejarah dan purbakala ini perlu perawatan dan perbaikan karena sebagian bangsa yang datang berkunjung ke daerah tujuan wisata berkeinginan langsung melihat lebih dekat bagaimana dan di mana tempat-tempat bangunan bersejarah itu terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan studi perbandingan.
Keberhasilan kita dalam mensukseskan sektor pariwisata ini tidaklah selalu tergantung ditangan pemerintah saja yang mengelolahnya. Jika kita mengadakan evaluasi mengenai sejauh mana keberhasilan kita di sektor pariwisata ini, maka sektor pariwisata Indonesia khususnya Kota Medan belum memadai bila dibandingkan dengan negara tetangga, maka pemerintah harus memikirkan peraturan-peraturan atau kemudahan-kemudahan bagi lancarnya arus pemasukan wisatawan luar negeri ke negara ini.
Kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan arus pemasukan wisatawan-wisatawan ke Indonesia, sebaliknya dengan menetapkan tarif baru
(39)
fiskal dengan maksud untuk mebatasi wisatawan-wisatawan Indonesia mengalir ke luar negeri yang akbiatnya dapat menipiskan devisa negara kita.
Di samping itu, pemerintah merencanakan akan menambah pintu masuk baru bagi wisatawan asing dengan maksud untuk mempermudah wisatawan-wisatawan yang menggunakan angkutan udara singgah di Indonesia untuk menikmati keindahan alamnya serta adat istiadat tradisonal.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan hubungan kepariwisataan dan kebudayaan di sini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau perikehidupan kraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat seperti : pakainnya, caranya berbicara, kegiatannya dipasar dan sebagainya. Pokoknya semua actdan artefact(tingkah laku dan hasil karya) suatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayan yang masih hidup, akan tetapi juga akan kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah berupa monumen-monumen atau museum.
Karena luasnya kebudayaan, ada baiknya untuk membuat klasifikasi dari apa saja yang termasuk dari kebudyaan itu. Klasifikasi tersebut dapat diwujudkan sebagai berikut menurut Soekadijo dalam bukunyaAnatomi Pariwisata(1997: 54-55) yaitu:
1. Kebudayaan warisan (tourist heritage), semua berwujudartefact.
Artefactdari kebudayaan warisan itu ada yang terdapatex situdi museum dan ada yang terdapatin situ di situs arkeologi dan meliputi peninggalan-peninggalan
(40)
dari zaman prasejarah, zaman pengaruh India, zaman pengaruh Islam dan zaman pengaruh Barat.
2. Kebudayaan hidup meliputi kebudayaan tradisional dan kebudayaan kontemporer.
Kebudayaan tradisional yang dimaksud sebagian berupa artefact dan terdapat di museum, dan sebagian lagi berupa adat kebiasaan, kesenian dan kerajinan tradisional. Sedangkan kebudayaan kontemporer sebagian berupa artefact dan terdapat di museum modern serta di tengah-tengah masyarakat, dan sebahagian lagi berupa tata cara kehidupan modern, kesenian dan kerajinan temporer.
Model kebudayaan itu penting untuk wisatawan yang datang menikmati kebudayaan di suatu tempat kemudian pergi lagi ke tempat lain. Dalam hal ini tentu tidak semua wujud kebudayaan sama menariknya untuk semua tipe wisatawan. Di situs prasejarah tidak banyak yang dapat dilihat oleh wisatawan tamasya, akan tetapi sebaliknya menarik sekali untuk wisatawan studi (Soekadijo, 1997: 56).
(41)
BAB IV
MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA
4.1 Pengertian MuseumDalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dalam Bab III, pasal 4, ayat 1.b disebutkan bahwa museum, peninggalan purbakala, peninggalan seejarah dan seni budaya dapat dikategorikan sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata yang merupakan hasil karya manusia.
Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3599).
Pemerintah daerah dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan, perlindungan dan pengembangan meliputi aspek-aspek kesenian, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, tradisi, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tinggalan arkeologi merupakan sumberdaya budaya yang memiliki berbagai nilai dan makna, antara lain nilai dan makna informasi/ ilmu pengetahuan, ekonomi, estetika dan assosiasi/ simbolik (Ardika, 2000). Tinggalan arkeologi sebagai sumberdaya budaya memiliki nilai/ makna informasi atau ilmu pengetahuan, estetika dan simbol-simbol tentang masa lalu sehingga sering menjadi objek atau daya tarik bagi wisatawan, yang pada akhirnya memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat setempat. Dalam
(42)
pengelolaan warisan budaya yang dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata, yang telah diadopsi dalam sidang umum ICOMOS, pada bulan Oktober 1999 antara lain disebutkan sebagai berikut: Konservasi warisan budaya merupakan media atau sarana untuk melakukan pertukaran budaya antara wisatawan domestik maupun internasional dengan masyarakat lokal, dan pemahaman tentang warisan budaya masyarakat lokal haruslah menjadi prioritas pertama. Bila terjadi konflik kepentingan antara wisatawan di suatu sisi dan masyarakat lokal di lain pihak, maka pengelolaan sumberdaya budaya harus dilaksanakan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi kini maupun yang akan datang. Masyarakat lokal ataupun penduduk asli harus dilibatkan dalam perencanaan konservasi dan pariwisata, serta konservasi dan pariwisata tersebut harus menguntungkan masyarakat lokal (Kusumawati, 2002: 21).
Sebagian dari masyarakat masih menganggap bahwa museum adalah tempat menyimpan benda-benda yang sudah berusia tua (rongsokan), gelap dan kotor. Anggapan demikian perlu diluruskan, karena benda-benda yang tersimpan di museum pasti mempunyai nilai, yang berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Defenisi museum dalam dunia internasional telah disepakati dan dirumuskan bersama dalam kongres ICOM (The International Council Of Museum) tahun 1974 di Kopenhagen, adalah sebagai berikut: Museum adalah sebuah lembaga (badan) yang tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, perkembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
(43)
meneliti dan menyajikan, untuk kepentingan studi (pendidikan), kesenangan, barang-barang atau benda pembuktian material manusia dan lingkungannya .
Pengertian museum dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, sebagai berikut: Museum adalah sebagai lembaga tempat menyimpan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelastarian kebudayaan bangsa .
Berdasarkan defenisi tersebut, jelas bahwa museum adalah institusi yang permanen, merawat dan mengelolah koleksi secara sistematik, untuk keperluan budaya, pendidikan, dan keilmuan, bersifat publik, bukan merupakan badan usaha yang diharapkan dapat mendatangkan keuntungan materi atau bersifat sosial serta sebagai tempat pendidikan non formal dan salah satu objek wisata.
Museum bukanlah sebagai tempat akhir perjalanan benda-benda masa lalu, oleh karena itu benda budaya harus mendapat perawatan dan pemeliharaan agar lestari sehingga informasi tentang benda tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat luas, baik untuk kepentingan kependudukan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Oleh karena itu di negara-negara yang telah maju, berkunjung ke museum sudah merupakan suatu kebutuhan, berbeda dengan negara yang sedang berkembang, apresiasi masyarakat untuk berkunjung ke museum masih relatif rendah.
(44)
4.2 Gambaran Umum Museum 4.2.1 Sejarah Museum
Dahulu pada masa zaman Jepang telah ada suatu bentuk museum di Kota Medan, yang sekarang tempat bangunanya Hotel Granada. Tetapi lama kelamaan museum ini semakin tidak berfungsi lagi. Maka pada tahun 1954 almarhum Presiden Pertama Republik Indonesia yaitu Presiden Soekarno meresmikan Gedung Arca yang terletak di jalan H.M. Joni Medan, sekarang terkenal dengan Pasar Merah. Koleksi pertamanya adalah Makara yaitu batu yang berbentuk ikan berkepala gajah untuk menolak bala. Pada waktu itu bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1954 dan juga berketepatan pula dilangsungkannya Kongres Bahasa Indonesia yang ke III di Medan. Di sana ada sebuah patung yang ukurannya cukup besar yang terlantar (tidak terurus lagi) dan ini lah lokasi museum sekarang.
Gedung Arca tersebut semula dimaksudkan oleh Jawatan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara sebagai tempat penyimpanan benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala daerah Provinsi Sumatera Utara tetapi rencana hanya tinggal rencana, namum realisasinya tidak terwujud. Hari terus berlalu di mana rakyat/pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara khususnya, masih belum begitu serius akan soal-soal kebudayaan. Rencana untuk mendirikan gedung museum masih terpendam bahkan hampir terlupakan, hingga suatu ketika munculah Pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto.
Pada tahun 1971 Kantor Pembinaan Permuseuman Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayan Provinsi Sumatera Utara mulai meneliti,
(45)
membuka arsip tentang Gedung Arca serta mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk kelanjutan pembangunannya. Maka pada tanggal 14 Febuari 1975 dimulailah pembangunan tahap pertama oleh Ditjen Kebudayaan dengan luas tanah bangunannya adalah kira 1Ha sedangkan luas bangunanya kira-kira 3000 m². Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan disertai oleh kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kebudayaan Sumatera Utara, maka berdirilah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan H.M. Joni No. 51 Medan. Jarak dari Bandara Udara Polonia sekitar 3 km, dan dari pelabuhan laut Belawan sekitar 25 km. Sedangkan dari pusat pemerintahan kantor Gubernur Sumatera Utara berkisar 30 m.
Pada tanggal 19 April 1982 diresmikanlah Museum Negeri Sumatera Utara oleh Bapak Menteri Pendidkan dan Kebudayaan Bapak DR. Daoed Yosoef. Bangunan museum berdiri di atas lahan seluas 10.468 m², yang terdiri dari bangunan induk 2 lantai yang difungsikan untuk ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang audio visual/ceramah, ruang kepala museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang mikro film, ruang komputer, serta gudang.
Secara arsitektur, bentuk bangunan induk museum ini menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap depan dipenuhi dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak dan Nias. Pada dinding kiri dan kanan di dekat pintu masuk museum terdapat ornamen yang menggambarkan potensi sejarah budaya Sumatera Utara, pahlawan nasional seperti Raja Sisingamangaraja XII, komponis lagu Djaga
(46)
Depari, Lili Suheri, Sastrawan Tengku Amir Hamzah, pencipta lagu Nahum Situmorang dan tokoh pendidikan Willem Iskandar.
Bangunan lain di luar bangunan induk adalah bangunan seksi koleksi, ruang seksi konservasi, ruang preparasi, laboratorium, mess, tempat penjualan tiket masuk, benda-benda pos dan pos jaga.
4.2.2 Visi dan Misi Museum
Museum merupakan tempat yang penting dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam memperkenalkan kebudayaan, khususnya budaya materi kepada masyarakat agar mereka memahami dinamika dan keanekaragaman budaya yang multieknik. Pemahaman keanekaragaman budaya sangat diperlukan dengan harapan dapat menghargai dan mengerti budaya dari kelompok etnik yang lain sehingga konflik antar masyarakat dapat dihindari.
Visi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara adalah terwujudnya museum sebagai pusat studi dan pengembangan kebudayaan yang dinamis dan kreatif serta menjadi andalan pariwisata daerah.
Misi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu mengoptimalisasikan tugas dan fungsi museum, meningkatkan sumber daya manusia yang profesional, membina kerjasama antar berbagai kelompok / kalangan guna meningkatkan performansi dan informasi tentang kekayaan budaya bangsa.
4.2.3 Struktur Organisasi Museum
Setiap organisasi tercipta akibat adanya sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di antaranya sekelompok orang
(47)
tersebut terdapat pimpinan yang memimpin sekelompok orang tersebut, agar keharmonisan kerja dapat tercipta. Dengan demikian pembagian tugas, pelaksana tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dapat mencerminkan tata hubungan antara bawahan secara rasional dan jelas. Hal ini digambarkan dalam suatu bagan struktur orgaisasi yang mengatur tentang pembangian tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari setiap pekerja dengan jenis dan jabatannya. Dengan struktur organisasi yang jelas dapatlah diketahui dan dimengerti sampai sejauh mana tugas dan fungsinya dalam suatu organisasi.
Adapun struktur organisasi kepegawaian yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Sumber: Museum Negeri Prov. Sumut, 2011 KEPALA MUSEUM Dra. Sri Hartini, M.Si
KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA Drs. Sepakat Sebayang
KEPALA SEKSI KOLEKSI Drs. Hasanuddin
KEPALA SEKSI KONSERVASI DAN
PREPARASI Dra. Hernauli Sipayung
KEPALA SEKSI BIMBINGAN
EDUKASI Martina Silaban, SH KELOMPOK
(48)
Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab dari masing-masing seksi dan bagian lainnya, maka berikut ini penulis menguraikan secara garis besar tugas dan tanggungjawab yang terdapat dalam struktur organisasi Museum Negeri sebagai berikut (perincian tugas menurut SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0428/0/981).
1. Kepala Museum (Direktur)
Kepala museum adalah seorang yang mengepalai seluruh bagian/seksi yang ada di Museum Negeri Sumatera Utara itu.
2. Bagian Tata Usaha
Perincian tugas sub bagian tata usaha adalah:
Menyusun program kerja tahunan sub bagian dan mempersiapkan penyusunan program kerja tahunan,
Melakukan urusan surat menyurat yang meliputi pengetikan, penggandaan, agenda, ekspedisi, dan kearsipan,
Melakukan urusan barang perlengkapan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, perawatan, investarisasi dan usul penghapusan,
Melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan kantor dan sekelilingnya,
Melakukan urusan penerimaan tamu dan upacara, Mengatur tata ruangan,
(49)
Mengurus, mencatat dan menyusun rencana rapat dinas di lingkungan, Menyusun usul formasi pegawai,
Mempersiapkan usul mutasi pegawai,
Mempersiapkan usaha pengembangan kepegawaian, Mempersiapakn ujian dinas pegawai,
Mempersiapkan usaha peningkatan disiplin pegawai, Melakukan registrasi dan kearsipan pegawai termasuk NIP,
Melakukan usaha peningkatan kesejahteraan pegawai antara lain asuransi, kesehatan, tabungan pegawai negeri dan koperasi pegawai,
Mengurus cuti pegawai,
Menyusun usul rencana anggaran museum,
Melakukan tata usaha pengurusan keuangan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan,
Melakukan pengurusan gaji, uang lembur, dan honorarium,
Menyusun lapoaran sub bagian dan mempersiapkan penyusunan laopran.
3. Seksi Koleksi
Perincian tugas seksi koleksi adalah : Menyusun program kerja tahunan seksi,
Menyusun rencana dan program penyusunan/pengumpulan, penelitian dan pengelolahan koleksi sejarah kebudayaan dan sejarah alam daerah,
Melakukan kegiatan pegumpulan, penelitian, dan pegelolaan koleksi sejarah kebudayaan dan sejarah alam dan daerah,
(50)
Mencatat dan menyajikan hasil pengolahan dan analisa koleksi sejarah kebudayaan dan sejarah alam daerah,
Mengelolah dan menganalisa hasil pengumpulan dan penelitian koleksi sejarah kebudayaan dan sejarah alam daerah,
Menyusun laporan seksi.
4. Seksi Konservasi
Perincian tugas seksi konservasi dan preparasi adalah: Menyusun program tahunan seksi,
Menyusun rencana dan program konservasi, preparasi, restorasi dan tata pameran,
Melakuakan kegiatan dan usaha konservasi dan preparasi koleksi yang meliputi konservasi preventif dan kuratif serta pemeliharaan kelembaban suhu dan penyiraman di dalam ruang pameran dan studi koleksi,
Melakukan kegiatan dan usaha restorasi dan reproduksi koleksi yang meliputi perbaikan koleksi, pembuatan replika, reproduksi foto, pembuatan slide, film dan rekaman-rekaman koleksi,
Melakukan kegiatan usaha reparasi tata pameran yang meliputi pembuatan rancangan vitrin dan panel pameran, tata cahaya, ilustrasi, musik, penataan pameran tetap, pameran temporer, restorasi dan pengemasan koleksi, Menyusun laporan seksi.
(51)
5. Seksi Edukasi
Perincian tugas seksi edukasi adalah: Menyusun program kerja tahunan seksi,
Menyusun rencana dan program bimbingan edukatif kultural dan publikasi museum,
Melakukan kegiatan usaha bimbingan dengan metode dan sistem edukasi kultural tentang koleksi museum terhadap pengunjung museum (siswa, mahasiswa dan umum), untuk pengenalan koleksi dalam rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan budaya dan ilmu pengetahuan,
Melakukan kegiatan dan usaha publikasi yang meliputiu penertiban, koleksi, pelayanan dan pemberi informasi tentang kegiatan museum, Meyusun laporan.
4.3 Tentang Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jalan H.M. Joni No. 51 Medan, Sumut. Adapun fasiltas penunjang yang dapat kita temui di museum ini antara lain:
1. Perpustakaan
2. Ruang Audio Visual/Ruang Ceramah/Ruang Bimbingan 3. Ruang Pameran Temporer
4. Ruang Mikro Film
(52)
6. Tempat Parkir yang luas
7. Tempat Penjualan Pos dan Giro 8. Mess
9. Pos Satpam 10. Toilet
11. Tempat Penjualan Souvenir 12. Taman
Bagi para pengunjung SD/SMP/Anak-anak dikenakan biaya sebesar Rp. 250,-/orang dan bagi SMA/Dewasa dikenakan biaya Rp. 750,-/orang. Pengunjung dapat berkunjung setiap saat kecuali pada hari senin dan pada hari-hari besar. Adapun jadwal berkunjung ke Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu:
HARI PUKUL
SENIN SELASA
RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU
DITUTUP 08.00 16.00 08.00 16.00 08.00 16.00 08.00 15.30 08.00 15.30 08.00 15.30
(53)
Secara umum jumlah pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah data pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 2010.
DATA PENGUNJUNG MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2006 2010
THN TK SD SMP SMA MHSWA UMUM WISMAN WISNU TOTAL 2006 - 27.680 25.416 16.285 1.679 2.576 682 192 74.987 2007 1.785 24.250 23.066 21.104 1.199 2.395 625 333 74.745 2008 1.502 15.353 13.503 11.353 1.406 2.621 629 427 46.700 2009 1.346 16.070 17.818 10.652 3.790 3.024 642 313 52.017 2010 4.063 27.119 30.524 23.052 2.571 4.908 1.023 1.091 94.351
8.696 110.472 110.327 82.446 10.645 15.524 3.601 2.356
Sumber : Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1)
Dari data di atas terlihat bahwa pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006 2010 lebih banyak berasal dari kalangan pelajar yaitu dari kalangan siswa SD (Sekolah Dasar) dengan jumlah pengunjung 110.472 orang, dilanjutkan oleh tingkat SMP (Sekolah Menegah Pertama) dengan jumlah 110.327 orang. Pengunjung dari tingkat pelajar SMA (Sekolah Menegah Atas) berada pada tingkat yang ketiga dengan jumlah 82.446 orang dan diikuti oleh pengunjung umum dengan jumlah 15.524 orang, kemudian disusul dengan mahasiswa yaitu sebasar 10.645 orang. Pengunjung yang berasal dari kalangan TK (Taman Kanak-kanak) berjumlah 8.696 orang dan pengunjung dari Wisman (Wisatawan Mancanegara) sebanyak 3.601 orang, sedangkan pengunjung yang
(54)
paling sedikit yaitu berasal dari kalangan Wisnu (Wisatawan Nusantara) sebanyak 2.356 orang.
4.4 Penyajian Koleksi Pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara 4.4.1 Jenis - Jenis Koleksi
Berdasarkan jenis koleksi yang dimiliki, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dikategorikan sebagai museum umum. Sebagian besar koleksinya berasaal dari daerah Sumatera Utara berupa benda-benda peninggalan sejarah budaya mulai dari masa prasejarah, klasik pengaruh Hindu-Budha, Islam, sejarah perjuangan hingga kini. Sebahagian lainnya berasal dari beberapa daerah lain di Indonesia dan dari negara lain yaitu Thailand.
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara menyimpan kurang lebih 7000 koleksi yang terbagi menjadi 10 jenis yaitu (Museum Negeri Provinsi Sumut, 2011):
a. Geologika/Geografika
Koleksi geologika berupa jenis batuan, mineral, benda-benda bentukan alam dan peta.
b. Biologika
Koleksi biologika berupa tengkorak atau kerangka manusia, aneka tumbuh-tumbuhan dan jenis-jenis kayu, serta binatang.
c. Etnografika
Koleksi etnografika berupa hasil budaya atau yang menggambarkan identitas suatu etnis. Di antaranya berupa pakaian adat, alat perlengkapan hidup
(55)
sehari-hari berupa peralatan rumah tangga seperti kepuk (tempat menyimpan pakaian), kitang (tempat air), ingan tambar (tempat obat), kukuran kelapa dan lain sebagainya. Koleksi lainnya berupa alat-alat perlengkapan, baik yang berhubungan dengan tata cara kehidupan sesuai dengan kepercayaan (religi), maupun yang berhubungan dengan upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Museum ini terkenal memiliki keanekaragaman koleksi benda budaya dari berbagai etnik di Provinsi Sumatera Utara antara lain Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing, Pakpak dan Nias.
d. Arkeologika
Koleksi arkeologika berupa hasil budaya masa lampau yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil peninggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya barat, seperti peralatan hidup manusia berupa tulang, kapak batu, cangkang kerang, patung Hindu-Budha, prasasti dengan tulisan kuno, nisan-nisan kuno dan sebagainya.
e. Historika
Dalam hal ini adalah koleksi yang mempunyai nilai sejarah atau menjadi objek penelitian sejarah yang meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat hingga sekarang. Koleksi berupa benda-benda dan foto serta dokumen yang berhubungan dengan sejarah baik sejarah perkebunan, sejarah mempertahankan dan perjuangan melawan penjajah, pers dan film.
f. Numismatika/Heraldika
Koleksi numismatika berupa mata uang atau alat tukar lainnya yang pernah beredar di Indonesia sejak masa pendudukan Indonesia oleh Portugis,
(56)
VOC, Inggris, Hindia, Belanda dan Jepang, hingga masa setelah kemerdekaan atau masa pembangunan Republik Indonesia. Koleksi heraldika berupa stempel, lambang-lambang dan berbagai jenis prangko.
g. Filologika
Koleksi filologi berupa naskah kuno, terdiri dari Naskah Pustaha Lak-Lak (Naskah Batak) dan Naskah Melayu yang ditulis dengan tangan.
h. Keramologika
Koleksi keramik terdiri dari berbagai macam mulai dari keramik asing yang berasal dari Cina, Thailand, Belanda, Jepang dan juga keramik lokal yang ditemukan dibeberapa situs di Provinsi Sumatera Utara seperti di situs Kota Cina, situs Candi Sipamutung (Tapanuli Selatan). Walaupun terkadang keramik tersebut berasal dari mancanegara akan tetapi ditemukan di Provinsi Sumatera Utara.
i. Seni Rupa
Koleksi seni rupa yang diekspresikan melalaui dua atau tiga dimensi berupa lukisan dan patung.
j. Teknologika/Modern
Koleksi teknologi berupa perlengkapan, pengetahuan yang menggambarkan perkembangan teknologi tradisonal sampai modern.
4.4.2 Penyajian Koleksi
Koleksi-koleksi yang terdapat pada Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara diperoleh melalui berbagai cara diantaranya berasal dari hasil penelitian,
(57)
hibah, pembelian, hasil tangkapan atau sitaan, titipan, dari masyarakat dan kerjasama arkologi.
Adapun penyajian koleksi-koleksi yang terdapat pada Museum Negeri Provinsi Sumatra Utara adalah sebagai berikut:
Lantai 1(Lobby)
Di lantai 1 (Lobby) ini ditampilkan lukisan pengantin beserta ornamen-ornamennya dari suku-suku utama di Provinsi Sumatera Utara seperti suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing, Pakpak dan Nias. Kemudian pada lobby utama ditampilkan berbagai macam koleksi mulai dari manusia prasejarah hingga hasil budaya prasejarah seperti kulit kerang dan alat batu yang terkenal dengan nama Sumatralith ditemukan di daerah Kabupaten Langkat, duplikat fosil Pitecantropus Erectus yang ditemukan di situs Sangiran, Jawa Timur. Situs Sangiran ini sangat terkenal di dunia bahkan sudah menjadi salah satu warisan dunia. Selain itu terdapat juga berbagai jenis batuan.
(58)
Ruang Pithecantropus (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011) Lantai 1 Barat
Di ruang ini koleksi yang ditampilkan yaitu menampilkan jejak dari peradaban awal masyarakat Provinsi Sumatera Utara mulai dari masa megalitik tua hingga masa perundagian. Koleksi yang ditampilkan meliputi temuan budaya megalitik seperti peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda realigi berupa patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading serta koleksi naskah batak kuno yang ditulis pada kulit kayu yang disebutPustaha Lak-Lak.
Pustaha Lak Lak (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011)
Peradaban Hindu-Budha menyebar ke wilayah Indonesia seiring dengan berkembangnya perniagaan Asia sekitar abad 2 Masehi. Ruang ini menampilkan koleksi agama Hindu-Budha yang ditemukan di daerah Provinsi Sumatera Utara,
(59)
di antaranya temuan arkeologi dari situs Percandian Padang Lawas dan situs Kota Cina. Benda koleksi meliputi arca batu, perunggu, pecahan keramik dan mata uang kuno, juga sebuah replika candi induk dari Candi Bahal I.
Sumber: Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011
Lantai 1 Barat juga menyajikan ruangan Islam yang menampilkan berbagi artefak peninggalan masa Islam seperti replika berbagai batu nisan dari makam Islam yang ditemukan di daerah Barus, Sumatera Utara serta nisan peninggalan Islam yang bercorak khas Batak, beberapa Al-Qur an dan naskah Islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika Mesjid Azizi di Langkat.
(60)
Sumber: Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011
Pengaruh dari Eropa/Barat atau masa kolonialisme menampilkan koleksi yang meliputi komiditas perdagangan kolonial, alat-alat dan mata uang perkebunan, foto-foto bersejarah yang langka, model figure kolonial serta replika dari kehidupan kota medan tempo dulu.
Lantai 1 Timur
Ruang ini dikenal juga dengan ruang perjuangan yang menceritakan sejarah perjuangan masyarakat Provinsi Sumatera Utara sejak sebelum 1908 sampai pada Masa Revolusi Fisik 1945 1949, juga ditampilkan sejarah perjuangan pers di Provinsi Sumatera Utara. Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan modern, obat-obatan tradisional, pakaian seragam, peralatan komunikasi yang digunakan melawan penjajah, surat kabar dan mata uang pada masa revolusi. Juga ditampilkan berupa foto-foto serta lukisan dari para pahlawan dan mantan Gubernur Sumatera Utara.
(61)
Ruang Sejarah Perjuangan (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011)
Ruang Gubernur (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011) Lantai II Barat
Koleksi yang ditampilkan berupa miniatur pelaminan suku Melayu, peralatan hidup meliputi alat-alat rumah tangga di antaranya kepuk (tempat menyimpan pakaian), kitang (tempat air), abal-abal dan sebagainya. Selain itu juga ditampilkan beberapa peralatan upacara daur hidup mulai dari masa kehamilan, melahirkan bayi, menginjak dewasa, perkawinan sampai pada kematian.
(62)
Selain itu peralatan mata pencarian mulai dari alat meramu/ berburu, sawah, ladang, perkebunan, peternakan, perdagangan, perikanan darat dan laut. Koleksi yang lain berupa alat transportasi darat dan laut di antaranya perahu dan sampan. Ditampilkan juga beberapa senjata dari etnis yang ada di Provinsi Sumatera Utara seperti Pisau Halasan (Batak Toba dan Batak Simalungun), Pisau Tumbuk Lada (Batak Karo), Keris (Melayu), Ultop (batak Toba) dan Parang (Nias).
Lantai II Timur
Di lantai II Timur ini terdapat ruang pameran khusus yaitu Thai Room yang merupakan ruangan koleksi mancanegara khusus dari Thailand. Pada ruanga ini pengunjung dapat mengenal lebih jauh kerajaan Thailand, seperti sistem monarki dan pemerintahannya, budaya masyarakat, ragam kesenian, kuliner dan bangunan bersejarah.
Koleksi lain di lantai II Timur ini berupa benda-benda kerajinan seperti tembikar dan proses pembuatannya yang hasilnya berupa wadah terbuat dari tanah liat seperti periuk, kendi dan sebagainya. Selain itu kerajinan anyaman yang umumnya berupa wadah, hasil pertanian, perikanan, alas duduk (tikar) dan sebagainya yang semuanya menggunakan motif hias tradisional.
Terdapat juga koleksi kain tenun di antaranya Tenun Melayu (Songket), Tenun Batak Toba (Ulos), Batak Karo (Uis), Batak Angkola/Mandailing (Abid), Batak Simalungun (Hiou), Batak Pakpak (Oles). Ditampilkan juga koleksi
(63)
permainan tradisional dan kegemaran diantaranya Catur (Batak Karo), Congkak (Melayu), Patok Lele (Batak Karo).
Macam-Macam Ulos (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011) Dipamerkan juga peralatan kesenian tradisional di antaranya, alat musik pukul seperti gondang sembilan (Batak Angkola/Mandailing), Gondang Sidua-dua (Batak Simalungun), Odap Togani (Batak Toba). Koleksi yang lain adalah topeng. Topeng merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan keagamaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pertunjukan topeng diiringi bunyian musik, suara maupun tarian.
(64)
Gordang Sembilan (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011)
4.5 Usaha-Usaha dalam Pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam pengembangan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu dengan (Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, 2011):
1. Program Pameran Temporer
Pameran temporer dilaksanakan sebagai usaha penyajian koleksi dalam jangka waktu tertentu yang relatif singkat dengan mengambil tema khusus mengenai suatu unsur budaya. Pameran khusus ini dilakukan di museum itu sendiri atau di tempat lain (pameran keliling). Beberapa tema pameran khusus yang pernah dilakukan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Alat rumah tangga tradisional, Kain tenun tradisional,
(65)
Alat pertanian dan perikanan,
Alat pertanian dan perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Peralatan upacara perkawinan daerah Provinsi Sumatera Utara, Tembikar daerah Provinsi Sumatera Utara,
Anyaman daerah Provinsi Sumatera Utara, Pertanian sawah dan ladang,
Medan tempoe doeloe (kerjasama dengan harian waspada), Topeng,
Surat emas (kerjasama dengan pos dan giro), Wadah,
Sejarah perjuangan RI di Provinsi Sumatera Utara (rutin setiap tahun kerjasama dengan DHD 45 Provinsi Sumatera Utara, Museum Juang Jakarta, Museum Kebangkitan Jakarta),
Seratus tahun penemuan Pithecanthropus Erectus (kerjasama dengan Pusat Penelitian Aerkologi Nasional),
Perhiasan tradisional (kerjasama dengan Museum Negeri Provinsi Se-Sumatera satu kali dalam setahun, tempat bergantian ditiap ibukota provinsi), Pertalatan makan sirih daerah Provinsi Sumatera Utara,
Seni Islam se- Sumatera (kerjasama dengan Pusat Penelitian Arkalogi Nasional),
Senjata tradisional se-Nusantara, Gerabah dari masa ke masa,
(66)
Warisan budaya prasejarah dan klasik Provinsi Sumatera Utara, kerjasama dengan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Sumatera,
Mata uang dan prangko,
Ilmu pengetahuan dan teknologi ,
Alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara, Benda-benda budaya Provinsi Sumatera Utara, Patung Nusantara,
Mewarnai pameran pada event-event khusus seperti Pekan Raya Sumatera Utara, Jakarta Fair, Festivsal Budaya Islam, Penang Fair dan lain sebagainya, Pameran keliling di daerah tingkat II Kabupaten/Kota.
2. Mengadakan lomba dan festival bidang apresiasi Budaya
Kegiatan lomba ditujukan kepada siswa mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai SLTA seperti lomba mewarnai dan menggambar koleksi museum, lomba cepat tepat, lomba baca puisi perjuangan, lomba menulis, lomba busana tradisional dan lain sebagainya.
3. Malaksanakan seminar dan diskusi ilmiah dan sebagainya.
4. Melakukan promosi museum ke sekolah-sekolah (Program Museum Masuk Sekolah).
5. Penulisan dan penerbitan brosur, folder, buku pertunjuk, naskah hasil penelitian dan sebagainya.
6. Penyebaran informasi melalui multi media masa seperti koran, majalah, TV, radio, internet dan sebagainya
(67)
8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
9. Mengantar brosur ke hotel-hotel, travel dan sebagainya. 10. Lempar undangan dari dalam maupun luar.
(68)
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanDari keterangan yang telah diuraikan di atas jelas bagi kita bahwa museum sangat memegang peranan penting bagi kemajuan pendidikan dan untuk meningkatkan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Dengan adanya Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara maka benda-benda yang sudah langka dapat diketahui dan dikenal kembali oleh masyarakat pada zaman sekarang. Di samping itu dengan adanya benda-benda warisan alam budaya nenek moyang kita menunjukkan bahwa nilai kebudayaan di Provinsi Sumatera Utara dulunya sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu sekali penaganan, pemeliharaan dan perawatan yang khusus bagi koleksi-koleksi agar tidak hancur dan tetap awet.
Wisatawan-wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara dan yang ingin melihat dan mengetahui adat istiadat masyarakat atau suku-suku bangsa di Provinsi Sumatera Utara serta koleksi-koleksi warisan alam dan budaya nenek moyang kita dapat memperoleh informasi dari Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
Pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara berasal dari kalangan anak-anak sampai dewasa, di mana meseum ini lebih banyak dikunjungi oleh kalangan dari Sekolah Dasar (SD).
(1)
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanDari keterangan yang telah diuraikan di atas jelas bagi kita bahwa museum sangat memegang peranan penting bagi kemajuan pendidikan dan untuk meningkatkan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Dengan adanya Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara maka benda-benda yang sudah langka dapat diketahui dan dikenal kembali oleh masyarakat pada zaman sekarang. Di samping itu dengan adanya benda-benda warisan alam budaya nenek moyang kita menunjukkan bahwa nilai kebudayaan di Provinsi Sumatera Utara dulunya sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu sekali penaganan, pemeliharaan dan perawatan yang khusus bagi koleksi-koleksi agar tidak hancur dan tetap awet.
Wisatawan-wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara dan yang ingin melihat dan mengetahui adat istiadat masyarakat atau suku-suku bangsa di Provinsi Sumatera Utara serta koleksi-koleksi warisan alam dan budaya nenek moyang kita dapat memperoleh informasi dari Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
Pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara berasal dari kalangan anak-anak sampai dewasa, di mana meseum ini lebih banyak dikunjungi oleh kalangan dari Sekolah Dasar (SD).
(2)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa museum adalah badan tetap yang melayani masyarakat serta pengembangannya terbuka untuk umum dan tidak mencari keuntungan. Museum juga mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkaji dan mengkomunikasikan bukti-bukti material mengenai manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi. Museum merupakan salah satu Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata dalam menunjuang pengembangan kepariwisataan di Kota Medan
5.2 Saran
1. Bagi para pengunjung Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara hendaknya ikut berpartisipasi dalam menjaga , merawat, memelihara dan melestarikan kemajuan dari museum.
2. Masyarakat harusnya lebih sadar bahwa museum sangat berperan penting dalam menunjang pengembangan kepariwisataan dan terutama dalam bidang kependidikan, dimana kita dapat mengenal teknologi peradaban pada zaman dahulu.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ardika, Wayan I. 2007.Pustaka Budaya Pariwisata.Denpasar: Pustaka Larasan. Badan Pusat Statistik Tahun 2009 Medan.
Brosur Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Medan
Karyono, Hari. 1997.Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Kusumawati, Ayu. 2002.Manfaat Sumberdaya Arkeologi Untuk Memperkokoh
Integrasi Bangsa.Bali: Upada Sastra.
Pendit, Nyoman S. 1999.Ilmu Parawisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Pendit, Nyoman S. 2002.Ilmu Parawisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Parawisata.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suwantoro, Gamal. 1997.Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung: Angkasa.
(4)
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Martina Silaban, SH
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Koordinator Fungsional Museum Negeri Sumatera Utara
2. Nama : Andika
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Bagian Staff Bimbingan Museum Negeri Sumatera Utara 3. Nama : Siska Silitonga
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
4. Nama : Leonardo Simatupang
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : PNS 5. Nama : Hotlan
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : PNS
(5)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Nama : Yessy
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
8. Nama : Tommy Siahaan
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
9. Nama : Christina
Umur : 23Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
10. Nama : Hengky Irawan
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
11. Nama : Hakim Butar-Butar
Umur : 29 Tahun
(6)
12. Nama : Hermanto
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta 13. Nama : Dea Sijabat
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
14. Nama : Welman
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
15. Nama : Yanti
Umur : 24 Tahun