Menurut pasal Pasal 50 “Kerja Sama Internasional Pendidikan Tinggi”
68
Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh Pemerintah melalui bentuk Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara BHMN, yaitu UGM, UI, ITB,
IPB, USU, UPI, UNAIR, berlangsung pada tahun 2000. Konsepsi Konsensus Washington menjadi pilar utama IMF dan World
Bank dalam menetapkan kebijakannya, terutama di negara-negara berkembang. Dalam hal ini Indonesia yang merupakan salah satu negara di Asia yang
melaksanakan formulasi Konsensus Washington yang masuk melalui Letter Of Inten
mau tidak mau suka tidak suka masuk dalam skenario Konsensus Washington. Konsep tersebut masuk melalui liberalisasi pendidikan berupa
privatisasi pendidikan dengan mengurangi peran pemerintah dalam urusan pendidikan dalam hal ini khususnya Pendidikan Tinggi, partisipasi masyarakat,
bantuan dari pihak swasta serta asing dan otonomi perguruan tinggi. Sejalan dengan hal tersebut rupanya WTO melalui GATS telah
menjalankan aksi serupa sebagai bentuk penyempurnaan dari privatisasi pendidikan dan dampak globalisasi. Indonesia masuk anggota WTO pada tahun
1995 dengan diterbitkanya Undang-Undang No.7 Tahun 1994 tanggal 2 Nopember 1994 tentang pengesahan ratifikasi “Agreement Establising the
World TradeOrganization”, maka Indonesia secara resmi telah menjadi anggota WTO dan semua persetujuan yang ada di dalamnya telah sah menjadi bagian dari
legislasi nasional. Selanjutnya konsepsi mengenai GATS, penyediaan jasa pendidikan merupakan salah satu dari 12 sektor jasa lainnya yang akan
diliberalisasi. Liberalisasi perdagangan sektor jasa pendidikan berdampingan dengan liberalisasi layanan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, jasa
69
akuntansi, serta jasa-jasa lainnya. Sejak tahun 2000, negosiasi perluasan liberalisasi jasa dalam GATS dilakukan dengan model initial offer dan initial
request . Dimana setiap negara bisa mengirimkan initial request yaitu daftar
sektor-sektor yang diinginkan untuk dibuka di negara lain. Negara diwajibkan meliberalisasi sektor-sektor tertentu yang dipilihnya sendiri atau disebut initial
offer. Perundingan untuk perluasan akses pasar jasa ini dilakukan secara bilateral
oleh masing-masing negosiator jasa tiap negara di Jenewa, yang apabila disepakati akan berlaku multilateral.
Sejak diberlakukannya GATS pada sektor pendidikan, maka Indonesia sebagai negara anggota WTO harus meratifikasi aturan main dalam sektor
pendidikan. Di Indonesia aturan tersebut menjelma kedalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan UU No.9 tahun 2009 tentang BHP. Kedua UU
tersebut terlihat jelas mengenai privatisasi dan liberalisasi pendidikan, yang berisi antara lain; Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 6 menyebutkan bahwa perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di
lembaganya. Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang yang sama pasal 51 ayat 1-2 bahwa: a pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolahmadrasah3, dan b
pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. Sementara itu,