RRI adalah radio yang resmi menyuarakan kepentingan dan kebijakan pemerintah. Untuk mencukupi kebutuhan pengelolaan siarannya, biaya operasional
RRI menjadi tanggungan pemerintah. Lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk
badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas,
serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Lembaga penyiaran komunitas merupakan komunitas nonpartisan tidak mewakili organisasi atau lembaga asing
serta bukan komunitas internasional. Lembaga penyiaran komunitas dilarang melakukan siaran siaran iklan atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan
masyarakat.
21
B. Peraturan dan Perundangan Radio Siaran
Sejarah mencatat, radio siaran di Indonesia berangkat dari sekedar hobi. Karena hobi ini menyangkut frekuensi siaran yang terkait dengan hubungan
internasional, maka pemerintah mau tidak mau harus membuatkan rule and regulations.
Bermula dari dibentuk pertama kalinya Undang-Undang Penyiaran di tahun 1960, yang dikenal dengan sebutan masa penertiban, Undang-Undang
Penyiaran senantiasa mengalami perombakan isi mengikuti lingkungan yang semakin kompleks. Lahirlah kemudian peraturan yang mulanya berangkat demi
penertiban, kemudian mengalami pembatasan, pengekangan, dan pada akhirnya mendapatkan suatu perubahan.
22
Berikut ini sederet peraturan dan perundangan yang mengikat perkembangan radio siaran di Indonesia.
21
Ibid. h 65.
22
Ibid. h 185.
1. Masa penertiban 1960 s.d. 1970
- UU No. 51964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 61963 tentang Telekomunikasi. -
Peratuan pemerintah RI No. 551970 tentang Radio Siaran Non- Pemerintah
2. Masa Pengekangan 1971 s.d. 1996
- SK Menteri Perhubungan SK25T1971 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pemberian Izin Radio Siaran oleh Menteri Perhubungan dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Non-Pemerintah.
- SK Menteri Penerangan RI No. 39KEPMENPEN1971 tentang
Petunjuk-Petunjuk Umum tentang Kebijaksanaan Penyelenggaraan Acara serta Isi Siaran bagi Radio Siaran Non-Pemerintah
- SK Menteri Penerangn RI No. 24KEP.MENPEN1978 tentang
Perubahan atas Pasal-Pasal dalam Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 39KEPMENPEN1971.
- SK Menteri Penerangan RI No. 226KEPMEN1984 tentang
Penyempurnaan Pasal-Pasal dalam SK Menteri Penerangan RI No. 24KEPMENPEN1978.
- Instruksi Dirjen Radio–TV–Film No.
09INSTRKDIRJENRTF1978 tentang Penyelenggaraan Siaran oleh Radio-Radio Siaran Non-RRI.
- Instruksi Dirjen Pos dan Telekomunikasi No. 3DIRJEN1978
tentang Penertiban Penyelenggaraan Radio Siaran Non- Pemerintah.
- Instruksi Dirjen RTF No. 01INSTDIRJENRTF1985 tentang
Penyelenggaraan Siaran oleh Radio-Radio Siaran Non-RRI. 3.
Masa Reformasi -
UU No. 241997 tentang Penyiaran. -
UU No. 361999 tentang Telekomunikasi. -
UU No. 322002 tentang Penyiaran.
23
UU No. 32 yang keluar pada tahun 2002 menjadi UU acuan baru tentang Penyiaran. Diantaranya peraturan melakukan kegiatan penyiaran bagi lembaga
penyiaran swasta atau komersial. Berikut beberapa pasal dari UU No. 322002 tentang Penyiaran yang berhubungan dengan persyaratan sebuah lembaga
penyiaran komersial. - Pada Bab III pasal 31, tentang Penyelenggaraan Penyiaran
1 Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio
atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan danatau stasiun penyiaran lokal.
3 Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas.
- Pasal 32, tentang Rencana Dasar Teknik Penyiaran dan Persyaratan Teknis Perangkat Penyiaran
1 Setiap pendirian dan penyelenggaraan penyiaran wajib memenuhi ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis
perangkat penyiaran.
23
Ibid. h 185.
2 Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 disusun lebih lanjut oleh KPI bersama Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Pasal 33, tentang Perizinan 1 Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran. 2 Permohonan izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, format
siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
3 Pemberian izin penyelenggaraan penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berdasarkan minat, kepentingan dan kenyamanan
publik. 4 Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan
oleh Negara setelah memperoleh: a.
masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;
b. rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari
KPI; c.
hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk perizinan antara KPI dan
Pemerintahan; dan d.
izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah atas usul KPI.
5 Atas dasar hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf c, secara administratif izin penyelenggaraan penyiaran
diberikan oleh Negara melalui KPI. 6 Izin penyelenggaraan dan perpanjangan izin penyelenggaraan
penyiaran wajib diterbitkan paling lambat 30 tiga puluh hari kerja setelah ada kesepakatan dari forum rapat bersama sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4 huruf c. 7 Lembaga penyiaran wajib membayar izin penyelenggaraan
penyiaran melalui kas Negara. 8 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan perizinan
penyelenggaaan penyiaran disusun oleh KPI bersama Pemerintah. - Pasal 34, lanjutan pasal 33
1 Izin penyelenggaraan penyiaran diberikan sebagai berikut: a.
izin penyelenggaraan penyiaran radio diberikan untuk jangka waktu 5 lima tahun;
b. izin penyelenggaraan penyiaran televisi diberikan untuk jangka
waktu 10 sepuluh tahun. 2
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dan huruf b masing-masing dapat diperpanjang.
3 Sebelum memperoleh izin tetap penyelenggaraan penyiaran,
lembaga penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 enam bulan dan untuk lembaga penyiaran televisi wajib
melalui masa uji coba siaran paling lama 1 satu tahun.
4 Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan
kepada pihak lain. 5
Izin penyelenggaraan penyiaran dicabut karena: a.
tidak lulus masa uji coba siaran yang telah ditetapkan; b.
melanggar penggunaan spektrum frekuensi radio danatau wilayah jangkauan siaran yang ditetapkan;
c. tidak melakukan kegiatan siaran lebih dari 3 tiga bulan tanpa
pemberitahuan kepada KPI; d.
dipindahtangankan kepada pihak lain; e.
melanggar ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran; atau
f. melanggar ketentuan mengenai standar program siaran setelah
adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
6 Izin penyelenggaraan penyiaran dinyatakan berakhir karena habis
masa izin dan tidak diperpanjang kembali. - Pasal 35, tentang Isi Siaran
Isi siaran harus sesuai dengan asas, tujuan, fungsi, dan arah siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.
- Pasal 36 1 Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan
manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral,
kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta
mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
- Pasal 37, tentang Bahasa Siaran Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program siaran harus
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
24
Berdasarkan UU No. 322002 pada pasal 32 ditetapkan bahwa lembaga penyiaran harus memenuhi persyaratan teknis perangkat penyiaran. Pendirian
stasiun radio siaran di Indonesia diantaranya harus memiliki kelengkapan pemancar transmitter sendiri, membangun ruang kedap suara studio, dan
melengkapi peralatan audio audio equipment. a.
Pemancar atau Transmitter Pemancar radio siaran broadcasting transmitter adalah suatu alat
yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi, yang dikemas dalam bentuk suara voice, memancar melalui sinyal audio yang
ditujukan kepada khalayak pendengarnya. Pemancar radio tidak secara otomatis dapat memancarkan audio sampai jarak yang jauh. Untuk
mencapai jarak yang jauh, audio harus ditumpangkan dulu pada signal yang memiliki frequency gelombang tinggi. Frekuensi gelombang
radio tidak bisa langsung didengar oleh telinga biasa, melainkan harus ditangkap lebih dulu dengan alat penerima yang disebut radio atau
receiver. Pemancar transmitter untuk radio siaran, dikenal ada 4 empat
jenis yang terbagi dalam 2 kelompok modulasi, yaitu Amplitude
Modulation AM, terdiri atas pemancar Short Wave SW, pemancar Medium Wave MW, dan pemancar Long Wave LW. Sedangkan
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
yang keempat adalah pemancar Frequency Modulation atau lebih dikenal dengan pemancar FM, yang paling banyak digunakan oleh
stasiun-stasiun radio. b.
Ruangan Kedap Udara Studio Studio adalah suatu ruangan untuk penyelenggaraan siaran radio.
Dalam dunia siaran, studio dibagi 3 tiga yaitu: 1.
Studio Mati dead room Suatu ruangan yang digunakan untuk siaran radio. Ruangan ini
harus kedap udara, sehingga tidak ada lagi pantulan suara yang dihasilkan melalui peralatan siaran. Untuk itu di sekeliling ruangan
dinding, atap dan lantai harus diberi peralatan peredam suara akustik. Studio ini biasanya digunakan sebagai bilik penyiar pada
saat siaran on-air. 2. Studio Hidup live room
Studio hidup adalah kebalikan dari studio mati. Sekeliling ruangan tidak perlu bahan peredam, karena studio ini tidak menjadi soal
jika ada pantulan suara. Studio ini umumnya digunakan untuk perlengkapan atau peralatan siaran.
3. Studio Semi balance room Adalah studio yang konstruksinya berada antara studio mati dan
studio hidup. Jelasnya pada studio ini, pantulan suara gema, diperlukan meski hanya sedikit. Studio ini sering disebut studio
besar untuk menyelenggarakan acara-acara siaran hidup live broadcasting.
c. Perlengkapan Audio
Perlengkapan Audio atau Audio Equipment adalah kelengkapan peralatan yang dibutuhkan untuk operasionalisasi radio siaran. Secara
teori siaran radio yang bagus harus mempunyai kelengkapan audio agar modulasi yang disiarkan benar-benar jernih dan enak didengar.
Peralatan yang dibutuhkan diantaranya: 1. Kamar Kontrol control room
Kamar kontrol adalah suatu ruangan khusus yang dipergunakan untuk mengontrol penyelenggaraan siaran, baik siaran hidup live
broadcasting atau siaran mati off broadcasting. Ada beberapa kamar kontrol untuk penyelenggaraan siaran, misalnya continuity
control room adalah ruangan khusus yang di dalamnya diisi berbagai peralatan elektronik sebagai penunjang berlangsungnya
suatu siaran radio dan news control room adalah ruangan khusus yang digunakan untuk membuat acara pemberitaan, seperti warta
berita, wawancara, dan reportase. 2. Sumber Suara program source adalah peralatan elektronik audio
yang dapat menghasilkan suara untuk menunjang siaran radio. Alat- alat tersebut adalah: microphone, tape recorder, cassette recorder,
turtable, compac disk, telepon, dan sebagainya. 3.
Gabungan Audio audio mixer adalah peralatan audio yang berfungsi untuk mengolah, mencampur, mengatur suara yang masuk
guna didistribusikan ke pemancar.
Pada Pasal 8 Stasiun pemancar AM dan FM harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Pada pokoknya pancaran gelombang-gelombang harmoni harus
ditekan sekecil-kecilnya sehingga tidak mengganggu. Pancaran gelombang-gelombang harmonis yang mengganggu pemancar lain
dilarang. 2.
Pemancar-pemancar siaran non pemerintah baik AM maupun FM hanya diperkenankan mempergunakan antene beserta tiangnya yang
tidak membahayakan keselamatan umum dan harus terbuat dari logam. 3.
Stasiun radio seperti termaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 harus bersifat fixed dan permanen dan tidak dapat
dipindahkan tanpa izin.
25
Kebutuhan perlengkapan studio sebagaimana persyaratan yang ditentukan Menteri Perhubungan tersebut adalah persyaratan minimal.
Artinya, radio siaran yang tidak memiliki persyaratan minimal tersebut tidak layak mendapatkan izin siaran.
26
- SK Menteri Penerangan RI No. 39KEPMENPEN1971 tentang Petunjuk-
Petunjuk Umum Kebijaksanaan Penyelenggara Acara serta Isi Siaran bagi Radio Siaran Non-Pemerintah. Menekankan pentingnya muatan radio
lokal, bahwa ‘siaran bersifat lokal, bukan nasional’, dan ‘sifat, isi, dan tujuan siaran’ mencerminkan hubungan erat dengan keadaan serta
pertumbuhan daerah jangkauan siaran.
27
25
Drs Totok Djuroto, Msi. Mengelola Radio Siaran Mendulang Untung dari Bisnis Informasi dan Hiburan. h 102.
26
Ibid h 103.
27
Muhammad Mufid, Msi. Komunikasi dan Relugasi Penyiaran. h 39.
C. Karakteristik Radio Siaran