Teori Paritas Tingkat Bunga Cadangan Devisa

25 Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan, sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga apabila tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya, sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss. Surat berharga juga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Dengan anggapan bahwa investor tidak suka risiko risk averters maka mereka akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi apabila didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Semakin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga semakin tinggi.

d. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa Dalam sistem divisa bebas tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain. Setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap nagara yang lain. Secara aljabar : Dimana : Rn : Tingkat bunga nominal di dalam negeri Rf : Tingkat bunga nominal di luar negeri E : Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi 26

2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam perekonomian global sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks. Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali berfluktuasi namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara Sukirno, 2005. Dalam menentukan tingkat inflasi biasanya ada dua kemungkinan yang digambarkan, yaitu kenaikan harga dari satu bulan, dan kenaikan harga dalam satu tahun. Tingkat inflasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.3.2 Jenis - Jenis Inflasi

a. Jenis Inflasi menurut sifatnya Boediono, 162:1985 yaitu : 1. Inflasi ringan di bawah 10 pertahun 2. Inflasi sedang antara 10 - 30 pertahun 3. Inflasi berat antara 30 - 100 pertahun 4. Hiperinflasi diatas 100 pertahun b. Jenis Inflasi berdasarkan penyebabnya inflasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Demand-Pull Inflation 27 Ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang di antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Demand-Pull Inflation dapat berlaku ketika perekonomian menghadapi masalah pengangguran yang tinggi maupun pada ketika kesempatan kerja penuh sudah tercapai. 2. Cost-Push Inflation Inflasi ini biasanya berlaku pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri telah beroperasi pada kapasitas yang maksimal dan pengangguran kerja sangat rendah. Pada tingkat kegiatan ekonomi ini tenaga kerja cenderung untuk menuntut kenaikan gaji dan upah dan menyebabkan peningkatan dalam biaya produksi. Kenaikan biaya produksi sebagai akibat dari berbagai faktor ini akan mendorong para pengusaha menaikkan harga-harga barang yang akan diproduksikannya. Keadaan ini menimbulkan Cost-Push Inflation. 3. Imported Inflation Penyebab inflasi ini adalah masalah ekonomi yang terjadi di luar negeri, misalnya kenaikan harga minyak dunia yang dapat meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya akan menaikkan harga – harga produk yang ada di dalam negeri.

2.4 Cadangan Devisa

Devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri Rachbini,2000. Cadangan devisa didefenisikan sebagai sejumlah valuta asing 28 valas yang dicadangkan bank sentral Bank Indonesia untuk keperluan pembiayaan pembangunan dan kewajban luar negeri yang antara lain meliputi pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing Tambunan,2001. Cadangan devisa merupakan posisi aktiva luar negeri pemerintah dan bank bank devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam mengelola cadangan devisa , Bank Indonesia telah mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dari pada keuntungan yang tinggi. Namun demikian, Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portofolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa.Cadangan devisa adalah penjumlahan transaksi modal dan net ekspor. Atau dapat dikatakan cadangan devisa = Transaksi modal + Net ekspor. Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut: CDV t = CDV t-1 + TB t + TM t dimana: CDV t-1 = Cadangan devisa sebelumnya TB t = Transaksi berjalan TM t = Transaksi modal Transaksi modal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: i transfer modal capital transfers dan ii pembelian atau penjualan aset nonfinansial tak terbarukan acquisition or disposal of nonproduced, nonfinancial assets. Transfer 29 modal meliputi transfer in kind berupa transfer kepemilikan aktiva tetap misalnya hibah investasi, pengampunan forgiveness atas kewajiban yang diberikan kreditur berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, dan transfer tunai yang dikaitkan dengan pembelianpenjualan aktiva tetap oleh salah satu atau kedua pihak yang bertransaksi. Tidak seperti transfer berjalan, transfer modal tidak secara langsung terkait dengan proses produksi dan konsumsi. Transfer modal diklasifikasikan ke dalam dua sektor institusional, yaitu pemerintah dan sektor lainnya. Transfer modal sektor pemerintah terdiri dari pengampunan hutang debt forgiveness dan transfer lainnya. Transfer modal sektor lainnya terdiri dari transfer migran migrants’ transfers, pengampunan hutang debt forgiveness, dan transfer lainnya other transfers. Menurut defenisi IMF, cadangan devisa adalah “aktiva luar negeri” yang tersedia setiap waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter BI. Mengikuti kriteria IMF ini, cadangan devisa yang diumumkan pemerintah BI secara periodik sejak awal tahun 1998 adalah aktiva luar negeri bruto. Dalam perkataan lain, aktiva luar negeri resmi dianggap sebagai cadangan devisa Zetha,2000. Dulunya, sebelum IMF membuat kriteria tersebut, BI membedakan antara cadangan devisa bruto dan cadangan devisa bersih, atau lebih dikenal sebagai cadangan devisa resmi. Cadangan devisa bruto yang diartikan sama dengan aktiva luar negeri bruto adalah cadangan devisa resmi ditambah dengan kontigen aset lainnya. Bila cadangan devisa resmi merupakan jumlah valas yang benar-benar menjadi milik BI, maka dalam aktiva luar negeri, juga dimasukkan beberapa unsur lain seperti devisa bank-bank yang disimpan di BI dalam rangka Giro Wajib Minimum 30 GWM, valas, wesel ekspor berjangka dan beberapa unsur lainnya yang sebelumnya tidak dimasukkan dalam cadangan devisa resmi Zetha,2000. Namun demikian, BI juga mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri bersih net international reserve atau NIR. Aktiva luar negeri bruto adalah tagihan BI terhadap penduduk luar negeri nonresident, yang terdiri dari emas moneter, giro demand deposits, deposit on call, deposito time deposit, penanaman dalam surat-surat berharga securities, dan tagihan lainnya. Sedangkan, NIR adalah aktiva luar negeri bruto BI setelah dikurangi kewajiban- kewajibannya dalam valas yang terdiri dari tiga unsur: 1. Gross liabilities, yaitu semua utang dalam valas dengan masa jatuh tempo sampai dengan satu tahun, termasuk penggunaan dana IMF; 2. Net forward position, yaitu kewajiban BI dalam valas terhadap penduduk resident dan bukan penduduk nonresident dalam bentuk transaksi forward; 3. Devisa bank yang disimpan pada BI dalam rangka memenuhi GWM dalam valas. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa besarnya cadangan devisa sangat tergantung pada perkembangan Balance of Payment BOP. Atau tepatnya, penambahan devisa berasal dari dua sumber utama, yakni pendapatan ekspor netto dan arus modal masuk netto surplus capital account. Diantara dua sumber tersebut, pendapatan ekspor yang paling diandalkan untuk penambahan cadangan devisa. Karena arus modal masuk bisa saja dalam bentuk pinjaman ULN yang harus dibayar kembali plus bunganya, berarti pengurangan cadangan devisa, atau 31 investasi yang juga suatu ketika bisa menjadi arus modal keluar, terkecuali investasi dalam bentuk PMA. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan cadangan devisa adalah rasio antara nilai cadangan devisa dan nilai impor dalam waktu tertentu, yang dapat dihitung dalam rumus berikut Widodo,1990: KCDt = CDVtMt dimana: KCD = Kemampuan cadangan devisa mendukung impor dalam satuan waktu tertentu misalnya bulanan atau tahunan CDVt= Cadangan devisa bulanantahunan Mt = Nilai impor bulanantahunan Cadangan devisa sangat penting bagi stabilitas dan kelangsungan proses ekonomi, dan hal ini dapat dilihat dari pengalaman Indonesia selama krisis ekonomi. Terutama sektor riil yang terpukul akibat masalah utang luar negeri menjadi semakin parah akibat menipisnya cadangan devisa, khususnya Dolar Amerika Serikat. Selain itu, banyak perusahaan-perusahaan, khususnya eksportir atau yang banyak melakukan impor terpaksa mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatan mereka akibat mahalnya nilai dolar AS di pasar valas dalam negeri.

2.5 Investasi