Hubungan Durasi Tidur dengan Gizi Lebih pada Remaja

yang mengatakan bahwa obesitas cenderung diturunkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Musa 2010 yang mengatakan bahwa genetik cenderung diturunkan terus menerus kepada generasinya. Anak-anak yang punya berat badan berlebih cenderung overweight ketika dewasa. Anak yang gemuk biasanya salah satu atau kedua orang tuanya gemuk. Kegemukan seperti ini belum diketahui secara pasti, apakah diturunkan sebagai bawaan dari orangtuanya atau karena kebiasaan makan yang berlebihan yang ditiru anaknya Waspadji, 2003. Faktor genetik berperan penting untuk memicu timbulnya obesitas. Bila salah satu orangtua mengalami obesitas maka anaknya memiliki kecenderungan mengalami obesitas sebesar 40 . Bila kedua orangtua mengalami obesitas maka kecenderungan anaknya untuk menjadi obesitas sebesar 80 Sumanto, 2009. Penyebab gizi lebih belum diketahui secara pasti. Gizi lebih adalah penyakit gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi factorial yang sebagian besar diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen antara lain : aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan perilaku makan yaitu sekitar 90, sedangkan faktor endogen yaitu: kelainan hormonal, sindrom atau penyakit dan genetik hanya sekitar 10 Hidayati et al., 2006.

4.13 Hubungan Durasi Tidur dengan Gizi Lebih pada Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara durasi tidur dengan gizi lebih pada remaja dimana p 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian crossectional Lowry et al., 2012 dan longitudinal Seegers et al., 2010 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tidur yang kurang dengan obesitas pada remaja. Tidur yang kurang diduga akan menyebabkan gangguan regulasi hormonal terutama pengeluran hormon leptin dan ghrelin yang berdampak pada pengaturan nafsu makan dan jumlah asupan makan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Shi et al. 2004 pada anak-anak Australia usia 5-15 tahun menemukan bahwa hubungan antara durasi tidur 9 jam dan obesitas lebih kuat pada kelompok remaja awal. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Relda 2012 mengenai gambaran durasi tidur pada remaja dengan kelebihan berat badan, didapatkan hasil pola tidur yang singkat berhubungan dengan peningkatan berat badan dari responden. Weiss et al. 2010 menemukan remaja yang kurang tidur memiliki asupan lemak dan karbohidrat yang tinggi terutama dari asupan snack. Meskipun studi pada subjek remaja masih terbatas, studi pada dengan subjek dewasa menemukan hasil yang konsisten bahwa intervensi pengurangan tidur mengakibatkan peningkatan asupan energi hingga lebih dari 250 kkal per hari Morselli et al., 2012. Hal ini lah yang memperkuat alasan bahwa tidur yang kurang terutama dalam jangka waktu yang lama mampu memberikan dampak akan timbulnya obesitas. Kekurangan tidur sebelumnya telah disebut memiliki hubungan dengan peningkatan asupan energi berlebih sehingga menyebabkan obesitas. Sebagian besar remaja yang mengalami gizi lebih di SMAN 2 Bondowoso kurangnya waktu tidur malam hari antara lain disebabkan sulit tidur dan menonton televisi. Hal ini sesuai dengan penelitian Li et al. 2005 Remaja merupakan populasi yang memiliki risiko untuk mengalami kekurangan tidur karena adanya peningkatkan paparan teknologi terutama televisi dan komputer yang menimbulkan penundaan waktu tidur dan gangguan tidur. Padahal saat remaja merupakan masa terjadinya tumbuh kembang dimana terjadi banyak perubahan terutama secara fisik yang perlu didukung dengan status gizi yang optimal. Lamanya tidur seseorang juga berhubungan dengan berat badan. Menurut penelitian Weiss et al. 2010 terhadap 240 orang remaja menemukan bahwa remaja yang tidur kurang dari 8 jam per hari cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk makan dari pada remaja yang durasi tidurnya cukup 8 jam.

BAB 5. PENUTUP