Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Gizi Lebih pada Remaja

Tabel 4.12 Rekapitulasi Analisis Hubungan Pola Konsumsi Fast Food Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Fast Food dengan Gizi Lebih pada Remaja SMA Negeri 2 Kabupaten Bondowoso Tahun 2014 Jenis Fast Food Sig. Hamburger 0,048 Kentang Goreng 0,007 Donat 0,657 Chicken Nugget 0,045 Sosis 0,013 Kebab 0,200 Tempura 0,194 Mie Instan 0,014 Mie Ayam 0,030 Mie Pangsit 0,043 Nasi Goreng 0,017 Bakso 0,040 Siomay 0,086 Batagor 0,857 Mie Goreng 0,043 Cilok 0,827 Fried Chicken 0,012 : signifikan

4.11 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Gizi Lebih pada Remaja

Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani fitness atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh Mosby’s Medical Dictionary, 2009. Menurut Kuntaraf 2008 Kebiasaan olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat menurunkan berat badan. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga durasi olahraga, frekuensi olahraga, jenis olahraga dengan kejadian gizi lebih pada remaja p 0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian Chintya et al. 2010 bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga frekuensi olahraga dan durasi olahraga dengan status gizi. Hal ini didukung juga oleh penelitian Dwiseptiani 2008 tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara kebiasaan olahraga dengan dengan kejadian kegemukan. Hasil penelitian Rochman 2008 bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga frekuensi olahraga, jenis olahraga, durasi olahraga dengan status gizi remaja. Sedangkan menurut Khomsan aktivitas fisik olahraga yang dilakukan 3 sampai 5 kali setiap minggu dengan waktu minimal 30 menit setiap pelaksanaannya, akan dapat mengurangi risiko terjadinya overweight. Olahraga jenis aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight Cleveland Clinic, 2000. Tidak adanya hubungan secara statistik ini dikarenakan proporsi jumlah responden baik responden gizi lebih maupun yang tidak gizi lebih pada variabel frekuensi olahraga, durasi olahraga, dan jenis olahraga berada pada kategori yang hampir sama. Pada frekuensi olahraga yang dilaksanakan oleh sebagian besar remaja gizi lebih adalah jarang yaitu sebanyak 42,25, frekuensi olahraga yang dilaksanakan oleh sebagian besar remaja tidak gizi lebih adalah jarang yaitu sebanyak 50,7. Pada durasi olahraga yang dilaksanakan oleh sebagian besar remaja gizi lebih adalah 30 menit yaitu sebanyak 50,9, durasi olahraga yang dilaksanakan sebagian besar remaja tidak gizi lebih adalah 30 menit yaitu sebanyak 50,7. Pada jenis olahraga yang dilaksanakan oleh sebagian besar remaja gizi lebih adalah jenis aerobik sebanyak 87,27, jenis olahraga yang dilaksanakan oleh sebagian besar remaja tidak gizi lebih adalah jenis aerobik yaitu sebanyak 92,95. meskipun secara statistik diketahui tidak ada hubungan namun data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian besar remaja gizi lebih jarang melaksanakan olahraga. Tidak adanya keterkaitan antara kebiasaan olahraga dan status gizi dalam penelitian ini dapat disebabkan kebiasaan olahraga tidak dispesifikkan dalam 4 aspek selain jenis olahraga, frekuensi olahraga, dan durasi olahraga tetapi juga intensitas aktifitas fisik Rimbawan, 2004. Menurut Iftitah 2008 Status gizi remaja tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga saja tetapi banyak faktor lain yang memengaruhinya, diantaranya adalah penyakit infeksi, genetik dan hormonal. Kegiatan berolahraga dapat membakar energi dalam tubuh. Menurut Rimbawan 2004 meskipun kebiasaan olahraga baik maupun aktifitas tinggi tapi tidak diimbangi dengan pemasukan energi yang rendah maka akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. Hal ini didukung oleh Penelitian Hanley 2000 menyatakan ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan perubahan IMT, meliputi keteraturan atau intensitas aktivitas fisik. Olahraga yang intensitasnya rendah menghasilkan kehilangan masa lemak lebih besar dibandingkan intensitas yang tinggi, sebagai akibat tingginya persentase substrate yang berasal dari lemak dan penggunaan lemak perunit waktu berbeda. Selain itu tubuh juga mengkompensasi kekurangan energi selama olah raga dengan meningkatnya asupan energi, menurunkan energi ekspenditur setelah olah raga dan diluar olahraga atau keduanya. Artinya setelah olahraga nafsu makan akan meningkat, karena mengimbangi kekurangan energi selama olahraga. Kemudian energi yang terbakar selama olah raga hanya berdampak kecil pada pengurangan lemak tubuh dibandingkan pengurangan lemak tubuh pada saat terjadi kelaparan dan puasa.

4.12 Hubungan Faktor Genetik dengan Gizi Lebih pada Remaja