tidak diimbangi dengan pemasukan energi yang rendah maka akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. Hal ini didukung oleh Penelitian Hanley 2000
menyatakan ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan perubahan IMT, meliputi keteraturan atau intensitas aktivitas fisik.
Olahraga yang intensitasnya rendah menghasilkan kehilangan masa lemak lebih besar dibandingkan intensitas yang tinggi, sebagai akibat tingginya persentase
substrate yang berasal dari lemak dan penggunaan lemak perunit waktu berbeda. Selain itu tubuh juga mengkompensasi kekurangan energi selama olah raga
dengan meningkatnya asupan energi, menurunkan energi ekspenditur setelah olah raga dan diluar olahraga atau keduanya. Artinya setelah olahraga nafsu makan
akan meningkat, karena mengimbangi kekurangan energi selama olahraga. Kemudian energi yang terbakar selama olah raga hanya berdampak kecil pada
pengurangan lemak tubuh dibandingkan pengurangan lemak tubuh pada saat terjadi kelaparan dan puasa.
4.12 Hubungan Faktor Genetik dengan Gizi Lebih pada Remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik dengan gizi lebih pada remaja p 0,05. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhiroh 2012 menunjukkan bahwa pada kelompok obesitas status gizi bapak dan ibu remaja yang terbanyak adalah
obesitas, sedangkan pada kelompok non obesitas status gizi bapak dan ibu remaja adalah normal. Hasil ini senada dengan penelitian Saleh 2010 di SMA Negeri 2
dan SMA Negeri 3 Pekalongan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara genetik dengan kejadian obesitas pada remaja. Bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung 2008 di SMU RK Tri Sakti Medan menyatakan bahwa tidak ada pengaruh faktor genetik terhadap kejadian
obesitas pada remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih 2007 bahwa kalau salah
satu orang tuanya yang obesitas maka anaknya mempunyai resiko 30-40 menjadi obesitas. Sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas maka resikonya
meningkat menjadi 70-80. Begitu juga dengan pendapat Suryoprajoyo 2009
yang mengatakan bahwa obesitas cenderung diturunkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Musa 2010 yang mengatakan bahwa genetik cenderung
diturunkan terus menerus kepada generasinya. Anak-anak yang punya berat badan berlebih cenderung overweight
ketika dewasa. Anak yang gemuk biasanya salah satu atau kedua orang tuanya gemuk. Kegemukan seperti ini belum diketahui secara pasti,
apakah diturunkan sebagai bawaan dari orangtuanya atau karena kebiasaan makan yang berlebihan yang ditiru anaknya Waspadji, 2003.
Faktor genetik berperan penting untuk memicu timbulnya obesitas. Bila salah satu orangtua mengalami obesitas maka anaknya memiliki
kecenderungan mengalami obesitas sebesar 40 . Bila kedua orangtua mengalami obesitas maka kecenderungan anaknya untuk menjadi
obesitas sebesar 80 Sumanto, 2009. Penyebab gizi lebih belum diketahui secara pasti. Gizi lebih adalah
penyakit gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi factorial yang sebagian besar diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen antara lain : aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan
perilaku makan yaitu sekitar 90, sedangkan faktor endogen yaitu: kelainan hormonal, sindrom atau penyakit dan genetik hanya sekitar 10 Hidayati et al.,
2006.
4.13 Hubungan Durasi Tidur dengan Gizi Lebih pada Remaja