Pengaruh Persepsi Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM

dan motivasi yang tinggi untuk sembuh dan mencegah kecacatan akibat DM, meskipun secara umum 67,9 motivasi tersebut melalui proses yang lama yaitu ±3 bulan dan cenderung dipengaruhi oleh intensitas dukungan dari petugas kesehatan yang menanganinya. Selain itu menurut Rowley 1999, karakteristik masyarakat termasuk keinginan motivasi untuk sembuh merupakan faktor penting yang diperlukan dari individu penderita DM untuk mengikuti seluruh anjuran yang diajurkan dalam proses pengobatan penyakit DM. Demikian juga dengan hasil penelitian Juleka 2005 bahwa 40,4 penderita DM yang terkendali kadar glukosanya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menggunakan obat sesuai resep yang dianjurkan, dan 30,8 penderita DM dengan jadwal makan yang sesuai mempunyai kadar gula darah yang terkendali.

5.3 Pengaruh Persepsi Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM

Persepsi penderita DM dalam penelitian ini adalah tanggap atau respon penderita DM terhadap pola makan seimbang untuk mencegah risiko memperparah penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pola makan sesuai 66,7 terdapat pada responden dengan persepsi yang baik dibandingkan persepsi penderita DM yang kurang 33,3 Tabel 4.14. Fenomena ini menunjukkan bahwa penderita DM yang dirawat jalan di RSUD Kabupaten Deli Serdang sudah mempunyai persepsi yang baik dalam mengkonsumsi Universitas Sumatera Utara makanan yang sesuai dengan penderita DM dan mencegah risiko yang dapat memperparah terjadinya penyakit DM atau dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari penyakit DM. Persepsi responden tentang pola makan DM didasarkan pada persepsi tentang makanan yang perlu dihindari jumlah dan jenisnya dalam menu makanan, kemudian persepsi tentang jadwal makan, dan dampaknya makanan terhadap peningkatan kadar gula darah. Hasil tersebut diperoleh dari jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner penelitian, dan umumnya responden memberikan jawaban “setuju” pada pertanyaan: jenis makanan yang berserat seperti sayur-sayuran harus ada dalam menu makanan, makanan yang tidak mengandung lemak boleh dikonsumsi, perlu ada pengaturan jadwal makan dalam diet diabetes mellitus, dan memberikan jawaban kurang setuju pada pertanyaan: makan makanan sesuai jadwal tidak akan meningkatkan kadar gula darah, makan dalam selang waktu 3 jam sekali sangat penting untuk diikuti. Hasil penelitian menunjukkan 13,3 responden tidak setuju jika makanan yang sarat kolesterol perlu dihindari seperti daging, jenis fast food. Persepsi penderita DM ini didasari dari penilaian secara individu tentang pola makan seimbang bagi penderita DM sesuai dengan anjuran dokter maupun program yang diajurkan dalam proses pengobatan penyakit DM. Menurut konsep model kepercayaan kesehatan bahwa persepsi adalah unsur penting yang membentuk seseorang untuk mengambil tindakan yang baik dan sesuai dalam menjaga kesehatannya baik melalui pencarian pengobatan yang sesuai dan berkualitas maupun Universitas Sumatera Utara melalui penerapan keseluruhan anjuran dalam proses pengobatannya termasuk dalam proses pengobatan DM Sarwono, 2004. Proses pembentukan persepsi ini cenderung didasari oleh pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap informasi yang diperolehnya, termasuk anjuran konsumsi makanan yang seimbang dan sesuai peruntukkan bagi penderita DM, dan persepsi ini akan melahirkan suatu bentuk aderehensi atau kepatuhan terhadap instruksi maupun anjuran untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang. Menurut Trekas 1984 dalam Ratanasuwan, dkk 2005 bahwa kemampuan penderita DM untuk mengontrol kehidupannya dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan. Seseorang yang berorientasi pada kesehatan cenderung mengadopsi semua kebiasaan yang dapat meningkatkan kesehatan dan menerima regimen yang akan memulihkan kesehatannya. Orang yang melihat penyakit sebagai kelemahan akan menyangkal penyakit atau hadirnya penyakit itu. Pengingkaran ini dapat mempengaruhi terjadinya ketidakpatuhan. Secara statistik dengan uji Fisher’s Exact Test menunjukkan variabel persepsi tidak mempunyai hubungan signifikan dengan pola makan penderita DM p=1,000, artinya persepsi penderita DM belum menjadi faktor penentu bagi penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai yang direkomendasikan. Namun variabel tersebut secara statistik tidak memenuhi syarat untuk diikutkan dalam uji regresi logistik, sehingga tidak dapat diuji secara bersama-sama dengan variabel lain, artinya secara parsial tersendiri saja variabel persepsi tidak mempunyai pengaruh signifikan, apalagi diuji secara serempak dengan variabel lain, Universitas Sumatera Utara sehingga variabel persepsi tidak menjadi faktor resiko atau faktor penentu terjadinya pola makan yang sesuai anjuran bagi penderita DM. Persepsi responden didasarkan pada sejauh mana responden mengetahui tentang pola makan yang sesuai dengan penderita DM, atau hasil dari pemahamannya tentang ajuran program diet penderita DM. Tidak terdapat pengaruh persepsi terhadap pola makan penderita DM disebabkan oleh minimnya pemahaman penderita DM tentang program Diet, sehingga mempunyai penilaian yang negatif tentang jenis dan jadwal makanan maupun jumlah energi yang dibutuhkannya.

5.4 Pengaruh Kepercayaan Diri dengan Pola Makan Penderita DM