penghayatan subjektif terhadap hambatanrisiko negatif dari pengobatan penyakitnya jauh lebih kuat dari pada gejala objektif dari penyakit tersebut
ataupun pandangansaran profesional petugas kesehatan. Tetapi bagi mereka yang sudah termotivasi untuk bertindak, maka rangsangan sedikit saja sudah cukup
untuk menimbulkan respon tersebut Sarwono, 2004.
2.4. Kepatuhan Penderita DM Mengikuti Anjuran Pogram Diet
Kepatuhan yaitu tingkatderajat dimana penderita DM mampu melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau tim kesehatan lainnya
Smet, 1994. Kepatuhan merupakan tingkat dimana perilaku seseorang sesuai dengan saran praktisi kesehatan. Shillinger 1983 yang dikutip Travis 1997 bahwa
kepatuhan mengacu pada proses dimana seorang penderita DM mampu mengasumsikan dan melaksanakan beberapa tugas yang merupakan bagian dari
sebuah regimen terapeutik. Kepatuhan seseorang terhadap suatu regimen terapi bergantung pada berbagai variabel seperti umur, pendidikan, tingkat ekonomi,
kompleksitas terapi dan kesesuaian penderita DM dengan program tersebut serta nilai-nilai penderita DM mengenai kesehatan. Trekas 1984 dalam Ratanasuwan, dkk
2005 bahwa kemampuan penderita DM untuk mengontrol kehidupannya dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan. Seseorang yang berorientasi pada kesehatan
cenderung mengadopsi semua kebiasaan yang dapat meningkatkan kesehatan dan menerima regimen yang akan memulihkan kesehatannya. Orang yang melihat
Universitas Sumatera Utara
penyakit sebagai kelemahan akan menyangkal penyakit atau hadirnya penyakit itu. Pengingkaran ini dapat mempengaruhi terjadinya ketidakpatuhan.
Taylor 1990 dalam Sarwono 2004, bahwa ketidakpatuhan merupakan salah satu masalah yang berat dalam dunia medis, dan oleh karena itu sejak tahun 1960-an
sudah mulai diteliti di negara-negara industri. Secara umum, ketidakpatuhan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan dan dapat berakibat
memperpanjang atau memperburuk penyakit yang sedang diderita Smet, 1994. Mematuhi program dietpola makan adalah hasil dari proses perubahan
perilaku. Perilaku yang menetap memerlukan motivasi dan keyakinan yang kuat Marimis, 2006. Penderita DM mungkin saja memiliki pengetahuan mengenai suatu
prosedur pengobatan, tetapi tidak berkemauan dan tidak mampu melaksanakannya karena adanya reaksi negatif terhadap kondisicara perawatan penyakit Rowley,
1999. Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan
kepatuhan penderita DM diabetes mellitus untuk melaksanakan program diet diantaranya dengan membimbing penderita DM dalam menerapkan program diet
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengidentifikasi pengetahuan dan kepercayaan penderita DM terhadap program diet secara mendalam terlebih dahulu.
Ciptakan juga komunikasi yang terbuka dengan penderita DM dan berikan suatu perhatian dalam komunikasi tersebut. Tenaga kesehatan mungkin akan membutuhkan
waktu yang lama ketika menghadapi penderita DM yang lanjut usia, penderita DM dengan pengetahuan yang kurang atau penderita DM dengan latar belakang budaya
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda, sehingga tercipta rasa percaya di dalam diri penderita DM untuk melaksanakan program diet dan tetap melakukan kontrol. Tenaga kesehatan juga
perlu untuk memonitor perkembangan kepatuhan penderita DM misalnya melalui pesawat telepon bila penderita DM sulit untuk mendatanginya. Tenaga kesehatan juga
harus lebih terfokus pada perkembangan motivasi penderita DM dan berupaya mengintegrasikan penyakit ke dalam konsep diri penderita DM untuk meningkatkan
kepatuhan secara jangka panjang, serta membantu penderita DM melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dengan anjuran kesehatan Rowley, 1999.
Hasil penelitian Soebadri, dkk 2003, bahwa 75 penderita DM tidak mentaati diet yang dianjurkannya dan 50 mempunyai control glukosa darah yang
buruk. Selain itu dilihat dari faktor individu, menurut PARKENI 1998, bahwa kepatuhan penderita DM terhadap pengobatan terkait dengan pengetahuan dan
manfaat yang diperolehnya dari pengobatan. Kepatuhan penderita DM tipe 2 pada terapi diet merupakan masalah yang sulit
dikendalikan. Beberapa penelitian menunjukkan 75 penderita tidak mentaati diet yang dianjurkan Basuki, 2000 dan 53 mempunyai kontrol glukosa darah yang
buruk. Ketidakpatuhan ini mengakibatkan penderita memperoleh pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan, sehingga biaya perawatan menjadi semakin mahal.
Setiap peningkatan 1 HbA1c akan meningkatkan ongkos perawatan medik di atas 7. Kepatuhan penderita terhadap pengobatan terkait dengan beberapa faktor, salah
satunya adalah pengetahuan terhadap penyakit dan manfaat yang diperoleh dari pengobatan. Menurut PARKENI 1998 melaporkan bahwa lebih dari 50 penderita
Universitas Sumatera Utara
DM tipe 2 tidak mengetahui penyakit dan komplikasi lanjut, sehingga datang ke rumah sakit dengan glukosa darah yang tinggi disertai berbagai komplikasi.
Telah diketahui bahwa konseling dapat mengatasi ketidakpatuhan penderita DM. Edukasi yang baik dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mau
mengubah dan menjalankan diet yang dianjurkan, sehingga kadar glukosa darah terkendali dengan baik dan mencegah timbulnya komplikasi. Nicolucci et al 1996
melaporkan bahwa penderita DM yang tidak mendapatkan edukasi memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena komplikasi dibandingkan yang mendapatkan edukasi. Untuk
upaya pencegahan primer, materi yang disampaikan saat konseling ditekankan pada faktor penyebab timbulnya DM dan usaha mengurangi faktor risiko, tujuan utama
menjalankan diet, perencanaan makan, serta komplikasi DM Waspadji, 2007.
2.5. Landasan Teori