Pengaruh Motivasi Diri Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM

yang memiliki berat badan normal dengan intake energi yang mendekati normal diikuti dengan terkendalinya kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil analisis jadwal pola makan penderita DM, mayoritas penderita DM tidak mengikuti jadwal makan yang telah dianjurkan, padahal penderita DM harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang telah ditentukan, yang bermanfaat untuk menormalkan kembali kadar glukosa darah. Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kada gula dalam darah tidak terkontrol Waspadji, 2007.

5.2 Pengaruh Motivasi Diri Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM

Motivasi diri penderita DM dalam penelitian ini adalah dorongan yang timbul dari dalam diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan seimbang yaitu makanan yang tidak berisiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pola makan sesuai dengan anjuran diet,sebagian besar 77,8 terdapat pada responden dengan motivasi diri yang baik Tabel.4.13. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi diri sangat penting mendorong penderita DM untuk mengkonsumsi makanan yang diajurkan dalam Universitas Sumatera Utara program diet bagi penderita DM dalam mengatasi peningkatan glukosa darahnya, dan mengurangi risiko lanjut dari penyakit DM. Motivasi diri responden didasarkan pada motivasi untuk sembuh dari DM, melakukan anjuran dokter dalam pengaturan pola makan sesuai jenis, jadwal dan jumlah energi yang dibutuhkan, kemudian motivasi untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah tiap bulan, serta mengurangi makan yang manis-manis seperti teh manis, manisan gula. Hasil tersebut diperoleh dari jawaban responden terhadap 8 pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner penelitian, dan umumnya responden memberikan jawaban “ya” pada pertanyaan: apakah bapakibu mempunyai keinginan untuk sembuh dari DM, apakah bapakibu mengurangi makan makanan yang manis- manis seperti teh manis, dan memberikan jawaban “kadang-kadang” pada pertanyaan: apakah bapakibu melakukan seluruh anjuran dokter, apakah bapakibu terdorong untuk memeriksakan kadar gula darah tiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat 28,0 belum termotivasi untuk sembuh dari DM, 46,7 lainnya tidak mengikuti anjuran dokter, dan masih ada 40,0 belum mengurangi jenis makanan yang tinggi kolesterol seperti fast food, dan gorengan. Keseluruhan indikasi ini berdampak secara tidak langsung dengan pola makan responden. Hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan secara statistik variabel motivasi diri ini mempunyai hubungan signifikan dengan pola makan penderita DM Universitas Sumatera Utara p=0,011, dan hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel motivasi diri ini merupakan variabel paling berpengaruh terhadap pola makan penderita DM. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik motivasi diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan seimbang dalam program pengobatan DM yang telah diajurkan, maka semakin besar kemungkinan penderita DM untuk mempunyai pola makan yang sesuai dan seimbang bagi penderita DM. Responden yang termotivasi dengan baik akan terwujud dari jenis makanan yang dikonsumsinya, jadwal makan dan asupan energinya. Karena motivasi adalah bagian dari psikologis individu yang terdapat dari dalam diri individu untuk mengikuti seluruh anjuran dalam program Diet, artinya semakin baik motivasi penderita DM, maka akan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan anjuran program diet. Hal ini sesuai dengan pendapat Hordget 2000 bahwa motivasi adalah psikologis yang mendorong sekaligus mengendalikan seseorang secara langsung. Makna yang terkandung didalamnya yaitu dorongan dan motif dimana motif ini yang memegang peranan penting karena motif berisikan perilaku, artinya dalam konteks perubahan pola makan bagai penderita DM didasarkan pada keinginan penderita untuk sembuh dan mengurangi kecatatan akibat menderita DM sehingga mereka termotivasi untuk mengikuti program diet yang dianjurkan oleh dokter. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Venter, dkk 1991 bahwa 42,8 penderita DM yang patuh terhadap proses pengobatannya melalui pembatasan jumlah konsumsi makanan sesuai dengan ketentuan yang diajurkan mempunyai self interest Universitas Sumatera Utara dan motivasi yang tinggi untuk sembuh dan mencegah kecacatan akibat DM, meskipun secara umum 67,9 motivasi tersebut melalui proses yang lama yaitu ±3 bulan dan cenderung dipengaruhi oleh intensitas dukungan dari petugas kesehatan yang menanganinya. Selain itu menurut Rowley 1999, karakteristik masyarakat termasuk keinginan motivasi untuk sembuh merupakan faktor penting yang diperlukan dari individu penderita DM untuk mengikuti seluruh anjuran yang diajurkan dalam proses pengobatan penyakit DM. Demikian juga dengan hasil penelitian Juleka 2005 bahwa 40,4 penderita DM yang terkendali kadar glukosanya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menggunakan obat sesuai resep yang dianjurkan, dan 30,8 penderita DM dengan jadwal makan yang sesuai mempunyai kadar gula darah yang terkendali.

5.3 Pengaruh Persepsi Penderita DM dengan Pola Makan Penderita DM