sehingga variabel persepsi tidak menjadi faktor resiko atau faktor penentu terjadinya pola makan yang sesuai anjuran bagi penderita DM.
Persepsi responden didasarkan pada sejauh mana responden mengetahui tentang pola makan yang sesuai dengan penderita DM, atau hasil dari pemahamannya
tentang ajuran program diet penderita DM. Tidak terdapat pengaruh persepsi terhadap pola makan penderita DM disebabkan oleh minimnya pemahaman penderita DM
tentang program Diet, sehingga mempunyai penilaian yang negatif tentang jenis dan jadwal makanan maupun jumlah energi yang dibutuhkannya.
5.4 Pengaruh Kepercayaan Diri dengan Pola Makan Penderita DM
Kepercayaan diri penderita DM dalam penelitian ini adalah adanya keyakinan dari dalam diri penderita DM untuk mengkonsumsi makanan seimbang yaitu
makanan yang tidak berisiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah dan mau beraktivitas sebagaimana mestinya.
Hasil penelitian menunjukkan kepercayaan diri penderita DM rawat jalan di RSUD Deli Serdang 57,3 termasuk kurang dibandingkan kepercayaan diri yang
baik 42,7 Tabel 4.4. Kepercayaan diri ini didasarkan pada keyakinan penderita DM tentang penyebab terjadinya penyakit DM, upaya-upaya yang harus dilakukan
oleh penderita DM dalam mengkonsumsi makanan seimbang sesuai peruntukannya bagi penderita DM. Hasil tersebut diperoleh dari jawaban responden terhadap 8
pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner penelitian, dan umumnya responden memberikan jawaban “ya” pada pertanyaan: apakah bapakibu yakin penderita DM
Universitas Sumatera Utara
dapat mengalami komplikasi penyakit lain, apakah bapakibu yakin kadar gula darah yang tinggi dapat diturunkan dengan mengkonsumsi makanan berserat tinggi
sayuran, dan buah, dan memberikan jawaban “tidak” pada pertanyaan: apakah bapak yakin DM adalah penyakit keturunan.
Secara proporsi menunjukkan 66,7 penderita DM dengan pola makan sesuai mempunyai kepercayaan diri kategori baik dibandingkan penderita dengan
dengan kepercayaan diri yang kurang 33,3 Tabel 4.15, dan secara statistik dengan uji Fisher’s Exact Test menunjukkan tidak terdapat hubungan kepercayaan
diri penderita DM dengan pola makan penderita DM p=0,159. Kepercayaan diri responden didasarkan pada kepercayaan terhadap komplikasi dari DM, konsekuensi
yang terjadi akibat DM, serta upaya-upaya pencegahan DM seperti mengkonsumsi jenis makanan yang berserat misalnya sayuran, buah-buahan. Kepercayaan yang
rendah ini didasarkan pada minimnya motivasi diri dari responden untuk mengkonsumsi jenis makanan yang sesuai dengan anjuran pola makan sesuai untuk
penderita DM. Demikian juga berdasarkan analisis uji regresi logistik, variabel kepercayaan
diri secara serempak dengan variabel lain tidak menunjukkan pengaruh terhadap pola makan penderita DM. Hal ini diasumsikan bahwa kepercayaan diri tersebut jika
secara bersama-sama dengan faktor lain cenderung tidak menjadi faktor penentu terhadap tindakan penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai anjuran diet.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena ini memberikan kontribusi pemikiran bahwa meskipun kepercayaan diri penderita DM untuk mengikuti proses pengobatan DM secara
aplikatif dan sesuai namun belum menunjukkan suatu tindakan yang nyata dalam perubahan pola makannya, artinya variabel kepercayaan diri bukan merupakan
variabel penting yang mendorong penderita DM untuk mengkonsumsi makanan sesuai anjuran pola makan seimbang bagi penderita DM.
Keadaan ini justru berbeda dengan hasil penelitian Basuki 2000, bahwa kepatuhan klien penderita DM didasari oleh rasa percaya diri dan motivasi dalam diri
untuk mengikuti seluruh anjuran dalam program Diet bagi penderita DM. Kepercayaan diri adalah aplikasi dari sikap untuk penerimaan atau penolakan,
penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis. Kepercayaan diri yang sudah terbentuk dan berkembang dalam diri
seseorang, dimana hal tersebut sudah menjadi bagian dari dirinya dalam kehidupan sehari-hari akan cenderung dipertahankan dan sulit sekali dirubah.
Menurut Foster 1973 dalam Sarwono 2004 kepercayaaan merupakan suatu keyakinan yang diyakini oleh individu terhadap sesuatu fenomena. Kepercayaan
tersebut didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat. Kepercayaan tersebut secara tidak langsung berimplikasi terhadap
keseluruhan tata cara kehidupan masyarakat, dan erat kaitannya dengan kebudayaan suatu kelompok masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan ini merupakan gejala dini secara psikologis untuk menginternalisasikan informasi agar dapat diaplikasikan. Menurut Rosenstok 1982
dalam Sarwono 2004 bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Tanpa mempedulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai
atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Menurut Maramis 2006 mematuhi program dietpola
makan adalah hasil dari proses perubahan perilaku, dan perilaku menetap memerlukan motivasi dan keyakinan yang kuat.
5.5 Pengaruh Dukungan Keluarga Penderita DM dengan Pola Makan