Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggota Organisasi Kepemudaan Alumni Budi Mulia (Album-Medan) Terhadap donor Darah Di Pmi Medan Tahun 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGOTA ORGANISASI KEPEMUDAAN ALUMNI BUDI MULIA

(ALBUM-MEDAN) TERHADAP DONOR DARAH DI PMI MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

MEI RODHIAH PANJAITAN NIM. 081000077

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGOTA ORGANISASI KEPEMUDAAN ALUMNI BUDI MULIA

(ALBUM-MEDAN) TERHADAP DONOR DARAH DI PMI MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MEI RODHIAH PANJAITAN NIM. 081000077

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGOTA ORGANISASI KEPEMUDAAN ALUMNI BUDI MULIA (ALBUM-MEDAN)

TERHADAP DONOR DARAH DI PMI MEDAN TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: MEI RODHIAH PANJAITAN

NIM. 081000077

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 Oktober 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Linda T. Maas, MPH Drs. Tukiman MKM NIP. 19521022 198003 2 002 NIP. 19611024 199003 1 003

Penguji II Penguji III

Drs. Alam Bakti Keloko, MKes Drs. Eddy Syahrial, MS NIP.19620604 199203 1 001 NIP. 19590713 198703 1 001

Medan, Oktober 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggota Organisasi Kepemudaan Alumni Budi Mulia (Album-Medan) Terhadap donor Darah Di Pmi Medan Tahun 2012

Pentingnya ketersediaan darah untuk memenuhi kebutuhan akan darah yang dapat terjadi kapan saja seperti untuk korban kecelakaan, pasien operasi mayor seperti jantung, seksio sesarea, dan untuk penderita penyakit darah seperti hemophilia dan thalassemia. Ketersediaan darah dapat ditanggulangi dengan mendapatkan bantuan darah dari pemuda. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi anggota organisasi kepemudaan ALBUM-Medan dalam mendonorkan darah di PMI ALBUM-Medan Tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) terhadap mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI), yaitu karakteristik, sumber informasi, modal sosial, pengetahuan, sikap, kelompok referensi, niat dan tindakan pemuda untuk mendonorkan darah di UTD-PMI Medan Tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling, dimana responden adalah anggota organisasi kepemudaan ALBUM-Medan yang mendaftar tahun 2009-2011. Dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden terbanyak berumur 18 tahun (33,9%), responden terbanyak adalah laki-laki (59,7%). Sumber informasi responden masih terkategori sedang (71,0%). Pengetahuan responden dikategorikan sedang (67,7%). Modal sosial responden dikategorikan sedang (50,0%). Sikap responden dikategorikan baik (88,7%). Kelompok referensi dan sikap sangat berperan terhadap niat responden. Dan niat akan mempengaruhi tindakan. Responden terbagi dua yaitu responden yang pernah mendonorkan darah sebanyak 7 orang dan responden yang belum pernah mendonorkan darah sebanyak 55 orang. Dari responden yang pernah mendonorkan darah, memiliki tindakan yang dikategorikan baik (85,7%).

Dari hasil penelitian disarankan agar pihak PMI lebih aktif mempromosikan donor darah kepada organisasi kepemudaan untuk menanggulangi ketersediaan stok darah.


(5)

ABSTRACT

The importance of the availability of blood was to meet the need for blood transfusions that could occured anytime such as for accident victims, patients with major surgery such as heart disease, cesarean section, and for patients with blood diseases such as hemophilia and thalassemia. Therefore, it was very important to know what are the factors that could affected members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood at Medan Red Cross in 2012.

The purposed of this studied was aimed to determine the factors that affect members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood, the factors were characteristics, sources of information, knowledge,social capital, attitude, reference groups, intentions and actions of members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood at Medan Red Cross in 2012. This research used descriptive quantitative. The number of respondents in this studied amounted to 62 people with Total Sampling as the sampling technique, where the respondent was a person who members of youth organizations ALBUM-Medan that register in 2009-2011. The results are presented in frequency distribution table.

The results showed that based on the characteristics of most respondents aged 18 years (33,9%), most respondents were male (59,7%). The sources of information respondents is medium (71,0%). There were (67,7%) respondents that had medium knowledge. There were (50,0%) respondents that had medium social capital. The attitude of the respondents considered good (88,7%). Reference group and the attitude was contribute to the intention of respondents. And the intention was contribute to the action. The action of respondents devided into two, that are respondents who had donated blood (7 people) and respondents who have never donated blood (55 people). The action of respondents who had donated blood considered good (85,7%).

From the research results suggested that the PMI to further enhance the promotion of blood donation to the youth organizations so that the stocks of blood increase.

Keywords: ALBUM-Medan, Blood Donate, PMI


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mei Rodhiah Panjaitan

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/ 19 Mei 1990 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 5 (lima) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Bahagia Gang.Sadaarih No.12 Medan Alamat Orang Tua : Jalan Binjai No.14 Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 1996 : TK Bhayangkari Pematangsiantar Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 125545 Pematangsiantar Tahun 2002 – 2005 : SLTPN 3 Pematangsiantar


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggota Organisasi Kepemudaan Alumni Budi Mulia (Album-Medan) Terhadap Donor Darah Di PMI Medan Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ibu dr. Linda T. Maas, MPH selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Tukiman MKM selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, baik secara moril maupun materil.

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Jumirah , Apt , MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

5. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Terkhusus buat ayahanda M.Panjaitan dan ibunda R. br. Situmorang tercinta terimakasih atas kasih sayang, doa dan motivasi yang terbaik yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kepada keluarga besarku Hendry Napitupulu/ Mutiara br.Panjaitan, Saut Halomoan/ Rina br.Panjaitan, Ester Ratna Dewi Panjaitan, Bobby Maruli Panjaitan/ Uli br.Hutasoit terimakasih buat doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Terkhusus buat teman dekat dan terbaikku Bobby Sirait yang memberikan doa dan motivasi untuk membantu penulis selama proses penelitian.

9. Trimakasih buat Gesit (Rahmi, Lidya, Emma, Kisty, Vani, Arietha), Teman-teman (Doan, Sari Rahmadani, Hilma, Helda, Fitri, Nenny, Nadya, Titan, kak Airin, bg Sedar Malam, bg Deddy, Nona, Fera, Purna, Jelentika, Putri Marlinang, Melda, Hotlan, Julius ) , teman2 PBL (kak Rini, bg Rio, kak Jesika, Evia, Putra, kak Rofirma), teman2 LKP (kak Utari, Zul, Lenny, Doan, kak Ida), Aneshe Malakha (Kak Marlina, Helfi, Nursyani, Vani, Emma, Lidya), SAHABATKU Lenny Melisa, Veronica Velish, Mardina , Cory sihombing, Gita Sihite.

10. ALBUM (Julia, Citra, Joshua, kak Noni, Bg Antoni, Bg ronald, Edwin, Rosalina, Martha, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu).

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan bapak, ibu dan teman – teman sekalian.


(9)

Penulis menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat skripisi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Umum ... 8

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 10

2.2. Bentuk Perilaku ... ...11

2.3. Pengetahuan ... 11

2.3.1. Tingkatan Pengetahuan ... 11

2.3.2. Sumber-sumber pengetahuan ... 13

2.3.3. Pengukuran Pengetahuan... 15

2.3.4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 15

2.4. Sikap ... 17

2.4.1. Pengukuran Sikap ... 18

2.4.2. Fungsi sikap ... 18

2.5. Tindakan ... 19

2.6. Perilaku Kesehatan ... 21

2.7. Teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ... 22

2.7.1. WHO... 22

2.7.2. Teori Alasan Berperilaku (TRA) ... 23

2.8. Modal Sosial ... 26

2.9. PMI ... 27

2.9.1. Unit transfusi darah ... 27

2.9.2. Darah ... 27

2.9.3. Transfusi darah ... 30

2.9.4. Donor darah ... 30

2.9.5. Syarat-syarat untuk donor darah ... 32


(11)

2.9.2. Pengambilan darah donor ... 34

2.10. ALBUM (Alumni Budi Mulia) ... 34

2.11. Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi penelitian ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data Primer ... 38

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 40

3.6.1. Instrumen ... 40

3.6.2. Aspek Pengukuran ... 40

a. Modal Sosial ... 41

b. Pengukuran Sumber Informasi ... 41

c. Pengukuran Pengetahuan ... 42

d. Pengukuran Sikap ... 43

e. Pengukuran Kelompok Refrensi ... 44

f. Pengukuran Niat ... 45

g. Pengukuran Tindakan ... 45

3.7. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 46

3.7.1. Pengolahan Data ... 46

3.7.2. Analisa Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 51

4.2. Hasil Penelitian ... 51

4.3. Gambaran Modal Sosial Responden... 53

4.3.1. Distribusi Frekuensi Modal Sosial ... 53

4.3.2. Gambaran Modal Sosial anggota ALBUM-Medan ... 4.4. Sumber Informasi ... 58

4.4.1.Sumber Informasi yang paling jelas ... 58

4.4.2. Rasa Peduli Responden terhadap sumber Informasi ... 59

4.4.3. Seberapa sering responden menonton iklan yang mengandung unsur donor darah ... 59

4.4.4. Responden yang mengakses internet mengenai donor Darah ... 60

4.4.5. Responden yang membaca media cetak untuk mendapat informasi tentang donor darah ... 61


(12)

4.4.6. Responden merasakan manfaat dari informasi yang

didapat dari berbagai sumber... 61

4.4.7. Responden merasakan ketertarikan ... 62

4.4.8. Distribusi frekuensi sumber informasi ... 63

4.5. Pengetahuan ... 63

4.5.1. Pengetahuan tentang adanya manfaat mendonor darah . 63 4.5.2. Pengetahuan tentang pengertian donor darah ... 64

4.5.3. Pengetahuan tentang syarat donor darah ... 65

4.5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden ... 65

4.6. Sikap ... 66

4.6.1 Distribusi frekuensi sikap responden ... 69

4.7. Kelompok Refrensi ... 69

4.7.1 Responden melihat orang lain mendonorkan darah ... 69

4.7.2. Tanggapan orang tua responden terhadap donor darah. . 70

4.7.3. Keluarga Responden sebagai kelompok refrensi ... 71

4.7.4. Tanggapan teman-teman responden mengenai donor Darah ... 71

4.7.5. Teman-teman Responden sebagai kelompok refrensi ... 72

4.7.6. Dukungan orang tua dalam hal donor darah ... 72

4.7.7. Perkumpulan lain yang melakukan aksi donor darah ... 73

4.7.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan tentang kelompok refrensi ... 74

4.7.9. Distribusi frekuensi sikap responden ... 76

4.8. Niat ... 77

4.8.1 Niat responden dalam mendonorkan darah ... 77

4.8.2. Tindakan yang akan dilakukan responden jika ada aksi donor darah ... 77

4.8.3. Distribusi frekuensi niat responden ... 78

4.9. Tindakan ... 78

4.9.1 Tindakan responden dalam hal donor darah ... 79

4.9.2. Tempat pertama kali mendonorkan darah ... 79

4.9.3. Berapa kali melakukan aksi donor darah ... 80

4.9.4. Manfaat yang dirasakan responden ... 80

4.9.5. Tindakan responden setelah melakukan donor darah .... 81

4.9.6. Alasan Responden tidak melakukan donor darah ... 81

4.9.7. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden ... 82

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden... 83

5.2. Sumber Informasi ... 84

5.3. Pengetahuan ... 86

5.4. Modal Sosial ... 88

5.5. Kategori Sikap Responden ... 90


(13)

5.7. Niat ... 94 5.8. Tindakan ... 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 98 6.2. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat ijin Penelitian dari FKM USU Lampiran 3 Surat Penelitian dari ALBUM Lampiran 4 Master data SPSS


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 52

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Modal Sosial Responden ... 53

Tabel 4.3. Modal Sosial ... 54

Tabel 4.4. Sumber informasi yang paling jelas mengenai donor darah ... 58

Tabel 4.5. Rasa peduli responden terhadap sumber informasi ... 59

Tabel 4.6. Seberapa sering responden menonton iklan yang mengandung unsur donor darah ... 60

Tabel 4.7. Pernah atau tidaknya mengakses internet yang mengandung unsur donor darah ... 60

Tabel 4.8. Pernah atau tidaknya membaca koran/ Tabloid/ Majalah yang mengandung unsur donor darah ... 61

Tabel 4.9. Responden merasakan manfaat dari informasi tentang donor darah ... 62

Tabel 4.10. Rasa ketertarikan responden untuk melakukan aksi donor darah ... 63

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi ... 63

Tabel 4.12. Mengetahui adanya manfaat yang diterima pendonor darah ... 64

Tabel 4.13. Pengetahuan tentang pengetian donor darah ... 65

Tabel 4.14. Pengetahuan responden tentang syarat donor darah ... 66

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 66

Tabel 4.16. Gambaran sikap responden ... 67

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi sikap responden ... 70

Tabel 4.18. Responden melihat oraang lain donor darah ... 71


(16)

Tabel 4.20. Ada tidaknya anggota keluarga Responden yang menjadi

pendonor darah rutin ... 72

Tabel 4.21. Tanggapan teman-teman responden mengenai donor darah ... 73

Tabel 4.22. Ada tidaknya teman responden yang menjadi pendonor darah rutin ... 73

Tabel 4.23. Pernah tidaknya orang tua responden bercerita tentang donor darah ... 74

Tabel 4.24. Pernah tidaknya perkumpulan lain mengadakan kegiatan donor darah ... 75

Tabel 4.25. Kelompok Refrensi ... 76

Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Kelompok Referensi ... 78

Tabel 4.27. Niat mendonorkan darah ... 79

Tabel 4.28. Tindakan yang akan responden lakukan jika ada aksi donor darah ... 80

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Niat Responden ... 80

Tabel 4.30. Tindakan anggota organisasi dalam hal donor darah ... 80

Tabel 4.31. Tempat pertama kali melakukan donor darah ... 81

Tabel 4.32. Berapa kali responden pernah mendonorkan darah ... 82

Tabel 4.33. Manfaat yang dirasakan responden ... 83

Tabel 4.34. Apakah anda mengajak teman/ keluarga untuk mendonorkan darah ... 83

Tabel 4.35. Mengapa anda tidak pernah melakukan donor darah ... 84


(17)

ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggota Organisasi Kepemudaan Alumni Budi Mulia (Album-Medan) Terhadap donor Darah Di Pmi Medan Tahun 2012

Pentingnya ketersediaan darah untuk memenuhi kebutuhan akan darah yang dapat terjadi kapan saja seperti untuk korban kecelakaan, pasien operasi mayor seperti jantung, seksio sesarea, dan untuk penderita penyakit darah seperti hemophilia dan thalassemia. Ketersediaan darah dapat ditanggulangi dengan mendapatkan bantuan darah dari pemuda. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi anggota organisasi kepemudaan ALBUM-Medan dalam mendonorkan darah di PMI ALBUM-Medan Tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) terhadap mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI), yaitu karakteristik, sumber informasi, modal sosial, pengetahuan, sikap, kelompok referensi, niat dan tindakan pemuda untuk mendonorkan darah di UTD-PMI Medan Tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling, dimana responden adalah anggota organisasi kepemudaan ALBUM-Medan yang mendaftar tahun 2009-2011. Dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden terbanyak berumur 18 tahun (33,9%), responden terbanyak adalah laki-laki (59,7%). Sumber informasi responden masih terkategori sedang (71,0%). Pengetahuan responden dikategorikan sedang (67,7%). Modal sosial responden dikategorikan sedang (50,0%). Sikap responden dikategorikan baik (88,7%). Kelompok referensi dan sikap sangat berperan terhadap niat responden. Dan niat akan mempengaruhi tindakan. Responden terbagi dua yaitu responden yang pernah mendonorkan darah sebanyak 7 orang dan responden yang belum pernah mendonorkan darah sebanyak 55 orang. Dari responden yang pernah mendonorkan darah, memiliki tindakan yang dikategorikan baik (85,7%).

Dari hasil penelitian disarankan agar pihak PMI lebih aktif mempromosikan donor darah kepada organisasi kepemudaan untuk menanggulangi ketersediaan stok darah.


(18)

ABSTRACT

The importance of the availability of blood was to meet the need for blood transfusions that could occured anytime such as for accident victims, patients with major surgery such as heart disease, cesarean section, and for patients with blood diseases such as hemophilia and thalassemia. Therefore, it was very important to know what are the factors that could affected members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood at Medan Red Cross in 2012.

The purposed of this studied was aimed to determine the factors that affect members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood, the factors were characteristics, sources of information, knowledge,social capital, attitude, reference groups, intentions and actions of members of youth organizations ALBUM-Medan to donate blood at Medan Red Cross in 2012. This research used descriptive quantitative. The number of respondents in this studied amounted to 62 people with Total Sampling as the sampling technique, where the respondent was a person who members of youth organizations ALBUM-Medan that register in 2009-2011. The results are presented in frequency distribution table.

The results showed that based on the characteristics of most respondents aged 18 years (33,9%), most respondents were male (59,7%). The sources of information respondents is medium (71,0%). There were (67,7%) respondents that had medium knowledge. There were (50,0%) respondents that had medium social capital. The attitude of the respondents considered good (88,7%). Reference group and the attitude was contribute to the intention of respondents. And the intention was contribute to the action. The action of respondents devided into two, that are respondents who had donated blood (7 people) and respondents who have never donated blood (55 people). The action of respondents who had donated blood considered good (85,7%).

From the research results suggested that the PMI to further enhance the promotion of blood donation to the youth organizations so that the stocks of blood increase.

Keywords: ALBUM-Medan, Blood Donate, PMI


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kesehatan adalah hak azasi dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan guna meningkatkan kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

Wacana tentang kesehatan sebagai hak azasi manusia dan sekaligus investasi sumber daya manusia tersebut telah terdengar dimana-mana. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan salah satu organisasi yang membantu pemenuhan hak azasi manusia dalam bidang kesehatan misalnya dalam hal penyelenggaraan donor darah. (Depkes, 2006)

Penyelenggaraan donor darah di Indonesia, dilakukan oleh tiga pilar penyelenggara yang memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap pemenuhan stok darah. Pertama, Kementerian Kesehatan selaku pemegang regulasi. Kedua Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) yang berperan menggugah serta memotivasi masyarakat agar mau melaksanakan kegiatan donor darah dan ketiga Palang Merah Indonesia (PMI), sebagai lembaga yang diamanatkan melakukan kegiatan transfusi darah (Adang, 2012).

PMI merupakan organisasi pelaksana dari Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980 tentang transfusi darah dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.478/Menkes/Per/X/1990 tentang upaya kesehatan di bidang transfusi darah. Supaya tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, PMI


(20)

membentuk Unit Transfusi Darah (UTD) sebagai pelaksana teknis mulai dari tingkat Pusat hingga di Kabupaten dan Kota (PMI Pusat, 1998).

Tugas pokok PMI adalah kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana, pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta pelayanan transfusi darah (sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980). Oleh sebab tugas pokok tersebut, PMI memberi pelayanan transfusi darah. Saat ini Palang Merah Indonesia telah melaksanakan kegiatan transfusi darah yang tersebar di 30 Provinsi Tingkat I dan 323 cabang di daerah dengan 165 UTD di seluruh Indonesia (Munandar, 2008).

Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya. Untuk itu UTD PMI dituntut untuk membangun jaringan yang sangat luas melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah, serta membangun jaringan sesama Palang Merah baik nasional maupun internasional. PMI semakin dirasakan kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Sudah banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang dipetik PMI dalam penanggulangan korban baik kecelakaan, bencana alam, suasana konflik bersenjata maupun dalam penyediaan darah. (Depkes, 2006)

Untuk memenuhi kebutuhan darah bagi masyarakat itu, PMI menjalin kerjasama instansi baik TNI-Polri sebagai pendonor rutin, pendonor dari keluarga pasien, lembaga pendidikan serta di gerai-gerai donor darah yang diadakan oleh PMI sewaktu-waktu di tempat-tempat umum seperti kampus, mall, dan lain sebagainya.


(21)

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh PMI, namun masyarakat untuk mendonorkan darahnya tetap saja rendah. Hal ini menandakan kurang optimalnya usaha PMI dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang berpotensi dalam hal sumbangan darah.

Masyarakat belum menyadari bahwa donor darah tidak hanya memiliki nilai kemanusian tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Jukka Salonen (1997), dan koleganya dari Universitas Kuopio, Finlandia bahwa donor darah dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner pada pendonor darah pria karena berkurangnya jumlah zat besi dalam darah (Buletin Transfusi Darah, 1997).

Namun ketersediaan stok darah di PMI sering kali tidak mencukupi kebutuhan di masyarakat. Selain karena usaha PMI yang kurang optimal, hal ini juga dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat donor darah bagi kesehatan si donator dan banyaknya mitos-mitos yang berkembang di Indonesia tentang dampak negatif dari donor darah. Beberapa mitos negatif yang berkembang di masyarakat seputar donor darah antara yaitu; donor darah dapat membuat kita gemuk, membuat badan lemas, wanita tidak boleh mendonorkan darah, menimbulkan kecanduan. Selain itu banyak juga masyarakat yang beranggapan bahwa PMI memperjualbelikan darah hal ini dikarenakan bahwa pasien yang membutuhkan darah diharuskan membayar biaya pengganti pengelolaan darah (BPPD) untuk setiap kantong darah (PMI, 2009).

Peran masyarakat mendukung kerja lembaga kemanusiaan ini rendah, padahal lembaga ini sangat vital menghadapi kondisi darurat, garda terdepan saat bencana


(22)

seperti gempa dan tsunami Aceh, gempa Padang serta menjadi bank darah rujukan. Bagaimanapun PMI punya tanggung jawab sekaligus peran besar untuk menyelamatkan banyak nyawa manusia. Tetapi pada kenyataannya, kesadaran masyarakat dalam mendonorkan darah baru 0,6%. Maka tidak heran jika terdengar banyak daerah kekurangan pasokan darah (Yuliady, 2010).

Pentingnya ketersediaan darah di bank darah PMI adalah untuk memenuhi kebutuhan akan transfusi darah yang dapat terjadi kapan saja seperti untuk korban kecelakaan yang dalam kondisi gawat darurat yang membutuhkan transfusi darah, pasien operasi mayor seperti operasi jantung, bedah perut, seksio sesarea, para penderita penyakit darah seperti thalassemia (PMI.2009).

Palang Merah di negara-negara maju tidak mengalami kendala yang berarti dalam menjalankan peran dan fungsinya, terutama dalam hal ketersediaan darah. Mereka pada umumnya telah memiliki relawan donor darah sukarela, sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) dan Council of Europe agar digalakkan penggunaan darah yang bersumber dari donor darah sukarela yang tidak dibayar (Contretas, 1995).

Data dari negara maju menunjukkan tingkat donasi darah sebanyak 60-100 per 1000 penduduk, sedangkan di Asia tingkat donasi darah yang paling maju adalah Jepang yaitu 68 per 1000 penduduk, Korea 40 per 1000 penduduk, Singapura 24 per 1000 penduduk, Thailand 13 per 1000 penduduk, dan Malaysia 10 per 1000 penduduk (Aziz, 2000).

Ketersediaan pasokan darah masih perlu ditingkatkan mengingat masih tingginya permintaan darah di Indonesia. Tingginya permintaan dipengaruhi beberapa


(23)

hal seperti keadaan geografis Indonesia yang masih rawan bencana, tingginya angka kecelakaan, dan kematian ibu yang kebanyakan diakibatkan perdarahan (Adang, 2012).

Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun, 2008).

Pada tahun 2005, Palang Merah Indonesia (PMI) mampu mengumpulkan 1.285.000 kantung darah atau setara dengan 350.000 donor darah. Ini diasumsikan bahwa tingkat penyumbangan adalah 6 orang per 1.000 penduduk. Jumlah ini tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi populasi di Indonesia. Bila menggunakan tolok ukur yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia, World Health Organisation (WHO), untuk jumlah penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 230-240 juta, idealnya memiliki kantong darah sekitar 2% dari jumlah penduduk, atau sekitar 4,6 juta kantong per tahun (PMI, 2009).

Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna memenuhi kebutuhan 4,5 juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit transfusi darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada tahun 2008 darah yang terkumpul sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut menggambarkan bahwa


(24)

kebutuhan akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari donor darah masih rendah.

Di Kota Medan, rata-rata kebutuhan darah di rumah sakit setiap harinya mencapai 100 kantong darah dengan ukuran setiap kantongnya sekitar 350 cc. Golongan darah yang dibutuhkan bervariasi baik golongan darah 0, A, B maupun AB. Sedangkan pasokan darah yang mampu disediakan oleh PMI Cabang Medan masih antara 50 hingga 80 kantong darah dengan jumlah ketersediaan golongan darah AB 6%, golongan darah 0 40% dan 54% golongan darah A dan B. Hal ini membuktikan bahwa realisasi dari aksi donor darah di Kota Medan masih kurang. Jumlah Donor Darah Sukarela (DDS) di Kota Medan juga rendah bila dibandingkan dengan DDS di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Di Pulau Jawa DDS mencapai 90% sedangkan di Medan DDS hanya 15-20% (Lidya, 2006).

Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Medan krisis stok darah karena tidak seimbangnya kebutuhan dan pasokan. PMI Medan per harinya kekurangan stok darah sekitar 60 kantong dari 160 kantong darah yang dibutuhkan per hari (www.waspada.co.id, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asri Budiningsih (2010) terhadap 65 pendonor darah yang mendonorkan darah di UTD-PMI Medan menunjukkan 9 orang (13,8%) berada pada kelompok umur 19 tahun - 24 tahun, 9 orang (13,8%) berada pada kelompok umur 25 tahun - 30 tahun, 13 orang (20%) berada pada kelompok umur 31 tahun - 36 tahun, 13 orang (20%) berada pada kelompok umur 37 tahun - 42 tahun, 10 orang (15,4%) berada pada kelompok umur


(25)

43 tahun - 48 tahun, 4 orang (6,2%) berada pada kelompok umur 49 tahun - 54 tahun, 7 orang (10,8%) berada pada kelompok umur 55 tahun - 60 tahun.

Dari data diatas terlihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur yang paling besar menyumbangkan darah adalah umur 31 − 36 dan 37 − 42 tahun yaitu 13 orang (20%). Padahal untuk umur 19 tahun - 24 tahun hanya 9 orang yang mendonorkan darah. Ini adalah angka yang sangat kecil. Umur 19 tahun-24 tahun masih dalam kategori usia produktif tetapi sangat sedikit jumlahnya dalam hal donor darah.

Organisasi Album yang merupakan organisasi kepemudaan memiliki anggota yang berada pada usia produktif, yang menurut hemat peneliti sangat berpotensial sebagai pendonor darah aktif. Anggota organisasi Album sebagai masyarakat muda yang masih kuat dan bersemangat hendaknya berperan aktif dalam meningkatkan jumlah ketersediaan darah. Album sebagai organisasi kepemudaan dapat berperan secara langsung dengan menjadi donor darah sukarela berkala, bisa juga secara tidak langsung dengan mengajak atau mempromosikan aksi donor darah kepada masyarakat luas. Promosi aksi donor darah ini bisa dilakukan dalam banyak kegiatan Album, seperti kegiatan sosial yang rutin dilakukan setiap tahun, contohnya : pada saat bakti sosial.

Dengan adanya sifat kerelaan dalam pertemanan seperti organisasi non formal ini, masih ada harapan yang besar dalam proses peningkatan bantuan darah . Modal sosial yang merupakan sarana agar terjadi keikatan yang kokoh dalam membangun suatu kelompok masyarakat, masih terdapat dalam berbagai organisasi non formal.


(26)

Maka, tidak diragukan jumlah bantuan darah semakin meningkat jika PMI lebih aktif dalam mengupayakan organisasi non formal seperti organisasi ALBUM-Medan ini.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemuda dalam mendonorkan darahnya di PMI. Dengan demikian penulis mengangkat judul “Faktor-faktor yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) terhadap mendonorkan darah di PMI Medan Tahun 2012”. 1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini faktor-faktor apa saja yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) terhadap mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: Untuk melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) terhadap mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan).


(27)

2. Untuk mengetahui gambaran sumber informasi yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) dalam mendonorkan darah di PMI cabang Medan tahun 2012.

3. Untuk mengetahui pengetahuan anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) tentang donor darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

4. Untuk mengetahui gambaran modal sosial yang ada dalam kelompok organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) .

5. Untuk mengetahui sikap anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) dalam mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

6. Untuk mengetahui peran kelompok referensi dalam memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

7. Untuk mengetahui niat dari anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) dalam mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

8. Untuk mengetahui tindakan anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) dalam mendonorkan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Medan tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian


(28)

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah penelitian Pendidikan kesehatan dan Ilmu Perilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dapat berguna sebagai bahan informasi untuk penelitian atau studi selanjutnya tentang pendonor darah.

3. Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat khususnya ALBUM-Medan mengenai manfaat dari donor darah.

4. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan) dan pihak PMI dalam menumbuhkan minat masyarakat untuk donor darah.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia antara lain ; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Sedangkan menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun, dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan Perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Determinan atau Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat pengetahuan, jenis kelamin, perhatian, persepsi, tingkat emosional, motivasi, dan sebagainya.

2. Determinan atau Faktor eksternal, yakni berupa faktor lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi maupun politik.


(30)

2.2. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). 2.3.1. Tingkatan Pengetahuan

1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual


(31)

pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.

3. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

4. Pengetahuan Metakognitif

Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.


(32)

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu: 1. Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).


(33)

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).

5. Mengevaluasi

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

6. Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing) (Widodo,2006).

2.3.2. Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.


(34)

Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.

Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan.Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.

Sumber ketiga yaitu pengalaman indrawi. Bagi manusia, pengalaman indrawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.

Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap


(35)

hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.

Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).

2.3.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 1. Pendidikan


(36)

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).

3. Usia

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.


(37)

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

2.4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2005) dalam bukunya membagi sikap menjadi empat tingkatan, yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.


(38)

Bertanggung jawab diartikan berkaitan atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.

2.4.1. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek, sedangkan tidak langsung adalah dengan memperhatikan atau melakukan observasi kepada responden. Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah:

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoadmodjo,2007).


(39)

Menurut Ahmadi dalam Notoadmodjo (2007), fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu:

1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang tersebut.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman di beri nilai lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi objek tersebut.


(40)

2.5. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

a. Persepsi (perception)

Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adaptasi (adaptacion)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau


(41)

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.6. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.

b. Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon


(42)

3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.

4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (Nugroho, 2008).

2.7. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)

Theory of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam Theory of Reasoned Action, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat menentukan seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Ajzen mengemukan bahwa niat dipengaruhi oleh dua penentu yaitu (Jogiyanto 2007) :

1. Sikap

Merupakan gabungan baik dari evaluasi positif maupun negatif dari faktor-faktor perilaku dan kepercayaan tentang akibat dari perilaku.

2. Norma subjektif

Merupakan gabungan dari beberapa pandangan tentang tekanan/ aturan dan norma sosial untuk membentuk suatu perilaku. Fisben dan Ajzen mengunakan istilah motivation to comply, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA


(43)

dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Secara skematik TRA digambarkan seperti skema di Skema 1 (Glanz, dkk, 2002).

Gambar 1. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA)

\

Keterangan gambar 1 di atas adalah : Behavioral

beliefs/keyakinan

Attitude toward behavior/ Sikap terhadap perilaku

Evaluations of behavioral outcomes/evaluasi dari hasil

perilaku

Normative beliefs /Keyakinan Normatif

Behavioral intention/ niat Subjective norm/

Norma subjektif

Behavior/ Tindakan

Motivation to comply/pemenuhan


(44)

Behavioral beliefs/ keyakinan merupakan keyakinan yang dirasakan oleh subjek terhadap suatu unsur dan evaluations of behavioral outcomes yaitu hasil yang telah diperoleh dari perilaku yang akan memengaruhi attitude toward behavior adalah sikap terhadap perilaku yang akan dilakukan. Kemudian untuk melakukan suatu perilaku pada situasi dan kondisi tertentu dipengaruhi oleh normative beliefs/ keyakinan normatif yaitu keyakinan tentang apakah menyetujui perilaku atau tidak dan motivation to comply/ pemenuhan motivasi merupakan hal yang mendorong untuk melakukan perilaku. Setelah sikap individu baik dan didukung oleh norma subjektif pada situasi dan kondisi yang mendukung maka akan memengaruhi niat seseorang untuk bertindak atau tidak.

2.8. Social Learning Theory dari Bandura

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam peraturan yang alami/ lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang memengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), harapan dan nilai memengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan.

Karakteristik fisik seperti jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda memengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.


(45)

Tingkah laku dihadirkan oleh model, model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode simbolik. Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).

Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.

Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.

Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/ guru/ dosen/ guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap


(46)

pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.

2.9. Modal Sosial

Suatu kelompok masyarakat sangat erat kaitannya dengan modal sosial. Modal sosial adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan tentang dunia (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colletta & Cullen, 2000).

Modal sosial menurut Fukuyama (2000) adalah serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara anggota kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar saling mempercayai (mutual-trust). Norma-norma yang menghasilkan modal sosial harus secara substantif menginternalkan seperti kejujuran, pemenuhan tugas dan kesediaan untuk saling menolong serta berkomitmen bersama.

Fukuyama (2002) juga menyatakan bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dan sektor lainnya. Ini terkait dengan melekatnya nilai-nilai yang kuat dan tumbuhnya tingkat rasa saling percaya yang tinggi di tengah masyarakat. Tingkat kohesisifitas ke dalam yang kuat, dan


(47)

keluasan jaringan keluar yang tinggi, adanya rasa saling percaya, nilai-nilai dan norma yang menunjang berbagai bentuk interaksi sosial yang dilakukan akan dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.

2.10. PMI

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia (Anonim, 2010).

Tugas-tugas pokok PMI sesuai dengan konvensi-konvensi Jenewa (1949) adalah : 1. Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana.

2. Pelatihan Pertolongan Pertama untuk sukarelawan. 3. Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat. 4. Pelayanan transfusi darah.

2.10.1. Unit Transfusi Darah (UTD)

Unit Transfusi Darah sudah dibentuk oleh PMI pada tahun 1950 sebagai kelanjutan usaha Transfusi Darah yang diselenggarakan oleh Palng Merah Belanda, namun antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1968 sangat sedikit kemajuan yang dicapai. Di beberapa kota ada Dinas Transfusi Darah (DTD) seperti di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang , Surabaya, Ujung Pandang, Medan, dan beberapa kota lainnya


(48)

yang umumnya berupa unit- unit pendaftaran donor. Namun pada masa itu koordinasi tidak berjalan dengan baik (Munandar, 2008).

Program transfusi darah secara nasional di lingkungan Palang Merah Indonesia baru dimulai pada tanggal 1 Februari 1969, dengan didirikannya Lembaga Pusat Transfusi Darah (LPTD) yang kemudian berkembang menjadi Unit Transfusi Darah Pusat yang memiliki cabang di seluruh Indonesia.

Fungsi dari Unit Transfusi Darah yakni sebagai berikut :

1. Sebagai pelaksana teknis dalam upaya kesehatan transfusi darah di tingkat pusat. 2. Mengawasi dan membina UTDD/UTDC PMI seluruh Indonesia.

3. Melaksanakan produksi bahan-bahan/ alat-alat penyediaan darah dan produk darah. 4. Melaksanakan pegerahan dan pelestarian donor darah sukarela secara nasional. 5. Melaksanakan penyediaan logistik bahan-bahan penyediaan darah.

6. Membantu pengurus pusat PMI dalam menyiapkan pedoman/ketentuan. 7. Menjalankan hubungan fungsional dengan instansi dan lembaga lain sesuai tugasnya.

Pada dasarnya darah tidak boleh diperjualbelikan. Namun pelaksanaan upaya kesehatan transfusi darah sangat memerlukan dukungan ketenagaan, peralatan, dana dan system pengelolalaannya yang pada hakikatnya kesemuannya itu memerlukan biaya. Sumber dana PMI sendiri terbatas, maka dikenakanlah biaya pengelolaan darah (service cost), semata-mata untuk mengganti biaya pengelolaan darah sejak darah diambil dari donor sampai darah ditransfusikan pada pasien.


(49)

Darah adalah materi biologis yang bersifat multi antigenik, sehingga secara potensial dapat menimbulkan berbagai reaksi pada individu lain. Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifuddin, 1995).

Darah adalah jaringan ikat berbentuk cairan yang terdiri dari 4 bagian yaitu sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel-sel-sel darah putih (leukosit), sel-sel-sel-sel darah pembeku atau keeping-keping darah (trombosit), dan cairan darah (plasma darah). Darah merupakan alat pengangkut utama didalam tubuh kita. Darah manusia berwarna merah, tetapi warna itu tidak tetap. Kadang-kadang darah itu berwarna merah kehitam-hitaman, hal ini terkangantung jumlah oksigen dan karbondioksida yang terkandung dalam darah (Irianto, 2004).

Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut:

a. Sebagai zat pengangkut sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.

b. Sel darah merah (eritrosit) membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru.

c. Melawan infeksi bakteri melalui kerja sel darah putih.

d. Mengatur keseimbangan asam dan basa untuk menghindari kerusakan jaringan. e. Mengangkut metabolism dari jaringan ke alat-alat pengeluaran.

f. Menjaga suhu tubuh.

g. Mengedarkan air ke seluruh tubuh.

h. Mengedarkan hormon dan enzim-enzim ke seluruh tubuh.

Volume rata-rata darah orang dewasa adalah 6-8% dari berat tubuh atau sekitar 5– 6 liter. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma.


(50)

Komponen berbentuk kurang lebih 45% yang terdiri dari sel darah merah atau disebut eritrosit, sel darah putih atau disebut lekosit dan sel pembekuan atau disebut trombosit. 55% merupakan bentuk cair yang disebut sebagai plasma.

Komponen darah terdiri dari : a. Sel darah merah atau eritrosit b. Keping-keping darah atau trombosit c. Sel darah putih atau leukosit

d. Serum darah atau plasma 2.10.3 Transfusi Darah

Transfusi darah adalah suatu tindakan medis dalam rangka proses pemindahan darah dari seorang donor kepada resipien untuk memulihkan kesehatan dan menyelamatkan nyawa seseorang. Dalam proses ini terkait berbagai usaha yaitu memelihara keadaan biologis (viability) darah dan komponennya, mengamankan serta mencocokkan dengan resipien, sehingga tetap bermanfaat sebagai pengobatan bagi resipien (Ebrahim, 2004).

2.10.4 Donor Darah

Menurut WHO, Depkes dan UNFPA (2001) ada 3 macam donor darah yaitu : a. Donor keluarga/donor pengganti (DP)

Donor darah pengganti adalah donor yang menyumbangkan darahnya untuk mengganti darah yang telah diambil dari UTD untuk keluarga/teman mereka. Dalam sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dipenuhi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien. Biasanya keluarga pasien diminta untuk menyumbang darahnya,. Di


(51)

beberapa negara setiap pasien wajib memberikan nama sejumlah donor pengganti, donor tidak dibayar oleh UTD tetapi mereka diberikan uang atau bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien.

Ada dua bentuk utama system ini yaitu :

1) Keluarga pasien menyumbangkan darah dengan jumlah yang sama dengan yang diberikan kepada kerabatnya, oleh UTD darah tersebut dijadikan persediaan (stok UTD) dan donor tidak diberi tahu identitas dari penerima darahnya.

2) Donasi khusus (directed donation) bentuk ini donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, hal ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO dan badan keamanan darah dunia (Global Blood Safety Initiative).

Dalam ketentuan target minimum pelayanan transfusi darah (minimum target for blood transfusion services) menyatakan bahwa sumbangan donor darah dari keluarga atau pengganti harus ditujukan kepada UTD dan tidak boleh khusus ditujukan kepada penerima tertentu (WHO, 2001).

b. Donor komersial/donor bayaran

Donor komersil menerima uang untuk darah yang disumbangkannya. Mereka seringkali menyumbangkan darah secara teratur bahkan rentang waktu donorpun tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.Cara lainnya mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti dengan pembayaran menurut tarif tersendiri (Roestam. M, 1978).

Donor komersil biasanya termotivasi oleh apa yang akan mereka terima untuk darah mereka, bukan oleh keinginan menolong orang lain.


(52)

c. Donor sukarela

Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu mendonorkan darah kepada orang yang tidak mereka kenal dan tidak menerima sesuatu keuntungan. Bentuk penghargaan yang tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagai pengganti uang adalah :

1. Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat, yang tidak memiliki nilai komersil.

2. Penggantian biaya perjalanan yang secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka menyumbangkan darah.

3. Pemberian makanan ringan sebelum, selama, dan setelah menyumbangkan darah. 2.10.5 Syarat-Syarat Untuk Donor Darah

Syarat-syarat untuk menjadi pendonor adalah sebagai berikut (UTD-PMI,2010) : 1. Umur 18-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin

tertulis dari orang tua) 2. Berat badan minimal 50 kg.

3. Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius.

4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg. 5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 70-95 kali/ menit.


(53)

7. Tidak sedang menderita penyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, diabetes, kanker, penyakit kulit kronis, dan tidak menderita penyakit infeksi : malaria, hepatitis, HIV/ AIDS.

8. Tidak menerima transfusi darah/ komponen darah 6 bulan terakhir.

9. Bagi pendonor tetap, donor darah terakhir minimal 8 minggu yang lalu, maksimal donor 5 kali dalam setahun.

10.Bagi wanita tidak sedang hamil, menyusui dan menstruasi. 11. Bukan Pecandu alkohol/ Narkoba.

2.10.6. Manfaat Donor Darah

Ada manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh setelah melakukan donor darah bagi si pendonor (Anonim, 2010) :

1. Mengetahui golongan darah tanpa di pungut biaya

2. Secara teratur memeriksakan kesehatan (tiap kali menjadi donor) meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, tinggi badan, berat badan, hemoglobine, penyakit dalam, penyakit hepatitis A dan C, penyakit HIV/AIDS.

3. Pendonor yang secara teratur mendonorkan darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung terutama pada laki-laki sebesar 30% (British Journal Heart) seperti serangan jantung koroner dan stroke karena memungkinkan terjadinya pergantian sel darah baru.

4. Meningkatkan produksi sel darah merah donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita


(54)

akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasikan pembuatan darah baru.

5. Membantu penurunan berat tubuh. Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 350 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

2.10.7. Pengambilan Darah Donor

Di Indonesia pengambilan darah untuk donor sebanyak 350 ml, namun apabila dalam keadaan darurat orang yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg diizinkan untuk mendonorkan darah dengan pengambilan darah sebanyak 250 ml. Di Negara barat pengambilan darah sebanyak 450 ml, sedangkan di asia seperti Jepang pengambilan darah sebanyak 400 ml, Korea 300 ml, singapura 350 ml(Roestam, 1978).

2.11. ALBUM (Alumni Budi Mulia)

ALBUM-Medan atau Alumni Budi Mulia yang berdomisili di medan merupakan organisasi kepemudaan yang bergerak dalam kegiatan sosial. Sejarah terbentuknya Ikatan Alumni SMA Budi Mulia–Medan, atau (Album Medan) berawal dari rasa persaudaraan , rasa sosial dan ingin berkumpul bersama dengan teman-teman SMA dulu. Sehingga muncul inisiatif untuk membentuk sebuah komunitas, dimana pada saat itu memang sudah ada komunitas Alumni Budi Mulia tetapi masih tiap stambuk.


(55)

Pertemuan demi pertemuan adakan oleh setiap perwakilan kampus di medan yang berasal dari tamatan SMA Budi Mulia Pematangsiantar, namun hasilnya kadang kurang maksimal dan tidak sesuai dengan yang harapkan, dengan beberapa kali pertemuan akhirnya menemukan titik terang sehingga begitu banyaknya teman-teman alumni yang ada di Medan datang untuk berkumpul dan memberikan ide-idenya, mulai dari stambuk 1998 sampai dengan stambuk 2003.

Maka kesimpulan dari pertemuan itu ditetapkan untuk melanjutkan ikatan Alumni Budi Mulia dan bukan untuk membentuk lagi, itulah yang menjadi syarat dari alumni yang terdahulu, karena sebelumnya ikatan alumni itu sudah ada di Medan, namun pada saat itu masih belum berjalan dengan baik, dengan kata lain, kurangnya keseriusan dari alumni-alumni, makanya untuk melanjutkan ikatan alumni tersebut harus dibentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan pertimbangan-pertimbangan yang dipaparkan demi kelangsungan organisasi ini. Dan semua peserta rapat menyetujuinya. Oleh sebab itu dibentuklah Tim Sembilan yang akan membentuk AD/ART ALBUM-Medan.

Dengan menyisihkan waktu, mengutarakan ide, tenaga serta kerja keras yang dilakukan tim Sembilan seehingga menghasilkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan 10 Bab 19 Pasal pada Anggaran Dasar, 9 Bab dan 34 Pasal pada Anggaran Rumah Tangga.


(56)

2.12. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

s

Gambar 2. Kerangka konsep Penelitian

Gambar tersebut menunjukkan tindakan pendonor darah dalam mendonorkan darah. Pengetahuan individu ditentukan dari karakteristik dan sumber informasi yang di dapatkan individu tersebut. Pengetahuan akan memengaruhi sikap individu. Selain pengetahuan, sikap individu juga dipengaruhi oleh modal sosial yang tumbuh antar individu. Sikap dan kelompok refrensi akan memengaruhi niat seseorang, niat inilah yang akan mendorong seseorang melakukan suatu tindakan.

Karakteristik: - Umur

- Jenis Kelamin

Modal Sosial

Sumber Informasi: - Media Cetak - Petugas

kesehatan - Media Elektronik - Orang lain diluar

petugas kesehatan (Teman, guru, dan lain-lain) Sikap Mendonorkan Darah Pengetahuan Tentang Donor Darah Niat Mendonork an Darah Tindakan Mendonorkan Darah Kelompok referensi :

− Keluarga


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM- Medan) dalam mendonorkan darah di PMI Medan Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena :

a. Secara purposive sampling melihat bahwa ALBUM-Medan merupakan organisasi kepemudaan yang belum pernah melakukan kegiatan mendonorkan darah.

b. Pemuda memiliki fisik sehat dan jiwa yang bersemangat, dengan melihat anggota organisasi ALBUM-Medan dalam mendonorkan darah, maka dapat dilihat gambaran pemuda dalam perilaku mendonorkan darah.

c. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM- Medan) dalam mendonorkan darah di PMI Medan Tahun 2012.


(58)

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan saat dimulai penyusunan proposal yaitu bulan Agustus sampai selesai penelitian pada bulan November 2012.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota organisasi kepemudaan Alumni Budi Mulia (ALBUM-Medan) yang mendaftar pada tahun 2009-2011 yaitu sebanyak 62 orang.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menjumpai seluruh sampel satu per satu.

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dipersiapkan sebelumnya

3.4.2. Data Sekunder

Data diperoleh dari buku keanggotaan ALBUM-Medan, laporan kegiatan ALBUM-Medan,dan majalah PMI.

3.5. Definisi Operasional

1. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden yang dapat membedakannya dari responden lain, yang terdiri dari :


(1)

Setuju 17 27.4 27.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

Jika ada acara Aksi Donor Darah, saya akan turut melakukan donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 8.1 8.1 8.1

Tdak Setuju 18 29.0 29.0 37.1

Setuju 39 62.9 62.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah anda pernah melihat org Donor Darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 41 66.1 66.1 66.1

Pernah 21 33.9 33.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

Bagaimana tanggapan orang tua anda mengenai Donor Darah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang paham mengenai Donor

Darah 10 16.1 16.1 16.1

Tidak pernah memberikan tanggapan mengenai Donor Darah


(2)

Mengajak/. Menganjurkan untuk

donor 14 22.6 22.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah ada salah satu keluarga anda yg menjadi pendonor darah rutin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ada 56 90.3 90.3 90.3

Ada 6 9.7 9.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Bagaimana tanggapan teman2 anda mengenai donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang paham mengenai Donor

Darah 19 30.6 30.6 30.6

Mendukung 31 50.0 50.0 80.6

Mengajak/menganjurkan untuk

donor 12 19.4 19.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah ada teman anda yang menjadi pendonor darah rutin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ada 49 79.0 79.0 79.0

Ada 13 21.0 21.0 100.0


(3)

Apakah org tua anda pernah bercerita tentang donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 39 62.9 62.9 62.9

Ya 23 37.1 37.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah di perkumpulan anda yang lain pernah diadakan kegiatan donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 43 69.4 69.4 69.4

Pernah 19 30.6 30.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Teman2 mempunyai banyak informasi lengkap mengenai donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 6.5 6.5 6.5

1 30 48.4 48.4 54.8

2 13 21.0 21.0 75.8

3 11 17.7 17.7 93.5

4 4 6.5 6.5 100.0

Total 62 100.0 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 4.8 4.8 4.8

1 26 41.9 41.9 46.8

2 17 27.4 27.4 74.2

3 13 21.0 21.0 95.2

4 3 4.8 4.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

Teman2 Saya sangat sering membahas tentang Donor Darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 32 51.6 51.6 51.6

2 15 24.2 24.2 75.8

3 9 14.5 14.5 90.3

4 6 9.7 9.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Sanak saudara saya sangat sering membahas tentang Donor Darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 1.6 1.6 1.6

1 37 59.7 59.7 61.3

2 11 17.7 17.7 79.0


(5)

4 6 9.7 9.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Sanak saudara saya merekomendasikan perilaku mendonorkan darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 42 67.7 67.7 67.7

2 9 14.5 14.5 82.3

3 7 11.3 11.3 93.5

4 4 6.5 6.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

Teman2 saya merekomendasikan perilaku mendonorkan darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 32 51.6 51.6 51.6

2 11 17.7 17.7 69.4

3 13 21.0 21.0 90.3

4 6 9.7 9.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah anda berniat mendonorkan darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 19 30.6 30.6 30.6


(6)

Apakah di perkumpulan anda yang lain pernah diadakan kegiatan donor darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 43 69.4 69.4 69.4

Pernah 19 30.6 30.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Jika ALBUM mengadakan aksi Donor Darah, maka saya akan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mengabaikannya 12 19.4 19.4 19.4

Ikut Berpartispasi 50 80.6 80.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Apakah anda pernah mendonorkan darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 55 88.7 88.7 88.7

Pernah 7 11.3 11.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

Pada saat kapan pertama kali anda mendonorkan darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Donor di UTD ketika ada

teman/keluarga yg membutuhkan 2 28.6 28.6 28.6

Donor ketika ada acara di