BAB IV PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI KUDANGAN DALAM
PERKAWINAN ADAT BETAWI
A. Hakekat Perkawinan Adat Betawi
Untuk memperluas pemahaman dan pengertian kita tentang perkawinan adat, maka penulis sajikan beberapa konsep pengertian perkawinan adat dari
beberapa tokoh hukum adat, diantaranya R. Wiryono Projodikoro mengatakan: Perkawinan yaitu suatu hidup
bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat- syarat dalam peraturan perkawinan”.
1
Soebakti poesponoto mengatakan “Perkawinan adalah suatu usaha yang menyebabkan terus berlangsungnya golongan dengan tertibnya, suatu syarat yang
menyebabkan terlahirnya angkatan baru golongan itu”.
2
Surojo wignjodipuro mengatakan “bahwa perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab
perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua pihak dan saudara-saudaranya.
3
1
Wiryono Projodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, 1984, h 7
2
Soebakti Poeponoto, Azas-Azas dan Susunan Hukum Adat, Jakarta: Pradya Paramita, 1983, h. 187
3
Surojo Wignjodipuro, Pengertian Asas-Asas Hukum Adat, Jakarta: Gunung Agung, 1983, h. 122
41
42
Dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa perkawinan adat merupakan wujud idealnya kebudayaan sebagai tata kelakuan yang timbul dan
berkembang dalam suatu masyarakat. Setiap suku bangsa mempunyai sikap hidup dan nilai budaya tertentu. Sikap dan nilai budaya itu mencerminkan kepribadian
atau falsafah hidup suku bangsa yang bersangkutan. Masyarakat Betawi dikenal sebagai masyarakat yang fanatik dengan agama
Islam,dan adat istiadatnya banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam termasuk dalam hal perkawinan. Namun kenyataannya saat ini, adat perkawinan Betawi sudah
tidak lagi mengikuti adat masyarakat Betawi asli yang sudah mengalami perubahan- perubahan dari adat aslinya.
Dalam perkawinan Betawi diatur oleh adat yang dinamakan adat perkawinan Betawi, biasanya dimulai perjumpaan dan pendekatan, lamaran
sampai dengan akad nikah yang merupakan peresmian seorang pemuda dan seorang gadis menjadi suami istri serta pesta yang melengkapinya.
Pada masyarakat dan budaya Betawi, perkawinan mempunyai tujuan mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang sudah dewasa dan
memenuhi syarat untuk itu. masyarakat Betawi mayoritas beragama Islam, jadi pengertian perkawinan dalam masyarakat Betawi tidak jauh beda dengan
pengertian dalam agama Islam, yakni bahwa perkawinan adalah salah satu sunnah petunjuk lewat perbuatan dan perkataan nabi Muhammad SAW bagi umat,
sehingga dapat dipandang sebagai suatu perintah agama untuk melengkapi norma- norma kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan ciptaan Tuhan yang mulia.
43
Perkawinan merupakan suatu hal yang penting, karena dengan perkawinanlah seseorang baru akan dianggap sebagai warga penuh dari
masyarakat dimana ia berada. Perkawinan yang dilakukan biasanya dilakaukan dengan suatu upacara. Karena melalui upacara itu akan nampak kesakralan suatu
perkawinan. Pada dasarnya upacara dalam suatu perkawinan juga menunjukkan maksud dan tujuan dari kedua individu yang akan menjadi suami istri dalam
kehidupan sehari-harinya. Orang Betawi beranggapan bahwa proses perkawinan harus dilakukan
sebaik mungkin menurut ketentuan-ketentuan adat perkawinan yang sudah menjadikan kewajiban adat, karena ketentuan tersebut menjadikan kesakralan
dalam perkawinan adat Betawi, sehingga harus dipenuhi dengan sepenuh hati oleh masyarakat yang akan melakukan perkawinan.
B. Tradisi kudangan Perkawinan Adat Betawi