Dasar Hukum Perkawinan Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

17 Dari unsur-unsur tadi bahwa pengertian yang terkandung dalam Undang- Undang No 1 tahun 1974 ini, bersifat umum artinya untuk semua agama yang ada di Indonesia. Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqah gholidhah untuk mentaati perintah Allah dan melaksankannya merupakan ibadah. Dan tujuannya untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah. Jadi prinsipnya pergaulan suami istri itu hendaklah: a. Pergaulan yang makruf pergaulan yang baik yaitu saling menjaga rahasia masing-masing; b. Pergaulan yang sakinah pergaulan yang aman tentram; c. Pergaulan yang mengalami rasa mawaddah saling mencintai terutama dimasa muda remaja; d. Pergaulan yang disertai rahmah rasa santun menyantuni terutama setelah masa tua. 6

2. Dasar Hukum Perkawinan

Hukum dasar perkawinan adalah mubah, sesuai dengan firman Allah: ☺ 6 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta PT. Bumi Aksara 1996, cet. Ke-1, h.4 18 رﻮ ﻟا : “ Dan nikah akad-kanlah orang-orang yang tidak mempunyai jodoh di antara kamu yang merdeka dan orang-orang yang layak bernikah dan hamba-hamha sahayamu yang perempuan. Jika kamu adalah fakir niscaya Allah akan mencukupkanmu dengan sebagian karunianya, dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui. QS. an-nuur 24: 32. Dari pada itu hukum nikah mungkin akan menjadi wajib, atau sunnah, makruh, ataupun haram sesuai dengan keadaan orang yang akan kawin. 7 a. Wajib Orang yang diwajibkan kawin adalah orang yang mempunyai kesanggupan untuk kawin sedang ia khawatir terhadap dirinya akan melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Dan pernikahan adalah jalan satu-satunya untuk mencegah dan menghindarkan dari melakukan hal tersebut. Berdasarkan hadits Nabi s.a.w: ْ ْﺪ ﷲا ْ ْ ْﻮ د ر ﷲا ْ ﻰﻟﺎ : لﺎ ﻟ ر ﺎ ْﻮ ل ﷲا ﺻ ﻰ ﷲا ْ و ﺎ ْ ﺮ ﻟا بﺎ ، ْ ا ﺘ ﻄ عﺎ ْﻜ ْﻟا ءﺎ ة ﻓْ ﺘ ﺰ و ْج ﻓﺈ أ ﻏ ﱞ ﻟْ ﺮ وأ ْ ﻟْ ْﺮ ج ، و ْ ﻟْ ْﺘ ﻄ ْ ﻓ ْ ﻟﺎ ْﻮ م ﻓﺈ ﻟ و ﺟ ءﺎ و يرﺎﺨ ﻟا اور 8 Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, telah berkata kepada kami rasulullah: Hai sekalian pemuda, barang siapa di antara kamu yang telah sanggup kawin, maka hendaklah la kawin. Maka sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan terhadap yang dilarang oleh agama dan 7 Kamal Muhtar, .Asas–Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Ibid, h. 15-17. 8 Maksud albaata dalam hadits ini para ulama berbeda pendapat, menurut pengarang buku ini pendapat yang paling kuat dalam al-Ijma’ setubuh,….bahwa barang siapa yang tidak mampu menahan rasa persetubuhan ini maka hendaklah berpuasa. Assayyid Imam Ahad Ibn Ismail al-Kahlani, Subulussalam, Bandung, Dahan, Tt. Juz3, h. 109 19 Memelihara faraj. Dan barang siapa yang tidak sanggup maka hendaklah la berpuasa, karena puasa itu adalah perisai baginya. HR. Bukhari dan Muslim. b. Sunnah Orang yang disunahkan kawin adalah orang yang mempunyai kesanggupan untuk kawin dan sanggup memelihara diri dari kemunungkinan melakukan perbuatan yang terlarang. Sekalipun demikian perkawinan adalah lebih baik baginya, karena Rasulullah S.A.W melarang hidup sendirian tanpa kawin. Sebagaimana sabdanya: ﺎآ ن ر ْﻮ ل ﷲا ﺻ ﷲا ﻰ ْ و ﺎ ﺮ ﺎ ْﻟﺎ ءﺎ ة و ْﻬ ﻰ ﺘﻟا ﺘ ْﻬً ﺎ ﺪْ ًﺪ و ا ﻘ ْﻮ ل ﺰ و ﺟ ْﻮ ْا ا ﻮﻟ د ْو د ْا ﻮﻟ ﻟْﻮ د ﻓﺈ ْ ﻜ ﺛﺎ ﺮ ﻜ ْا ﻻ ﺔ ﺎ ﻘْﻟا مْﻮ ءﺎ ْ نﺎ ﻟا او يرﺎﺨ ﻟا اور 9 Adalah Rasullah s.a.w memerintahkan kita kawin, melarang dengan sangat hidup sendirian tanpa kawin, dan beliau bersabda: Kawinlah wanita-wanita yang menyayangi dan sabar, maka sesungguhnya aku berbangga hati dengan kamu di hari kiamat”. H.R. Bukhari dan Ibnu Hiban. c. Makruh Orang yang makruh untuk melangsungkan perkawinan adalah orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk kawin. Pada, hakekatnya orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk kawin, dibolehkan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi ia tidak dapat mencapai tujuan 9 Maksud attabatul dalam hadis ini adalah memalingkan diri dari wanita dan meninggalkan nikah, memalingkan dalam rangka beribadah kepada Allah, Ibid., h 111 20 ......... رﻮ ﻟا : 33 Artinya : “hendaklah menahan diri orang-orang yang tidak memperoleh alat-alat untuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunianya..” Q.S. An- Nur24:33 d. Haram Orang yang diharamkan untuk kawin itulah orang-orang yang mempunyai kesanggupan untuk kawin, tetapi kalau ia kawin dapat menimbulkan kemudlaratan terhadap pihak yang lain, seperti orang yang gila, orang yang suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat yang dapat membahayakan pihak yang lain dan sebagainya.

B. Rukun dan Syarat perkawinan