Konsumsi Jenis NAPZA dan Cara Penggunaannya

ketika mengalami masalah Ia cenderung menyendiri dan berpotensi untuk konsumsi NAPZA, karena kurangnya kemampuan untuk mengekspresikan berbagai macam perasaan dan pikiran kepada orang lain. 23

4.2.1.3. Pengetahuan.

Penularan HIVAIDS sampai saat ini masih tetap melalui perilaku berisiko. Perilaku itu meliputi penggunaan jarum suntik tidak steril pada Injecting Drugs User IDU dengan perilaku seks berisiko tidak menggunakan kondom dan berganti –ganti pasangan. Menurut Departemen Kesehatan tahun 2002, penderita AIDS di Indonesia terinfeksi HIV pada usia muda, karena minimnya pengetahuan tentang HIVAIDS. 24 Dibenarkan pada penelitian Rampel, mayoritas pengetahuan remaja atau siswa sekolah menengah itu rendah mengenai HIVAIDS. 25 Perilaku berbagi jarum suntik dan berhubungan seks tanpa kondom serta berganti –ganti pasangan dapat menularkan HIV. 25

4.2.2. Gambaran Jenis NAPZA, Cara Penggunaannya dan Perilaku

Berisiko Jarum Suntik Faktor resiko kedua terbesar HIV positif setelah heteroseksual adalah pecandu NAPZA suntik meskipun berdasarkan survei BNN 2011 hubungan seks berisiko dominan terjadi pada pecandu NAPZA suntik. 25 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan jarum suntik didominasi oleh NAPZA jenis heroin 89,4, salah satu alasan penggunaan dikarenakan ajakan dari teman. Menurut Esther Budhi seorang konselor NAPZA menyatakan penyebab –penyebab penggunaan NAPZA adalah dikarenakan tidak mengerti, telah mengerti tetapi tidak menghindari dan coba –coba. Penelitian sebelumnya oleh Danya dkk di pusat rehabilitasi rural China, didapatkan 81,2 pengguna NAPZA suntik jenis heroin. 26 Sebagian besar responden merasa tidak kesulitan dalam mendapat jarum suntik 87,3, akses terhadap jarum baru dalam program pengurangan risiko HIV harm reduction di kalangan penasun dianggap sebagai upaya yang cukup strategis sehingga salah satu bentuk kegiatannya adalah menyediakan Layanan Jarum Suntik Steril LJSS. Saat ini Layanan Jarum Suntik Steril relatif mudah di akses penasun. Akses layanan dapat diperoleh di LSM, petugas penjangkau dan beberapa Puskesmas di Jakarta. Dilaporkan bahwa program Layanan Jarum Suntik Steril LJSS sudah banyak dimanfaatkan oleh pengkonsumsi NAPZA. Sebanyak 72 pengkonsumsi NAPZA dilaporkan aktif mengakses Layanan Jarum Suntik Steril. 27 Pada penelitian ini sekitar 57,4 memakai jarum suntik tidak bergantian, dan 68,1 mencuci jarum setelah dipakai oleh penasun lain. Ada beberapa penasun yang menggunakan air pemutih 44,7 sebagai air untuk mencuci jarum suntik setelah pemakaian. Kandungan air pemutih tersebut sodium hipoklorit NaClO suatu bahan kimia yang bisa menonaktifkan virus dengan kadar 52,5 ppm. 28 WHO merekomendasikan untuk pencucian jarum suntik dengan menggunakan klorin 5000 untuk mematikan semua jenis patogen. 29

4.2.3. Perilaku Seks Berisiko.

Seluruh responden pernah melakukan hubungan seksual, dengan hubungan terbanyak adalah jenis vaginal 48,9. Responden sebagian besar mengaku tidak menggunakan kondom dalam berhubungan seks 68,1 dan sebagian besar responden melakukan hubungan seks dengan pekerja seks 87,2. Menurut kajian yang dilakukan oleh UNICEF Indonesia bahwa pengetahuan orang muda tentang HIV telah mengalami peningkatan, tetapi masih terbatas dan pengetahuan orang muda belum memadai untuk menjamin perilaku yang aman. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual dapat menghambat transmisi HIV dari host yang positif HIV ke host yang belum terinfeksi HIV. 30 Sedangkan studi lain pada risiko hubungan seks melalui anal, diperoleh bahwa seks melalui anal tanpa pelindung kondom memiliki peluang 30 kali lebih beresiko tertular HIV dibandingkan dengan seks melalui vaginal tanpa pelindung. Selain itu, orang yang melakukan seks anal tanpa kondom berisiko untuk terjangkit gonore anal, klamidia, dan kanker anal karena HPV. Berbeda dengan jaringan di vagina dan mulut, jaringan di