Pengetahuan Responden tentang HIV

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa responden seluruhnya pernah melakukan hubungan seksual, dengan hubungan terbanyak adalah jenis vaginal 48,9 namun hubungan secara vaginal anal 14,9 dan vaginal oral 36,2 cukup tinggi. Responden sebagian besar mengaku tidak menggunakan kondom dalam berhubungan seks 68,1 dan sebagian besar responden melakukan hubungan seks dengan pekerja seks 87,2, sekitar 51,1 responden mengaku sering berganti –ganti pasangan dalam berhubungan seks.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Responden

4.2.1.1. Usia

Penelitian ini menunjukkan usia 26 –35 tahun 66 melebihi dari separuh responden yang diteliti. dr. Ciaran Mulholladind menjelaskan bahwa usia produktif memiliki kecenderungan dua kali lebih rentan kecanduan NAPZA dibandingkan dengan usia non- produktif. 19 Keadaan ini sesuai dengan responden di RSKO mayoritas dari responden telah berpenghasilan.

4.2.1.2. Pendidikan Terakhir.

Sebagian besar responden memiliki pendidikan tertinggi yaitu SMA 63,8. Menurut Biro Pusat Statistik BPS, mayoritas penganguran di Indonesia adalah lulusan SMA. 20 Hal ini dibenarkan oleh penelitian Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim POLRI kejahatan narkoba dilihat dari latar belakang mayoritas pendidikan terakhir lulusan SMA. 21 Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menjalankan hidupnya dengan baik. 22 Menurut masten dan coatsworth ada beberapa faktor pelindung yang meningkatkan resiliensi pada diri sesorang. Salah satunya faktor individu antara lain nampak dalam kemampuan dalam berkomunikasi, rasa optimis, kemampuan menyelesaiakan masalah, dan keyakinan diri. Seorang dengan kemampuan berkomunikasi rendah, ketika mengalami masalah Ia cenderung menyendiri dan berpotensi untuk konsumsi NAPZA, karena kurangnya kemampuan untuk mengekspresikan berbagai macam perasaan dan pikiran kepada orang lain. 23

4.2.1.3. Pengetahuan.

Penularan HIVAIDS sampai saat ini masih tetap melalui perilaku berisiko. Perilaku itu meliputi penggunaan jarum suntik tidak steril pada Injecting Drugs User IDU dengan perilaku seks berisiko tidak menggunakan kondom dan berganti –ganti pasangan. Menurut Departemen Kesehatan tahun 2002, penderita AIDS di Indonesia terinfeksi HIV pada usia muda, karena minimnya pengetahuan tentang HIVAIDS. 24 Dibenarkan pada penelitian Rampel, mayoritas pengetahuan remaja atau siswa sekolah menengah itu rendah mengenai HIVAIDS. 25 Perilaku berbagi jarum suntik dan berhubungan seks tanpa kondom serta berganti –ganti pasangan dapat menularkan HIV. 25

4.2.2. Gambaran Jenis NAPZA, Cara Penggunaannya dan Perilaku

Berisiko Jarum Suntik Faktor resiko kedua terbesar HIV positif setelah heteroseksual adalah pecandu NAPZA suntik meskipun berdasarkan survei BNN 2011 hubungan seks berisiko dominan terjadi pada pecandu NAPZA suntik. 25 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan jarum suntik didominasi oleh NAPZA jenis heroin 89,4, salah satu alasan penggunaan dikarenakan ajakan dari teman. Menurut Esther Budhi seorang konselor NAPZA menyatakan penyebab –penyebab penggunaan NAPZA adalah dikarenakan tidak mengerti, telah mengerti tetapi tidak menghindari dan coba –coba. Penelitian sebelumnya oleh Danya dkk di pusat rehabilitasi rural China, didapatkan 81,2 pengguna NAPZA suntik jenis heroin. 26 Sebagian besar responden merasa tidak kesulitan dalam mendapat jarum suntik 87,3, akses terhadap jarum baru dalam program pengurangan risiko HIV harm reduction di kalangan penasun dianggap sebagai upaya yang cukup strategis sehingga salah satu bentuk kegiatannya adalah menyediakan