2.1.5. Kriteria Diagnosis HIV
Human Immunodeficiency Virus HIV sebagian besar terdiagnosis dengan melihat dari pemeriksaan laboratorium seperti darah atau air liur untuk
mendeteksi ada tidaknya antibodi terhadap HIV. Namun gejala dan tanda klinis infeksi HIV dapat membantu untuk menentukan diagnosis. Adapun
gejala dan tanda klinis yang patut diduga karena infeksi HIV terlihat pada tabel 2.2. Tapi diagnosis seperti ini tidak akurat untuk virus yang baru menginfeksi
karena tubuh membutuhkan waktu selama 8 –12 minggu untuk membentuk
antibodi. Dalam beberapa kasus waktu terbentuknya antibodi dapat mencapai 6 bulan lamanya.
Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Klinis yang Patut Diduga Infeksi HIV
Keadaan Umum
adan 10 dari berat badan semula.
o
C yang lebih dari satu bulan.
. .
Kulit
PPE dan kulit kering yang luas merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kutil genital genital warts, folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi
tidak selalu terkait dengan HIV Infeksi.
Infeksi
Infeksi jamur
Infeksi viral tau melibatkan lebih dari satu
dermatom
Gangguan pernafasan
Gejala neurologis terus menerus dan tidak
jelas penyebabnya
Keadaan tersebut merupakan dugaan kuat terhadap infeksi HIV Sumber : WHO SEARO 2007.
10
2.1.6. Diagnosis Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeki HIV gejala
klinisnya dapat baru terlihat setelah bertahun –tahun lamanya.
3
Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis HIV secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan
isolasi dan biakan virus dan deteksi antigen.
3
Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi antibodi yaitu tehnik Enzyme
–Link Immunoabsorbent Assay ELISA yang biasa digunakan di Indonesia, aglutinasi atau Dot
–Blot Immunobinding Assay. Adapun tes untuk
mendeteksi keberadaan virus yang memberikan diagnosis dalam hitungan hari setelah infeksi dapat digunakan metode isolasi dan kultur virus.
3
2.2. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya NAPZA
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain NAPZA adalah bahanzatobat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama susunan saraf pusat. Pengaruh yang ditimbulkan oleh konsumsi zat ini dapat berupa gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial akibat
kebiasaan, ketagihan serta ketergantungan terhadap zat ini. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan yang menitik beratkan
pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial.