Analisis Profil Pita RAPD Tanaman Markisa

menjadi penting karena pada proses PCR, DNA yang masih utuh akan lebih memberikan hasil yang relatif lebih akurat. Hasil pengukuran kuantitas dan kemurnian dari 31 DNA genom markisa dengan nanofotometer IMPLEN P-360 NanoPhotometer P-Class menunjukkan kemurnian DNA yang baik dan kuantitasnya yang cukup Lampiran 2. Kemurnian yang diperoleh berkisar antara 1,368-2,112. Menurut Sambrook Russel 1989, batas kemurnian yang biasa digunakan dalam analisis molekuler pada rasio A 260 A 280 adalah 1,8-2,0. Kemurnian yang diperoleh tidak semuanya memenuhi batas kriteria untuk dapat digunakan dalam analisis molekuler 1,8, namun pada penelitian yang telah dilakukan oleh Minarsih et al., 2011, terhadap keragaman genetik Ganoderma spp., nilai kemurnian 1,069 merupakan nilai terendah tetapi sudah dapat digunakan untuk proses PCR-RAPD. Selain itu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bayzura 2014 Aulia 2014 terhadap tanaman kelapa sawit, nilai kemurnian 1,5 - 1,7 sudah dapat digunakan untuk melakukan proses PCR-RAPD. Rendahnya nilai rasio A 260 A 280 1,8, dapat disebabkan oleh kontaminasi protein dan bahan organik lainnya sebaliknya kontaminasi fenol ditandai dengan tingginya nilai rasio tersebut 2,0 Linacero et al., 1998. Konsentrasi DNA genom markisa yang diperoleh berkisar antara 42,5 sampai 2552 ngµl. Konsentarsi DNA yang biasanya digunakan dalam proses PCR adalah 0,5-50 ngµl, maka konsentrasi yang didapatkan pada penelitian ini sudah cukup memenuhi syarat dalam melakukan RAPD. Menurut Haris et al. 2003, konsentrasi DNA akan berdampak pada kualitas fragmen hasil amplifikasi. Konsentrasi DNA yang rendah akan menghasilkan fragmen yang tipis, sebaliknya konsentrasi DNA yang tinggi akan menyebabkan fragmen terlihat tebal sehingga sulit membedakan antar fragmen.

4.2. Analisis Profil Pita RAPD Tanaman Markisa

Amplifikasi dengan menggunakan primer RAPD yang dilakukan terhadap DNA genom markisa menghasilkan produk PCR yang dapat dibaca dan diskor, sehingga hasilnya dapat dianalisis. Dari 7 primer yang digunakan, hanya 4 primer dapat mengamplifikasi DNA genom dan menghasilkan pita DNA polimorfik, sedangkan primer lainnya tidak menghasilkan pita. Primer yang dapat mengamplifikasi DNA genom pada 31 aksesi yaitu primer Akansha 7, OPA 04, OPB 08, dan OPB 18 sedangkan primer OPB 19, OPB 20 dan AB 11 tidak dapat mengamplifikasi pita DNA genom. Menurut Kumar et al. 2011, ketidakcocokan antara primer dengan template DNA dapat mengakibatkan ketiadaan total produk PCR. Keempat primer yang menghasilkan pita DNA polimorfik selanjutnya digunakan untuk mengamplifikasi DNA genom dari 31 aksesi markisa Lampiran 3.. Primer yang digunakan dalam analisis RAPD adalah sintetis oligonukleotida pendek 10 pasang basa dengan sekuens acak untuk mengamplifikasi kuantitas nanogram dari total genomik DNA Kumar et al., 2011. Menurut Hannum 2001, RAPD merupakan hasil berpasangnya nukleotida primer dengan nukleotida genom tanaman, semakin banyak primer yang digunakan akan semakin terwakili bagian-bagian genom, sehingga semakin tergambar keadaan genom tanaman yang sesungguhnya. Perbedaan jumlah dan polimorfisme pita DNA yang dihasilkan dari setiap primer menggambarkan kekompleksan genom tanaman yang diamati Grattapaglia et al, 1992. Profil pita DNA pada primer Akansha 7 terhadap 31 aksesi markisa Gambar 4.2. menunjukkan pola pita yang berbeda antar aksesi dengan total pola pita yang dihasilkan sebanyak 25 pola dengan ukuran 475 – 2279 bp. Hasil amplifikasi menyatakan bahwa dengan penggunaan primer Akansha 7 pada 31 aksesi markisa menghasilkan profil pita yang baik dengan keadaan pita jelas. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi DNA hasil ekstraksi yang menunjukkan adanya kesamaan sekuens antara DNA cetakan dengan primer. Menurut Langga 2012, semakin banyak sekuens yang dapat dikenali oleh primer pada sebuah DNA template akan menghasilkan pita yang lebih banyak. M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 M 25 26 27 28 29 30 31 Gambar 4.2. Profil Pita RAPD tanaman markisa dengan primer Akansha. M= Marker 1kb, nomor 1-31 = aksesi markisa Lampiran 1. Jumlah dan intensitas pita DNA yang dihasilkan setelah amplifikasi DNA dengan PCR sangat tergantung bagaimana primer mengenal urutan DNA komplementernya pada cetakan DNA. Hasil amplifikasi DNA tidak selalu memperoleh pita dan intensitas yang sama. Intensitas pita DNA produk PCR pada setiap primer sangat dipengaruhi oleh kemurnian dan konsentrasi cetakan DNA. Cetakan DNA yang mengandung senyawa-senyawa seperti polisakarida dan senyawa fenolik, serta konsentrasi DNA yang terlalu kecil sering menghasilkan pita DNA amplifikasi yang redup atau tidak jelas Weeden et al., 1992 dalam Harahap, 2014. Menurut Hannum 2001, jumlah pita DNA yang dihasilkan oleh setiap primer bergantung pada sebaran situs yang homolog dengan sekuen primer pada genom. Keempat primer yang digunakan memperlihatkan bahwa jumlah pita yang dihasilkan pada setiap primer berbeda. Dari keempat primer tersebut menghasilkan jumlah pita sebanyak 13-25 pola pita DNA per primer. Ukuran pita A C B 2000 bp 1500 bp 1000 bp 750 bp 500 bp 250 bp 2000 bp 1500 bp 1000 bp 750 bp 500 bp 250 bp 250 bp 500 bp 750 bp 1000 bp 1500 bp 2000 bp yang dihasilkan bervariasi yaitu 229-2279 bp. Persentase pita polimorfik sebesar 100 akansha 7, OPA 04, OPB 08 dan 94 pada primer OPB 18. Tabel 4.1. Persentase Pita Polimorfik pada 4 primer No. Nama Primer Ukuran Pita bp Total Pita Jumlah Pita Polimorfik Jumlah Pita Monomorfik Persentase Pita Polimorfik 1. Akansha 7 475 - 2279 25 25 100 2. OPA 04 285 - 1573 19 19 100 3. OPB 08 252 - 1306 13 13 100 4. OPB 18 229 - 1409 17 16 1 94 Total 74 73 1 98 Jumlah dan ukuran pita tertinggi terdapat pada primer Akansha 7 yang berjumlah 25 pita pada ukuran sekitar lebih dari 2279 bp, sedangkan jumlah dan ukuran pita terendah terdapat pada primer OPB 18 dengan jumlah 13 pita pada ukuran 229 bp Primer Akansha 7 menghasilkan 25 pita DNA dengan persentase polimorfik sebesar 100, pada penelitian Lade et al. 2014, dari 10 primer Akansha yang dioptimasi untuk mengamplifikasi DNA markisa liar P. foetida, primer Akansha 7 merupakan primer dengan angka amplifikasi tertinggi yaitu 9 pita fragmen. Primer OPA 04, OPB 08, dan OPB 18 menghasilkan pita berturut-turut adalah 19, 13 dan 17 pita. Dari ketiga primer tersebut dapat dibandingkan bahwa primer OPA 04 merupakan primer yang dapat menghasilkan pita terbanyak. Hal ini juga ditunjukkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Crochemore et al. 2003, tentang keanekaragaman genetik passion fruit Passiflora spp. dengan penggunaan primer yang sama yaitu primer OPA 04 memperlihatkan angka amplifikasi tertinggi sebanyak 33 pita, primer OPB 18 mengamplifikasi sebanyak 29 pita, sedangkan primer OPB 08 menghasilkan pita terendah yaitu 26 pita. 4.3. Analisis Keanekaragaman Genetik Tanaman Markisa 4.3.1. Analisis Hubungan Genetik Markisa Ungu