yang dimaksudkan itu adalah kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini, dilarang
dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang.
C. Perubahan Kepemilikan Harta Kekayaan Yayasan
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan
menggunakannya untuk tujuan pribadi. Kepemilikan harta kekayaan ini merupakan hak milik yayasan seutuhnya. Pasal 570 KUH Perdata menyebutkan
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan
sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas
ketentuan dengan membayar ganti rugi. Perubahan kepemilikan harta kekayaan merupakan salah satu akibat
hukum yang terjadi setelah dilakukannya perbuatan melawan hukum dalam hal pembagian kekayaan yayasan secara illegal dengan maksud untuk memperkaya
diri pribadi organ maupun pihak-pihak terafiliasi dan yang terkait dengan yayasan. Perubahan kepemilikan suatu kekayaan yayasan dapat dikatakan sah
apabila sudah terjadi penyerahan hak milik. Pengaturan tentang penyerahan hak ini diatur dalam Pasal 612 dan Pasal 616 jo 620 KUH Perdata.
Pasal 610 KUH Perdata menyebutkan penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh, dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan
kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan, dalam mana kebendaan itu berada. Artinya untuk barang bergerak
penyerahannya dari tangan ke tangan pihak yang bersangkutan, tetapi juga dimungkinkan juga penyerahan secara simbolis atau dengan pernyataan saja. Dan
untuk benda tak bergerak diatur dalam Pasal 616 KUH Perdata yang menyebutkan penyerahan dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan
cara seperti ditentukan Pasal 620 KUH Perdata. Berubahnya hak milik dalam kekayaan yayasan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu seperti perikatan, waris, hibah, sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat sama halnya seperti memperoleh kekayaan didalam
yayasan atau pada saat penggabungan danatau pembubaran yayasan. Perikatan, waris, hibah, sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat merupakan akibat
hukum yang terjadi dari salah satu cara pembagian kekayaan yayasan yang tujuannya dilarang demi kepentingan organ yayasan. Dan cara lainnya dalam
halnya penggabungan dan pembubaran yayasan baik karena jangka waktunya berakhir, karena tujuannya tercapai atau tidak tercapai maupun karena putusan
pengadilan. Penggabungan yayasan merupakan perbuatan hukum yang
menggabungkan satu yayasan dengan yayasan lain yang telah ada dan
mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Dampak yang terjadi di dalam penggabungan yayasan ini adalah beralihnya semua harta
kekayaan dan atau utang atau aktiva dan pasiva kepada yayasan baru hasil gabungan tersebut. Dari hal ini dapat dicermati seolah-olah penggabungan
yayasan dirancang dengan sengaja oleh organ yayasan untuk menguntungkan dirinya. Begitu juga dengan pembubaran yayasan, ketika yayasan bubar maka
bubarnya yayasan tidak boleh merugikan pihak ketiga. Undang-Undang Yayasan telah memberikan aturan bahwa berubahnya
kepemilikan kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain seperti saham, tanah, bangunan, dan lain sebagainya hanya dapat dilakukan oleh
pengurus dengan persetujuan dari pembina dan pengawas dengan tujuan untuk menguntungkan yayasan bukan pribadi organ yayasan. Dan kekayaan yayasan
tersebut dapat beralih bila yayasan tersebut telah diputus pengadilan bubar likuidasi, maka kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada yayasan yang
mempunyai kesamaan kegiatan dengan yayasan yang bubar. Perubahan status kepemilikan kekayaan menjadi hak milik baru yayasan yang menerima dari
yayasan yang bubar tersebut. Dapat juga perubahan kepemilikan kekayaan yayasan tersebut kepada badan hukum yang mempunyai kesamaan kegiatan
yayasan yang bubar atau juga dapat diserahkan kepada negara dan kekayaan tersebut menjadi hak milik penuh negara serta penggunaannya dilakukan sesuai
dengan kegiatan yayasan yang bubar. Perubahan kepemilikan kekayaan yayasan yang telah disebutkan tadi diatur dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 68 ayat
1, 2, 3.
Likuidator adalah orang yang berperan dan ditunjuk dalam melakukan perubahan kepemilikan kekayaan yayasan yang bubar atau dibubarkan. Dalam
proses likuidasi likuidator mempunyai kewajiban mengumumkan pembubaran yayasan dan proses likuidasinya dalam waktu paling lambat 5 lima hari
terhitung sejak tanggal likuidator ditunjuk. Selain tentang pembubaran yayasan, proses likuidasinya juga harus diumumkan, agar pihak ketiga mengetahui yayasan
telah bubar, siapa yang menjadi likuidatornya dan hak-hak yang diterima oleh pihak ketiga.
Penunjukkan likuidator dalam merubah dan membereskan kekayaan yayasan, penunjukkan berbeda-beda dilakukan berdasarkan alasan kenapa
yayasan itu bubar, misalnya yayasan bubar karena jangka waktunya berakhir maka menurut Pasal 63 ayat 1 Undang-Undang Yayasan, pembina lah yang
menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan yayasan. Dalam hal pembina tidak menunjuk likuidator maka dalam Pasal 63 ayat 2 Undang-Undang Yayasan
maka pengurus berperan menjadi likuidator. Bubarnya yayasan karena tujuannya tidak tercapai atau sudah tercapai, maka penunjukkan likuidator sama dengan
halnya seperti alasan bubarnya yayasan karena jangka waktunya berakhir, dimana pembina menunjuk siapa saja yang menjadi likuidator atau pengurus bila
likuidator tidak ditentukan oleh pembina. Berbeda halnya karena bubarnya yayasan atas putusan pengadilan, dimana hakim bebas menunjuk siapa saja
seorang likuidator di dalam putusannya. Pembagian kekayaan yayasan yang melanggar aturan hukum yayasan,
membuat perubahan status kepemilikan kekayaan tersebut baik berbentuk uang,
barang atau kekayaan yayasan lainnya seperti saham, tanah, bangunan. Perubahan kepemilikan ini dapat dilihat pada kasus Yayasan Supersemar yang telah dibahas.
Seluruh dana hasil laba bersih bank-bank pemerintah yang telah dikumpulkan pada Yayasan Supersemar awalnya ditujukan untuk beasiswa bagi pelajar dan
mahasiswa yang cakap tetapi tidak memiliki uang untuk melanjutkan pendidikannya. Tetapi kenyataannya dana-dana tersebut dimiliki sendiri oleh
organ yayasan tersebut yaitu Soeharto dan dibagi-bagikan juga kepada pihak yang terafiliasi dengan Soeharto. Dengan perbuatan yang dilakukan oleh Soeharto
selaku organ Yayasan Supersemar telah merubah status kepemilikan kekayaan Yayasan Supersemar tersebut. Dimana kekayaan tersebut menjadi milik dan
pihak-pihak yang mendapat bagian dari pembagian kekayaan tersebut. Jadi tidaklah benar hukumnya selaku organ dalam yayasan dikarenakan memiliki
kewenangan dapat melakukan perubahan kepemilikan yayasan dengan sembarangan apalagi dengan perbuatan yang melawan hukum yang ada yaitu
Undang-Undang Yayasan.
99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan