h. bukti penyetoran biaya pengumuman dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia. Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa akta
pendirian yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan anggaran dasar yang disetujui atau diberitahukan, wajib diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Menteri yang membidangi hukum. Makna pengumuman ini sebagai
pemenuhan syarat publisitas yang dimaksudkan untuk diketahui oleh masyarakat atau pihak ketiga.
35
B. Pengelolaan Yayasan Oleh Organ Yayasan
Pengelolaan adalah suatu proses atau cara melakukan tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan penyimpanan berdasarkan ketentuan
undang-undangan yang berlaku.
36
35
Ibid., hlm. 44.
36
Andi Hamzah, Kamus Hukum Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, hlm. 242.
Dalam hal ini, pengelolaan yayasan dimaksudkan dalam hal kekayaan yayasan oleh organ yayasan. Sedangkan yang
dimaksud dengan kekayaan diartikan sebagai barang-barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum baik yang berwujud dan tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan uang. Maka pengertian dari pengelolaan harta kekayaan dapat diartikan sebagai tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan
penyimpanan barang-barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum
yang berwujud dan tidak berwujud yang dapat dinilai dengan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
37
Kekayaan yayasan yang berupa uang, barang atau bentuk yang lain yang dapat dinilai dengan uang, sangatlah sensitif dalam pengelolaannya. Untuk itu
pengelolaan kekayaan yayasan tersebut dilakukan secara profesional berlandaskan prinsip transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Walaupun uang bukan segalanya,
tetapi tanpa adanya uang yang mencukupi maka yayasan tidak dapat menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu, pembukuan harus diselenggarakan dengan tertib dan
informasi keuangan dihasilkan tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan evaluasi dan diawasi oleh organ lainnya yaitu pembina dan
pengawas.
38
Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa yayasan mempunyai organ terdiri atas pembina, pengurus
dan pengawas. Organ yayasan tersebutlah yang menjadi alat yayasan untuk dapat mengelola yayasan hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Yayasan,
yaitu yayasan yang diwakili oleh organnya dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha danatau ikut serta dalam suatu badan usaha.
39
37
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan Menurut Sistematika KUH Perdata dan Perkembangannya
Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, hlm. 87.
38
AB Susanto et.al., Op. Cit., hlm. 129.
39
Rudhi Prasetya, Op.Cit., hlm. 11.
Khususnya pengelolaan yayasan secara langsung dilakukan baik didalam maupun diluar dilakukan oleh
salah satu organ yaitu pengurus. Hakekatnya antara yayasan dengan organ yayasan terdapat hubungan yang sangat erat. Di satu sisi keberadaan organ
yayasan tergantung sepenuhnya pada keberadaan yayasan, tetapi disisi lain yayasan sangat bergantung pada organnya untuk melakukan kegiatan mengelola
yayasan dan melaksanakan fungsinya.
40
1. Pembina
Pembina sebagai organ tertinggi dalam yayasan yang ikut dalam pengelolaan yayasan lebih melakukan kewenangannya yang tidak diserahkan
kepada pengurus maupun pengawas yaitu untuk mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas. Diciptakannya organ pembina merupakan sebagai ganti
pendiri, disebabkan dalam kenyataan pendiri yayasan pada suatu saat dapat tidak ada sama sekali, yang diakibatkan karena pendiri meninggal dunia, ataupun
mengundurkan diri.
41
a. untuk menilai hasil pekerjaan pengurus dan pengawas setiap tahun;
Dengan ketentuan tersebut, pembina memiliki kewenangan yaitu:
b. melakukan perubahan anggaran dasar yayasan;
c. pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengawas yayasan;
d. penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan;
e. pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan;
f. penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan;
g. laporan tahunan yang ditandatangani oleh pengurus dan pengawas,
kemudian disahkan dalam rapat pembina akan tetapi tidak mungkin dalam rapat tersebut pembina menolak pengesahan jika isi laporan tidak benar.
42
40
Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 37.
41
Chatamarrasjid, Op.Cit., hlm. 7.
42
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 9.
Pembina ikut berperan dalam mengelola yayasan yang didirikan, yaitu dengan mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 1 satu tahun. Rapat
tahunan yang diselenggarakan pembina bertujuan melakukan evaluasi tentang kekayaan yayasan, hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai dasar
pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan yayasan untuk tahun yang akan datang.
2. Pengurus
Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata-mata untuk mencapai maksud dan
tujuan yayasan. Pengurus menempati kedudukan sentral dalam mengelola yayasan dan hal ini memberikan tanggung jawab yang besar baik internal maupun
eksternal yayasan dan pertanggungjawaban pengurus dapat dihubungkan dengan tugas dan wewenang yang melandasi kegiatan pengurus. Tugas atau kewenangan
pengurus yayasan diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 39 Undang-Undang Yayasan yang isinya meliputi:
a. melaksanakan kepengurusan yayasan;
b. mewakili yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan;
c. mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan;
d. bersama-sama dengan pengawas mengangkat anggota pembina jika
yayasan tidak lagi mempunyai pembina; e.
mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian, jika yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu;
f. menandatangani laporan tahunan bersama-sama dengan pengawas;
g. mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan;
h. bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator. Disini nampak
bahwa pengurus mempunyai tugas dan kewenangan yaitu melaksanakan kepengurusan dan mewakili yayasan.
Kewenangan pengurus dalam mengelola yayasan juga dibatasi oleh Undang-Undang Yayasan yang diatur dalam Pasal 37 dan 38 dalam hal-hal yang
mengikat yayasan sebagai penjamin utang, mengalihan atau pembagian kekayaan yayasan, membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain dan
pengurus tidak boleh mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengurus, dan pengawas atau pihak lain yang berkaitan
dengan yayasan kecuali dalam hal perjanjian tersebut bermanfaat bagi yayasan dan dengan mendapat persetujuan tertulis lebih dulu dari pembina.
Mengenai pertanggungjawaban pengurus terhadap pengelolaan serta hasil kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara
yayasan dengan pengurus selaku organ yayasan. Untuk itu maka tanggung jawab pengelolaan serta hasil kegiatan usaha yayasan sangat penting dilakukan oleh
setiap pengurus berdasarkan prinsip kehati–hatian dan tanggung jawab. Karena hasil kegiatan usaha merupakan salah satu bentuk pendapatan yang menjadi
kekayaan yayasan. Pengurus yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Setiap Pengurus
menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Yayasan sangat bergantung pada organ pengurus
sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan
fungsinya. Sehingga antara yayasan dengan pengurus terdapat fiduciary relationship
yang melahirkan fiduciary duties. Berdasarkan kewenangan yang ada, pengurus harus mampu
mengekspresikan dan menjalankan tugasnya dengan baik, agar yayasan selalu berjalan pada jalur yang benar atau layak. Oleh karena itu pengurus mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap penggelolaan yayasan, hal ini ditegaskan dalam Pasal 35 ayat 1, 2 dan 3 Undang-Undang Yayasan yang memuat
bahwa pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan serta berhak mewakili yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dan juga
pengurus harus menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dan untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksudkan, pengurus dapat
mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan hal ini diatur dalam anggaran dasar yayasan.
Pengelolaan yayasan yang dilakukan oleh pengurus pastilah ada obyek yang dikelola yaitu disebut dengan kekayaan yayasan. Kekayaan yayasan baik
berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan merupakan obyek bagi pengurus untuk mengelola yayasan. Kekayaan yayasan ini berasal dari
harta pribadi pendiri yang terpisah dari yayasan dan harta yang berasal dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat dan
perolehan lainnya yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar maupun peraturan perundang-undangan. Selanjutnya juga dikatakan bahwa dalam hal-hal
tertentu negara dapat memberikan bantuan kepada yayasan. Dalam hal yang demikian maka perlu diperhatikan mekanisme pemberian bantuan tersebut,
apakah masih berada dalam siklus anggaran menurut peraturan perbendaharaan negara, yang diatur lebih lanjut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau telah menjadi bagian harta kekayaan yang dipisahkan, dengan mekanisme pertanggungjawabannya sendiri.
Sumber pendanaan inilah yang menjadi menjadi fokus perhatian pengelolaan yayasan yang dilakukan oleh organnya khususnya pengurus.
Pengurus sebagai organ yang yang menempati kedudukan sentral dalam pengelolaan yayasan sangatlah besar pengaruhnya pada apa yang dikelola yayasan
yaitu sumber pendanaan yang menjadi kekayaan yayasan. Sumber pendanaan yayasan biasanya menjadi fokus perhatian pengurus karena pengurus yayasan
menjadi penentu eksistensi yayasan itu sendiri. Misalnya, yayasan anak yatim piatu mempunyai kegiatan pokok untuk membantu anak-anak yang terlantar
karena mereka tidak memiliki orang tua. Tentu yayasan ini memerlukan sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional bagi anak-anak asuhannya, biaya
konsumsi, pakaian, sekolah dan keperluan lainnya. Karena anak-anak asuhan yayasan tersebut tidak membayar uang sepeser pun, maka pengurus yayasan
memperoleh sumbangan atau donasi dari para dermawan.
43
Untuk membantu memperoleh sumber pendapatan lain serta mengembangkan yayasan, pengurus diperbolehkan melakukan kegiatan usaha
dengan mendirikan suatu badan usaha dan ikut serta dalam badan usaha dalam artian dapat menanamkan modalnya pada badan usaha yang lain dalam bentuk
Perseroan Terbatas. Penyertaan modal ke dalam bentuk usaha yang bersifat
43
AB Susanto et.al., Op. Cit., hlm. 128.
dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan yayaasan hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat
1 dan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Yayasan. Undang-Undang Yayasan ini tidak dijelaskan lebih lanjut kriteria kegiatan
usaha yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan tersebut. Maksud dibentuknya badan usaha adalah yayasan diharapkan dapat memperoleh tambahan
kekayaan berupa keuntungan yang dapat memperoleh tambahan kekayaan berupa keuntungan yang dapat digunakan untuk menopang kegiatan sosial, keagamaan
dan kemanusiaan. Misalnya, yayasan penderita anak cacat membentuk unit usaha berupa kerajinan tangan, hasil kreasi dari peserta didiknya. Kegiatan usaha
yayasan itu sendiri harus mencerminkan tujuan dan maksud awal yayasan dibentuk yaitu sosial, keagamaan dan kemanusiaan, maka ruang gerak kegiatan
usaha yayasan tersebut harus sesuai dengan bidang sosial, pendidikan, keagamaan, kebudayaan, kesehatan dan bidang lainnya.
Keuntungan dari kegiatan usaha tersebut menjadi sumber penghasilan yayasan. Hasil kegiatan usaha ini digunakan untuk mendukung program
kegiatan pokok yayasan.
44
44
Ibid., hlm. 129.
Pengurus yayasan tidak dapat hanya mengandalkan sumber dana dari donatur atau sumbangan saja, tetapi juga mencari sumber dana
lain yang memberikan nilai tambah dengan melakukan kegiatan usaha seperti pentas seni anak, turnamen, pameran lukisan anak, seminar dan sebagainya.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh pengurus
yayasan.
45
3. Pengawas
Dan pengelolaan yang dilakukan oleh pengurus tidak dengan sewenang-wenangan karena kekuasaan yang dimiliki dengan statusnya sebagai
organ yayasan, akan tetapi untuk itu organ yayasan lain seperti pengawas sebagai fungsi kontrol bertugas untuk mengawasi kerja pengurus.
Pengawas yayasan diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina untuk jangka waktu selama 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 satu kali masa jabatan. Yayasan memiliki pengawas sekurang- kurangnya 1 satu orang pengawas yang wewenang, tugas dan tanggung
jawabnya diatur dalam anggaran dasar. Yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang yang mampu melakukan perbuatan hukum dan yang memenuhi
persyaratan sebagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menghindari kemungkinan tumpeng tindih kewenangan, tugas, dan tanggung
jawab yang dapat merugikan kepentingan yayasan atau pihak lain, pengawas tidak boleh rangkap jabatan. Organ pengawas sendiri perannya mengawasi serta
memberi nasehat kepada pengurus dalam pengelolaan dan menjalankan kegiatan usaha yayasan
46
a. pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan
pembukuan yayasan. Oleh karena itu sudah selayaknya ditunjuk orang yang memliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi,
harus dengan itikad baik dan bertanggung jawab yang sesuai dengan Pasal 42 Undang-Undang Yayasan. Tugas dan wewenang dari pengawas
dalam mengelola yayasan yaitu:
45
Ibid.
46
Gunawan Widjaja, Op.Cit. hlm. 47.
keuangan, sehingga dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik;
b. pengawas berhak mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh
pengurus dan memberi peringatan kepada pengurus; c.
pengawas dapat memberhentikan untuk sementara pengurus, apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; d.
pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan;
e. dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk
sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan. Undang-Undang Yayasan juga mengatur tentang tanggung jawab pribadi
seperti pada pengurus yang diatur dalam Pasal 42 Undang-Undang Yayasan maka pengawas dengan sadar diri harus tetap memunculkan karakteristik tugas dan
posisinya dalam yayasan yaitu mengawasi kinerja pengurus. Sebab apabila pengurus di dalam menjalankan tugasnya melakukan kesalahan, apalagi sampai
merugikan yayasan atau pihak ketiga, maka kesalahan itu tidak dapat dilepaskan dari pengawas, karena pengawas juga ikut bersalah di dalam menjalankan
tugasnya. Kesalahan pengurus dapat terjadi karena lemahnya pengawasan. Dengan demikian pengawas mempunyai andil dalam kesalahan, dan hal ini sudah
seharusnya mempunyai akibat yang sama dengan pengurus, yaitu pengawas juga bertanggung jawab secara pribadi.
47
47
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 105.
Pengawas dalam menjalankan fungsinya
mempunyai tanggung jawab juga harus melaporkan setiap laporan pengawasannya kepada pembina yayasan.
Pengaturan pengawasan dalam Undang-Undang Yayasan menganut sistem pengawasan internal dan eksternal yang mengatur kewenangan pengawas dalam
melakukan pengawasan intern diserahkan kepada pengawas sebagai salah satu organ yayasan, sedangkan kewenangan melakukan pengawasan secara ekstern,
dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan atas permohonan pihak ketiga, atau permintaan kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum. Selain itu,
pengawasan tidak langsung oleh masyarakat adalah dengan dicantumkannya ketentuan yang mewajibkan yayasan mengumumkan laporan tahunannya.
48
Praktik yang selama ini terjadi, bahwa pengawas yang bertugas mengawasi pengelolaan yayasan, selalu tidak berdaya menghadapi ulah pendiri
yang kebanyakan diangkat menjadi pembina yayasan. Walaupun pengawas menemukan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh pendiri, tetapi pengawas
tidak dapat mengambil tindakan apa pun atas penyelewengan tersebut. Karena dalam Undang-Undang Yayasan tidak membuat pengaturan yang tegas peran dari
pengawas, hanya mengatur pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan pengurus saja. Untuk itu Undang-Undang Yayasan perlu mengevaluasi
keberadaan organ pengawas, untuk kemudian direkomendasikan, untuk dipertahankan atau dihilangkan dari struktur organ dengan mengubah sistem
pengangkatannya agar mempunyai posisi yang kuat. Jauh lebih baik apabila fungsi pengawasan ini diserahkan kepada suatu badan atau instansi yang dapat
48
Anwar Borahhima, Op.Cit., hlm. 231.
mewakili kepentingan publik, misalnya kejaksaan atau badaninstansi terkait lainnya seperti kementerian.
49
Paradigma baru terhadap pengelolaan yayasan sudah seharusnya diperhatikan dan dilaksanakan agar yayasan dapat tumbuh dan berkesinambungan
dalam mencapai maksud dan tujuannya. Pengelolaan haruslah dijalankan secara transparan oleh organ yayasan khususnya pengurus. Hal tersebut dikarenakan para
donator yayasan dan masyarakat menuntut adanya keterbukaan dan akuntabilitas yang baik. Profesionalisme pengelolaan yayasan akan menciptakan citra yang
sangat positif di mata donatur termasuk pemerintah dalam memberikan bantuannya. Dengan citra yang yang positif akan memudahkan yayasan
menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak dalam menggali sumber pendanaan.
50
Organ yayasan dalam mengelola yayasan sudah seharusnya ikut terjun langsung membuat dan mengawasi kegiatan yayasan bukan hanya dilimpahkan
kepada anggota pelaksana saja. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang berorientasi pasar. Kegiatan usaha dan program yang
berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen sehingga memudahkan yayasan menggali sumber pendanaan untuk mendukung kegiatannya.
Pengimplementasian strategi kegiatan yayasan sudah selayaknya dilaksanakan
49
Ibid., 231-232.
50
H.P. Panggabean, Praktik Pengadilan Menangani Kasus Aset Yayasan Termasuk Aset Keagamaan Dan Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa
Jakarta: Permata Aksara Cetakan Keempat, 2012, hlm. 76.
dalam upaya mengidentifikasikan potensi pasar, menciptakan program yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi program tersebut.
51
C. Pertanggungjawaban Organ Yayasan dalam Pengelolaan Yayasan