20
BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN
A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16
Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
1. Yayasan sebagai lembaga nirlaba
Arti nirlaba sebenarnya adalah tidak mencari laba atau keuntungan. Suatu keuntungan dapat terjadi jika suatu modal setelah diusahakan ternyata
memperoleh hasil yang melebihi modal tersebut. Untuk nirlaba, modal yang ada tidak diolah untuk mendapatkan keuntungan, melainkan untuk melakukan suatu
kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Jadi lembaga nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu lembaga yang bersasaran pokok untuk suatu tujuan yang
tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba untung.
18
Yayasan sejak semula didirikan tidak dimaksudkan untuk tujuan komersil, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgelijk Wetbook BW selanjutnya disebut KUH Perdata Pasal 368 yang
menyebutkan antara lain bahwa dalam segala hal, bilamana Hakim harus mengangkat seorang wali, maka perwalian itu boleh diperintahkan kepada suatu
perhimpunan berbadan hukum yang bertempat kedudukan di Indonesia, kepada suatu yayasan atau lembaga amal. Jadi kalau diperhatikan dari ketentuan tersebut
18
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 110.
sebenarnya yayasan memang bersifat sosial dan tidak dimaksudkan untuk suatu kegiatan usaha yang bertujuan mencari keuntungan.
Setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan, maka ditegaskan kembali yang menggambarkan bahwa yayasan sebagai lembaga nirlaba. Pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Yayasan menjelaskan bahwa yayasan menyebutkan adanya harta kekayaan yang dipisahkan dan tujuannya untuk bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak terdapat anggota. Dalam praktek kegiatan yayasan di Indonesia, bentuk kegiatan usaha yayasan banyak digunakan untuk mencapai
tujuan seperti yayasan perawatan orang jompo, yayasan panti asuhan anak yatim- piatu, yayasan kematian, yayasan dana pensiun, yayasan pendidikan, rumah sakit
dan sebagainya. Pemerintah juga dapat mendirikan yayasan seperti yayasan bahan makanan, yayasan kesejahteraan pegawai dan lain sebagainya.
Berlakunya Undang-Undang Yayasan membuat kiprah yayasan sebagai lembaga nirlaba menjadi sorotan publik. Banyak tudingan miring kepada yayasan,
terutama berkaitan dengan ‘kedok’ sebagai mencari keuntungan, dengan melihat berbagai kemudahan yang didapat dalam mendirikan yayasan dibanding bentuk
badan hukum lain, seperti PT atau CV.
19
19
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 111.
Berdasarkan kenyataan di lapangan batasan yayasan sebagai organisasi nirlaba agak kabur. Sebagai contoh yaitu
yayasan dana pensiun, yang harus ‘memburu’ keuntungan agar dana yang tersimpan dapat berkembang. Padahal menurut Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang
Yayasan, yayasan hanya dapat mempergunakan 25 dua puluh lima persen modal yang dimilikinya diikutsertakan dalam bisnis yang bertujuan mencari
keuntungan. Sedangkan sisanya sebesar 75 tujuh puluh lima persen tetap digunakan untuk kegiatan non profit yang menjadi aktivitas yayasan sehari-
harinya. Yayasan memang tergolong sebagai lembaga yang idealis dan kegiatannya
termasuk mulia karena dengan ruang lingkup kegiatannya di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, memerlukan dana untuk pembiayaan tersebut,
sedangkan dilain pihak yayasan tidak mencari keuntungan dari kegiatannya. Oleh sebab itu, tanpa menyimpangi asas nirlaba tersebut sebenarnya yayasan boleh
mencari keuntungan asalkan jangan di dalam kegiatan yayasan, melainkan diluar yayasan. Caranya telah ditentukan oleh Undang-Undang Yayasan pada Pasal 7
yaitu dengan mendirikan badan usaha maupun ikut dalam penyertaan modal perusahaan di tempat lain.
20
2. Hakekat yayasan sebagai badan hukum
Yayasan dalam sejarahnya merupakan suatu himpunan harta kekayaan yang disisihkan oleh para pendirinya untuk kegiatan sosial dan segi-segi ideal
lainnya. Untuk mengetahui apakah yayasan itu merupakan badan hukum atau bukan dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli hukum, seperti Scholten yang
memberikan definisi bahwa
21
20
yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu
kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan. Pakar hukum lainnya juga memberikan
http:www.jakartaconsulting.compublicationsarticlesothersyayasan-yang-nirlaba, diakses pada tanggl 15 April 2015.
21
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf
Bandung: Alumni, 1986, hlm. 194.
definisi tentang yayasan diantaranya Utrecht, yang menyebutkan bahwa yayasan adalah tiap-tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan
badan dan yang diberi tujuan tertentu. Badan hukum adalah subyek hukum dalam arti yuridis, sebagai gejala
hidup bermasyarakat, sebagai badan ciptaan manusia berdasarkan hukum, mempunyai hak dan kewajiban seperti halnya manusia pribadi. Sebagaimana
halnya subyek hukum manusia, badan hukum ini dapat mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta dapat pula mengadakan hubungan-hubungan hukum
baik antara badaan hukum yang satu dengan badan hukum yang lain maupun antara badan hukum dan manusia. Karena itu badan hukum dapat mengadakan
perjanjian-perjanjian jual-beli, tukar-menukar, sewa-menyewa dan segala macam perbuatan di lapangan harta kekayaan.
22
Hukum di Indonesia mengenal yayasan stichting, foundation yaitu organisasi dengan tujuan tertentu. Subjek hukum yang baru dan berdiri sendiri itu
merupakan badan hukum. Badan hukum yayasan dapat didirikan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan dari kebiasaan dan yurisprudensi
bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan demikian kedudukan badan hukum itu diperoleh dengan bersama-sama saat berdirinya yayasan itu.
23
Yayasan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebelum berlakunya undang-undang yayasan, hanya didasarkan pada kebiasaan dan yurisprudensi
Mahkamah Agung. Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 124 KSip1973 tanggal 27 Juni 1973, dimana dalam pertimbangan putusan tersebut Mahkamah Agung
22
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm 27.
23
Ali Rido, Op. Cit., hlm. 114.
telah membenarkan putusan judex factie yaitu bahwa yayasan Dana Pensiun H.M.B, didirikan di Jakarta dengan nama “Stiching Pendiunfons H.M.B
Indonesie “. Dan telah menetapkan bahwa Yayasan Dana Pensiun H.M.B
Indonesia sebagai badan hukum. Meskipun kelemahan yurisprudensi pada saat itu hanya menetapkan suatu yayasan sebagai badan hukum sifatnya hanya per kasus
saja jadi pengadilan menetapkan yang memperoleh kepastian hukum sebagai badan hukum adalah yayasan yang berperkara saja, sedang yang lainnya masih
belum ada kepastian.
24
Mengikuti pandangan ini, maka status yayasan sebagai badan hukum semakin dipertegas dengan ditetapkannya Undang-Undang Yayasan. Sehingga
dengan lahirnya Undang-Undang Yayasan, telah menghapuskan keraguan perihal apakah yayasan merupakan badan hukum atau bukan.
25
Definisi yayasan dalam Undang-Undang Yayasan diatur dalam Pasal 1 ayat 1 mengakhiri perdebatan
para ahli hukum apakah Yayasan merupakan suatu badan hukum non komersial atau bukan, yang menyebutkan yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Bentuk yayasan tentunya berbeda dengan koperasi yang merupakan kumpulan orang. Dengan pengertian seperti pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Yayasan,
maka yayasan tidak mempunyai anggota dan tidak mempunyai saham, sehingga tidak mengenal dividen seperti halnya perseroan.
26
24
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 5.
25
http:yahyazein.blogspot.com200811status-hukum-yayasan.html diakses tanggal 20 Maret 2015.
26
R. Murjiyanto, Op.Cit, hlm. 67.
Ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa status badan hukum yayasan yang semula diperoleh dari sistem terbuka penentuan
atau het open system van rechtspersonen beralih berdasarkan sistem tertutup atau de gesloten system van rechtspersonen
. Hal demikian berarti bahwa sekarang yayasan menjadi badan hukum karena berdasarkan undang-undang dan bukan
berdasarkan sistem terbuka, yang berlandasakan pada kebiasaan, doktrin dan ditunjang dengan yurisprudensi.
Yayasan menurut undang-undang adalah suatu badan hukum yang untuk dapat menjadi badan hukum wajib memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu
yang ditentukan oleh Undang-Undang Yayasan. Adapun kriteria yang ditentukan adalah:
27
a. yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan;
b. kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan;
c. yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan; d.
yayasan tidak mempunyai anggota. Rumusan Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menguatkan bahwa yayasan
untuk memperoleh status badan hukum haruslah membuat akta pendirian yayasan yang disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM yang dibuat oleh notaris.
Pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM merupakan syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum bagi himpunanperkumpulanbadan usaha seperti
perseroan terbatas, koperasi maupun yayasan. Fungsi pengesahan dimaksudkan
27
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 10.
untuk keabsahan keberadaan badan hukum sehingga badan hukum itu mempunyai kelayakan yaitu seberapa jauh atau tidaknya bertentangan dengan ketentuan
perundang-undangan yang ada khususnya yayasan. Rumusan ini tentunya membawa konsekuensi bahwa sebagai badan hukum, yayasan memiliki
karakteristik dan kemampuan bertindak sebagai layaknya suatu subyek hukum.
28
Perubahan Pasal 11 Undang-Undang Yayasan telah menghapus kewenangan Kanwil dalam memberikan pengesahan atas suatu badan hukum
yayasan dan mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Di samping itu dinyatakan bahwa notaris harus mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum tersebut. Hal ini mungkin disebabkan pada masa lalu
banyak yayasan yang dengan sengaja tidak mengajukan permohonan menjadi badan hukum.
29
3. Pendirian yayasan di Indonesia
Hal tersebut berarti bahwa pengesahan akta pendirian ini merupakan satu-satunya dokumen yang menentukan saat berubahnya status
yayasan menjadi badan hukum. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum privat tidak perlu dipermasalahkan lagi atau tidak diragukan lagi dengan keluarnya
Undang-Undang Yayasan.
Sebelum adanya Undang-Undang Yayasan di Indonesia, perundang- undangan sama sekali tidak mengatur tentang badan hukum yayasan. Hanya
dalam KUH Perdata yayasan disebut adanya yayasan seperti pada Pasal 365, 899, 900, 1680, kemudian dalam Pasal 6 ayat 3 dan Pasal 236 Rv. Tetapi di
28
Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 2.
29
Ibid., hlm. 4.
Indonesia, yayasan sejak dahulu bahkan sebelum adanya Undang-Undang Yayasan, yayasan telah diterima sebagai badan hukum yang dapat melakukan
kegiatan usaha.
30
a. Aspek materil
Pendirian yayasan di Indonesia pada saat itu masih menggunakan syarat dari hukum perdata yang terdiri atas 2 aspek, yaitu :
1 Harus ada pemisahan harta kekayaan
2 Adanya tujuan yang jelas
3 Ada organisasi nama, susunan dan badan pengurus
b. Aspek formil yaitu pendirian yayasan dalam wujud akta otentik.
Pendirian yayasan didirikan oleh 1 satu orang atau lebih dengan memisahkan harta kekayaan pendiri yang merupakan kekayaan awal dan
dilakukan dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan kemudian disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pendiri bukanlah pemilik yayasan karena sejak semula telah memisahkan sebagian kekayaannya menjadi
milik yayasan. Yayasan dapat juga didirikan berdasarkan wasiat. Apabila terdapat wasiat
yang berisi pesan untuk mendirikan yayasan, hal ini dianggap sebagai kewajiban yang ditujukan kepada mereka yang ditunjuk dalam wasiat selaku penerima
wasiat untuk melaksanakan wasiat. Penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Hal ini saling berhubungan, bila penerima wasiat atau ahli waris tidak
melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk mendirikan yayasan, atas permintaan
30
Ali Rido, Op.Cit., hlm. 112.
pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat untuk melaksanakan wasiat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
pendiri harus melaksanakan tugasnya berdasarkan “fiduciary duty”.
31
a. Yayasan jelas merupakan suatu kumpulan modal dan bukan kumpulan
orang. Yayasan
yang didirikan berdasarkan wasiat berarti :
b. Dikatakan bukan kumpulan orang karena yayasan dapat didirikan hanya
oleh satu orang, yang menyisihkan sebagian harta kekayaannya pribadi menjadi harta kekayaan awal yayasan. Pemahaman ini diperkuat lagi
dengan rumusan yang memungkinkan pendirian yayasan dengan wasiat. c.
Selanjutnya oleh karena akta pendirian yayasan harus dibuat dalam bentuk akta notaris, maka wasiat yang memungkinkan pendirian yayasan juga
harus merupakan wasiat yang dibuat oleh atau di hadapan notaris.
32
Pengertian yang dimaksud dengan ‘orang’ menurut penjelasan Undang- Undang Yayasan berdasarkan Pasal 9 ayat 1 adalah orang perorangan person
baik warga Indonesia maupun warga negara asing ataupun warga negara Indonesia bersama-sama dengan warga negara asing, dan badan hukum artificial
person baik badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing ataupun badan
hukum Indonesia bersama-sama dengan badan hukum negara asing.
33
31
Ais Chatamarrasjid, Badan Hukum Yayasan Edisi Revisi Bandug: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 28.
32
Gunawan Widjaja, Yayasan di Indonesia Suatu Panduan Komprehensif Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002, hlm. 11.
33
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 73.
Artinya hanya bisa didirikan oleh orang perorangan saja atau oleh badan hukum saja, dan
tidak memberi kemungkinan pendiri campuran orang perorangan dengan badan hukum.
Undang-Undang Yayasan yang berlaku saat ini memberi pengaturan, bahwa pendirian yayasan di Indonesia harus dilakukan dengan akta notaris dan
dibuat dalam bahasa Indonesia berdasarkan pengaturan Pasal 9 ayat 2. Pembuatan akta pendirian dimaksud, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa. Akta pendirian yayasan tersebut memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Anggaran dasar tersebut sekurang-
kurangnya memuat:
34
a. nama dan tempat kedudukan yayasan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
yayasan; c.
jangka waktu pendirian; d.
jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang dan benda;
e. cara memperoleh kekayaan dan penggunaan kekayaan;
f. tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota pembina,
pengurus dan pengawas; g.
hak dan kewajiban pembina, pengurus dan pengawas; h.
tata cara penyelenggaraan rapat organ yayasan; i.
penggabungan dan pembubaran yayasan;
34
R. Murjiyanto, Op.Cit., hlm. 42.
j. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan yayasan
setelah pembubaran. Sedangkan keterangan lain, memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, tempat
dan tanggal lahir serta kewarganegaraan pendiri, pembina, pengurus dan pengawas.
Untuk selanjutnya akta pendirian diajukan ke permohonan pengesahan Menteri agar memperoleh pengesahan sebagai badan hukum sesuai Pasal 11 ayat
2 Undang-Undang Yayasan. Pendiri dan kuasanya mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM melalui notaris yang membuat
akta pendirian yayasan tersebut. Adapun permohonan pengesahan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 63 Tahun 2008, yang juga diatur dalam Pengumuman
Nomor AHU-10.OT.03.01. Tahun 2008, yang dilampiri antara lain : a.
surat permohonan pengesahan akta pendirian yayasan; b.
salinan akta pendirian yayasan; c.
foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak yayasan dilegalisir notaris; d.
surat pernyataan kedudukandomisili disertai alamat yayasan, ditandatangani pengurus diketahui kepala desa;
e. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama yayasan, atau pernyataan
tertulis pendiri tentang kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal yayasan;
f. surat penyataan pendiri tentang keabsahan kekayaan;
g. bukti pembayaran penerimaan negara bukan pajak;
h. bukti penyetoran biaya pengumuman dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia. Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa akta
pendirian yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan anggaran dasar yang disetujui atau diberitahukan, wajib diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Menteri yang membidangi hukum. Makna pengumuman ini sebagai
pemenuhan syarat publisitas yang dimaksudkan untuk diketahui oleh masyarakat atau pihak ketiga.
35
B. Pengelolaan Yayasan Oleh Organ Yayasan