Pertanggungjawaban Organ Yayasan dalam Pengelolaan Yayasan

dalam upaya mengidentifikasikan potensi pasar, menciptakan program yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi program tersebut. 51

C. Pertanggungjawaban Organ Yayasan dalam Pengelolaan Yayasan

Pertanggungjawaban badan hukum ada, jika organ bertindak sedemikian dalam batas-batas suasana formal dari wewenangnya. Dalam menyelenggarakan tugasnya yang mengikat badan hukum, organ dapat melakukan kesalahan- kesalahan pribadi yang merugikan badan hukum dan merupakan perbuatan melanggar hukum yang mewajibkan mereka untuk mengganti kerugian secara pribadi pula. Jadi organ yang melakukan perbuatan masih dalam batas-batas wewenangnya, di samping pertanggungjawaban badan hukum, organ secara pribadi mungkin saja harus bertanggungjawab sendiri atas perbuatan melawan hukum. Banyaknya bentuk tanggung jawab menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau diamati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan. Dalam kebudayaan Indonesia, umumnya tanggung jawab diartikan sebagai keharusan untuk menanggung dan menjawab dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan. Dalam ketentuan pidana disebutkan bahwa pertanggungjawaban pidana tidak dapat dilepaskan dengan 51 Ibid., hlm. 77. tindak pidana, tindak pidana itu tidak dapat berdiri sendiri dan itu baru bermakna manakala terdapat pertanggungjawaban pidana kesalahan, ini berarti setiap orang yang melakukan tindak pidana tidak dengan sendirinya harus dipidana, untuk dapat dipidana harus ada pertanggungjawaban pidana. Pertanggungjawaban mengenai kekayaan yayasan harus dipertanggungjawabkan oleh seluruh organ yang terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas. Pengurus wajib membuat laporan tahunan yang disampaikan kepada Pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Pengawas bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengurus dan pengawas yayasan dituntut untuk melibatkan kecakapankeahlian dan kehati-hatian dalam menjalankan tugas mereka masing-masing. Prinsip tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Yayasan. Hal ini merupakan sebuah bentuk upaya antisipatoris yayasan sekiranya pengurus dan pengawas melakukan kesalahan dan lalai dalam menjalankan tugas mereka. Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa segala pengurusan yayasan dijalankan oleh pengurus dengan pengawasan pengawas dan pembina. Oleh karena itu, mestinya pengurus tidak boleh menjalankan pengurusan secara sewenang-wenang. Harus ada mekanisme kontrol terhadap apa yang telah dijalankan oleh pengurus. Harus ada mekanisme di mana pembina sebagai pemegang kontrol terakhir bisa meminta pertanggungjawaban pengurus. 52 Hal yang biasanya dilarang oleh Undang-Undang Yayasan yang dapat menimbulkan pertanggungjawaban hukum oleh organ yayasan adalah situasi pada 52 Rudhi Prasetya, Op.Cit., hlm. 22. saat munculnya benturan kepentingan para organnya yang menggunakan kedudukannya dengan mendahulukan keuntungan pribadi mereka, sehingga mengakibatkan kerugian pada organisasi yang mereka kelola khususnya yayasan. Beberapa transaksi yang menjadi asal dari keuntungan pribadi organ yang dilarang meliputi: 1. pinjaman uang atau benda berharga lainnya dari organisasi nirlaba kepada individu pribadi; 2. pengambilalihan kewajiban individu oleh organisasi nirlaba; 3. pembayaran kepada seseorang atau suatu bisnis yang melebihi jumlah normalnya; 4. kompensasi yang bisa diterima atas barang atau jasa yang diberikan pada organisasi nirlaba; 5. memberikan izin pada seseorang untuk menggunakan atau membeli fasilitas nirlaba atau peralatan kantor secara cuma-cuma atau dengan harga sangat rendah; 6. menggunakan bentuk nirlaba untuk mengoperasikan organisasi pencari keuntungan atau untuk mencapai tujuan bisnis seperti mengizinkan suatu yayasan untuk berinvestasi dalam proyek yang dipimpin oleh organ yayasan itu sendiri. 53 Orang yang duduk dalam organ, dapat bertindak sebagai kualitas organ dan dapat juga bertindak secara pribadi. Apabila organ melakukan tindakan dalam kualitasnya sebagai organ, maka yayasan dapat digugat untuk perbuatan- 53 Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 157. perbuatannya yang melawan hukum yang dilakukan oleh organ tersebut. Sebaliknya, jika tindakan yang dilakukan oleh organ dalam kualitasnya sebagai pribadi, maka dengan sendirinya harus ditanggung oleh pribadi sendiri, dan badan hukum sama sekali tidak terikat. Hal ini telah menjadi yurispridensi tetap, yang tidak dikemukakan di dalam undang-undang. Undang-Undang Yayasan telah menetapkan bahwa yang mewakili kepentingan yayasan adalah pengurus, hanya saja sistem pertanggungjawaban yang ada didalam Undang-Undang Yayasan berbeda dengan sistem pertanggungjawaban badan hukum perdata lainnya seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT. Undang-Undang Yayasan hanya meletakkan tanggung jawab kepada pengurus dan pengawas. Beberapa pasal yang mengatur pertanggungjawaban organ dapat terlihat bahwa ada tanggung jawab yang dilakukan secara renteng antara organ yayasan, dan ada pula pertanggungjawaban yang dilakukan secara pribadi. Pertanggungjawaban secara renteng antar-organ dapat dilihat dalam Pasal 25 Undang-Undang Yayasan yang menyebutkan bahwa selama pengumuman pendirian yayasan belum dilakukan, pengurus yayasan bertanggung jawab secara renteng atas seluruh kerugian yayasan. Demikian pula dalam hal dokumen laporan tahunan ternyata tidak benar dan menyesatkan, maka pengurus dan pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 49 bab VII Undang-Undang Yayasan tentang laporan tahunan yayasan yang wajib dilakukan pengurus. Dalam jangka waktu paling lambat 5 lima bulan terhitung sejak tanggal tahun buku yayasan ditutup, pengurus wajib menyusun laporan tahunan yang memuat tentang keadaan dan kegiatan yayasan selama tahun buku serta hasil yang telah dicapai, laporan tentang keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas dan terakhir transaksi yang dilakukan oleh yayasan. Pengurusan yayasan dipegang penuh oleh pengurus maka pengurus bertanggung jawab penuh dalam menjalankan tugasnya dan harus beritikad baik agar tujuan dari yayasan dapat tercapai. Pertanggungjawaban pribadi pada pengurus diatur pada Pasal 35 ayat 5 Undang-Undang Yayasan dimana disebutkan pertanggungjawaban itu ditanggung secara pribadi oleh pengurus apabila dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga. Pengurus bertanggung jawab sepenuhnya atas kepengurusan yayasan, baik untuk kepentingan dan tujuan yayasan, serta pengurus sebagai organ yang mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan asas persona standi in judicio . Ini berarti pengurus mewakili yayasan dalam melakukan gugatan atau digugat. Layaknya dalam UUPT pada prinsipnya, direksi bertanggung jawab secara pribadi tidak hanya terhadap tindakan yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pribadi, tetapi juga dalam hal-hal tertentu, terhadap perbuatan yang dilakukan dalam kedudukannya sebagai direktur perusahaan. Pada prinsipnya, setiap konsekuensi yuridis atas tindakan perseroan, baik dan buruk, akan dipikul sendiri oleh perseroan tersebut. Namun demikian, undang-undang mengenal juga beberapa pengecualian. Jadi walaupun itu merupakan tindakan perseroan, dibuka kemungkinan bukannya perusahaan yang bertanggung jawab, tetapi pihak lainnya, misalnya direktur secara pribadi atau secara renteng. 54 Menurut linen, tanggung jawab pribadi dapat dibebankan kepada organ jika organ tersebut melakukan kesalahan dengan aset nirlaba, sehingga dapat diminta untuk membayar pada nirlaba dari asetnya sendiri. 55 54 Ibid., hlm. 243. 55 Ibid., hlm. 263. Mengenai pertanggungjawaban renteng antar pengurus diatur di dalam Pasal 39 dan Pasal 47 Undang-Undang Yayasan menjelaskan bahwa dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengurus dan kekayaan yayasan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan, maka setiap anggota pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Namun, pengurus yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat 3 Undang-Undang Yayasan bahwa setiap anggota pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, negara, ataupun masyarakat berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi pengurus yayasan manapun. Pertanggungjawaban secara renteng antar pengurus juga dapat dilihat dalam Pasal 25 Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa selama pengumuman belum dilakukan, pengurus yayasan bertanggung jawab secara renteng atas seluruh kerugian yayasan. Perbuatan dari pengurus yang oleh hukum dipertanggungjawabkan kepada badan hukum merupakan suatu pengakuan, bahwa pengurus mewakili badan hukum. Hal ini sesuai dengan Pasal 1655 KUH Perdata yang mengatakan, bahwa pengurus dapat mengikatkan badan hukum dengan pihak ketiga. Anggaran dasar danatau undang-undang serta peraturan-peraturan lainnya merupakan ketentuan yang memuat syarat konstitusif dari badan hukum yang menunjukan orang-orang yang dapat bertindak untuk dan atas pertanggungjawaban badan hukum. Undang-Undang Yayasan menyebutkan aturan bahwa pengawas mempunyai tanggung jawab secara pribadi atas yayasan yang dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan anggaran dasar juga apabila yayasan mengalami kerugian. Hal ini diatur dalam Pasal 42 Undang-Undang Yayasan yang menyebutkan bahwa pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan. Pengawas bertanggung jawab sepenuhnya atas kepengurusan yayasan, baik untuk kepentingan dan tujuan yayasan, sesuai dengan asas persona standi in judicio. Ini berarti bahwa pengawas mewakili yayasan dalam melakukan gugatan atau digugat. Undang-Undang Yayasan juga mengatur tanggung jawab renteng antar organ pengawas apabila yayasan mengalami kepailitan. Kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengawasan sehingga kekayaan yayasan yang ada tidak cukup untuk menutupi kerugian tersebut yang diatur dalam Pasal 47 Undang-Undang Yayasan, menegaskan bahwa setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Anggota pengawas yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan dan kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. Setiap anggota pengawas yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, negara dan masyarakat berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 lima tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengawas yayasan manapun. 51 BAB III PEMBAGIAN KEKAYAAN YAYASAN KEPADA ORGAN YAYASAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG YAYASAN NOMOR 16 TAHUN 2001 jo UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004

A. Kekayaan Yayasan

Dokumen yang terkait

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

0 0 20

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 19

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26