51
BAB III PEMBAGIAN KEKAYAAN YAYASAN KEPADA ORGAN YAYASAN
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG YAYASAN NOMOR 16 TAHUN 2001 jo UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004
A. Kekayaan Yayasan
Istilah yang digunakan dalam Perseroan Terbatas maupun Koperasi, agar usahanya dapat berjalan dengan baik ketika kedua badan hukum itu baru berdiri
adalah “modal”. Sedangkan untuk yayasan, Undang-Undang Yayasan tidak menggunakan istilah modal tetapi namanya “kekayaan”.
56
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa sebagai kekayaan awal Yayasan, maka Pendiri Yayasan
diwajibkan untuk memisahkan harta kekayaannya dan kemudian diserahkan kepada Yayasan. Ketentuan tersebut diperkuat oleh Pasal 26 ayat 1 Undang-
Undang Yayasan yang menyebutkan, kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang dan barang. Jumlah kekayaan awal
yayasan yang didirikan orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp. 10.000.000,- sepuluh juta
rupiah, sedangkan jumlah kekayaan awal yang didirikan oleh orang asing atau Dalam rangka
melaksanakan aktivitasnya di masa berdirinya sebuah Yayasan, sama seperti sebuah perusahaan harus memiliki modal dasar, dalam hal ini adalah kekayaan
awal. Kekayaan awal ini untuk membiayai kegiatan seperti pembelian tanah, pembangunan gedung, pembelian kendaraan, mebel, alat tulis kantor, pemasangan
listrik, air, dan sebagainya.
56
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 66.
orang asing bersama orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah. Hal
ini juga dipertegas pada Pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Yayasan. Pemisahan kekayaan tersebut, harus disertai dengan surat pernyataan pendiri
mengenai keabsahan harta kekayaan yang dipisahkan tersebut, dan bukti yang merupakan bagian dari dokumen keuangan yayasan.
57
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa harta kekayaan adalah benda dan hak-hak atas benda, dan hubungan hukum antara dua orang atau lebih
sehubungan hukum antara dua orang atau lebih sehubungan dengan benda tersebut, maka dapat diketahui bahwa obyek hukum harta kekayaan itu adalah
benda. Kata benda dalam bahasa Belanda sebagaimana dipakai di dalam KUH Perdata adalah zaak zaken, yang diartikan dalam beberapa macam, antara lain
diartikan sebagai benda, kebendaan, barang, urusan, kepentingan. Ini berarti KUH Perdata sendiri memakai istilah zaak zaken untuk berbagai macam pengertian.
58
Benda lazimnya diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang, yaitu tiap-tiap barang dan hak yang dapat dikuasai oleh milik. Apa yang
dapat dijadikan sebagai objek hak milik termasuklah ke dalam golongan benda, sebaliknya sesuatu yang tidak dapat dijadikan obyek hak milik, tidak termasuk
sebagai benda. Namun harus dipahami benar bahwa hak juga adalah benda sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 499 KUH Perdata tersebut.
59
57
R. Murjiyanto, Op.Cit., hlm. 41.
58
Elisabeth Nurhaini ButarButar, Op.Cit., hlm. 25.
59
Ibid., hlm. 26.
Dalam Undang-Undang Yayasan disebutkan, bahwa sumber kekayaan yayasan berasal
dari sejumlah kekayaan pendiri yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang,
jadi bukan benda. Padahal pengertian benda menurut Pasal 499 KUH Perdata menyebutkan kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Selain kekayaan yayasan berasal dari pemisahan kekayaan pendiri,
Yayasan juga dapat memperoleh kekayaan dari sumber-sumber lain. Berdasarkan Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang Yayasan sumber-sumber perolehannya berasal
dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat dan perolehan lainnya yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
60
1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat
Pengertian dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat adalah sumbangan atau bantuan sukarela yang diterima yayasan baik dari negara,
masyarakat, maupun dari pihak lain asalkan bantuan itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumbangan yang berasal
dari kekayaan yayasan lain yang dilikuidasi yang mempunyai kesamaan kegiatan juga merupakan salah satu sumber kekayaan yayasan. Sumbangan atau bantuan
yang berasal dari keuangan negara wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia bagi yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar
negeri danatau pihak lain sebesar Rp. 500 juta lima ratus juta rupiah atau lebih hal ini diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Yayasan. Memang jika ada bantuan
yang datang dari mana pun, pihak yang memberi bantuan pada umumnya selalu mengharapkan adanya “sesuatu” yang dapat dilakukan oleh penerima bantuan.
60
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm 68-73.
Hukum yang berlaku di masyarakat sering mengatakan pemberian prestasi selalu diikuti dengan kontra prestasi.
Pemberi bantuan biasanya ada yang mengharap secara terang-terangan, sedangkan penerima bantuan adakalanya walaupun tidak diminta melakukan
kontra prestasi, dengan dalih karena merasa telah berutang budi kemudian melakukan sesuatu untuk kepentingan pemberi bantuan. Berhubung ketentuannya
tidak boleh mengikat yayasan, maka pihak manapun yang memang berniat memberi sumbangan kepada yayasan, tidak boleh mengikatkan diri. Kalau mau
memberikan bantuan, silakan diserahkan saja kepada yayasan, biar bantuan itu diurus yayasan setelah diterima. Sebaliknya untuk yayasan sebagai penerima
bantuan, juga tidak boleh mengikatkan diri kepada pemberi bantuan. Yayasan harus siap menolak apabila ada bantuan yang mengikat padanya.
61
2. Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif orang yang mewakafkan untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna kepentingan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah Undang-Undang
Repuplik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Harta yang diwakafkan dapat berasal dari seseorang atau badan hukum yaitu dengan
membuat ikrar wakaf didepan Pejabat pembuat ikrar wakaf. Setelah berikrar wakif melaksanakan penyerahan barang yang dapat berupa barang bergerak
61
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 68.
maupun barang tidak bergerak kepada nazdir dalam hal ini yayasan sebagai penerima harta wakaf maka yayasan berkedudukan sebagai nazdir.
62
3. Hibah
Pasal 1666 ayat 1 KUH Perdata menyebutkan hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya dengan cuma-cuma dan
dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Hibah yang dimaksudkan itu,
bukan merupakan perjanjian obligatoire atau bertimbal-balik seperti perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, melainkan perjanjian sepihak. Hibah
merupakan perjanjian penyerahan barang yang dibuat penghibah kepada penerima hibah, dan yang mempunyai janji hanyalah penghibah saja. Tidak ada janji
sebaliknya yang merupakan kontra prestasi yang dilakukan oleh penerima hibah. Hibah yang telah dibuat, apalagi telah dilaksanakan penyerahan barang
yang dihibahkan, tidak dapat ditarik kembali oleh penghibah. Adapun barang- barang yang dapat dihibahkan hanyalah barang-barang yang sudah ada di tangan
penghibah. Jika hibah itu meliputi barang-barang yang aka nada dikemudian hari, maka berdasarkan ketentuan Pasal 1667 KUH Perdata hibah itu menjadi batal.
Syarat yang harus dipenuhi agar hibah itu sah adalah perjanjiannya dibuat dengan akta notaris, karena akta notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna,
isinya harus dipercaya kebenarannya.
63
62
Ibid.
63
Ibid., hlm. 70.
4. Hibah wasiat
Pasal 957 KUH Perdata menyebutkan suatu penetapan wasiat yang khusus dengan mana si yang mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan
beberapa barangnya dari suatu jenis tertentu, seperti memberikan segala barang- barang bergerak atau tidak bergerak atau memberikan hak pakai hasil atas seluruh
atau sebagian harta peninggalannya. Jika dalam hibah, penyerahan barang yang dihibahkan dilakukan ketika penghibah masih hidup. Sedangkan untuk hibah
wasiat, dilakukan ketika warisan telah terbuka yaitu dengan meninggalnya pewaris. Sehubungan dengan itu, Pasal 878 KUH Perdata menetapkan, suatu
ketetapan wasiat untuk para miskin tanpa penegasan lebih lanjut, harus dianggap telah diambil demi kebahagiaan sekalian penderita sengsara, dengan tidak
memandang agama, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga miskin pada tempat di mana warisan yang bersangkutan terbuka.
Pemberian hibah wasiat ini sebagaiman yang telah diaturkan maka selain dapat ditujukan kepada perorangan, juga dapat pula ditujukan kepada suatu
lembaga. Dan dalam Undang-Undang Yayasan telah diketahui bahwa salah satu sumber perolehan kekayaan yayasan adalah dari hibah wasiat. Syarat yang
ditentukan oleh Undang-Undang Yayasan, besarnya hibah wasiat yang diserahkan kepada yayasan tidak boleh bertentangan dengan hukum waris.
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan
danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf e Undang-Undang Yayasan
menyebutkan perolehan lain dimaksud, misalnya deviden, bunga tabungan bank,
sewa gedung, atau perolehan dari hasil kegiatan usaha yayasan. Yayasan selaku badan hukum yang memiliki sejumlah saham pada PT, maka setiap tahunnya jika
perseroan itu memperoleh keuntungan maka sebagai pemegang saham, yayasan akan memperoleh deviden. Deviden yang diterima itu merupakan pemasukan
yayasan sebagai kekayaan yayasan. Demikian pula dengan kekayaan yayasan yang berasal dari bunga tabungan bank, yang tiap bulannya akan mendapat bunga
sekian persen maka itu akan masuk kedalam kas kekayaan yayasan. Dan uang sewa terhadap harta yayasan yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan
maka biaya sewa tersebut masuk kedalam kekayaan yayasan. Serta perolehan dari hasil kegiatan usaha yayasan seperti mendirikan badan usaha toko buku,
percetakan, border pakaian, jasa telekomunikasi dan sebagainya maka keuntungan dari badan usaha tersebut akan menjadi bagian dari kekayaan yayasan.
64
6. Bantuan pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan, mengatur secara khusus tentang syarat dan tata cara
pemberian bantuan negara. Bantuan dari negara kepada yayasan berasal dari anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah. Bantuan negara
hanya dapat diberikan kepada yayasan yang memiliki program kerja dan melaksanakan kegiatan yang menunjang program pemerintah pusat danatau
daerah. Bantuan negara tersebut dapat berupa uang atau jasa atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang. Begitu juga bantuan dari luar negeri baik dari negara
maupun orang asing yang berasal dari luar negeri.
64
Ibid ., hlm. 73.
Berbicara tentang penggabungan dan pembubaran yayasan juga dapat dikaitkan dengan salah satu sumber kekayaan yayasan dan salah satu dampak
beralihnya kepemilikan hak milik kekayaan yayasan kepada pemilik yang baru. Yayasan yang menggabungkan diri ke dalam yayasan yang menerima
pengabungan, demikian pula halnya dengan semua kegiatan atau aktivitas dari yayasan yang menggabungkan diri juga turut beralih ke yayasan yang menerima
penggabungan.
65
Ketentuan Pasal 57 ayat 1 Undang-Undang Yayasan membuka kesempatan lebih dari 1 satu yayasan untuk melakukan penggabungan dengan
yayasan lain, dan ini tergantung kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian tentang penggabungan. Unsur penggabungan yang lain adalah yayasan yang
menggabungkan diri menjadi bubar, karena setelah bergabung yang ada hanyalah satu yayasan saja, yaitu yayasan yang menerima penggabungan. Penggabungan
ini meliputi harta kekayaan yayasan maupun para personalnya. Harta kekayaan diserahkan kepada yayasan yang menerima penggabungan untuk dijadikan satu,
sedangkan para personalnya dapat menjadi personal baru didalam yayasan tersebut.
66
Ketika yayasan berakhir atau bubar maka diikuti dengan likuidasi, yaitu tindakan pemberesan dengan cara menjual aset-aset yayasan setelah dan setelah
menutupi kewajiban-kewajiban pihak ketiga, dan apabila masih ada sisanya diserahkan kepada yayasan lain atau kepada negara. Berbeda dengan dalam teori
pembubaran badan yang berbentuk perseroan terbatas, jika terdapat sisa hasil likuidasi, maka sisa tersebut dikembalikan kepada para pemilik modal perseroan
65
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm.324.
66
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm 138.
yaitu para pemegang saham. Untuk pembubaran badan hukum koperasi, sisa hasil likuidasi diserahkan kepada para anggota koperasi.
67
Sedangkan sisa hasil likuidasi dalam hukum yayasan diatur dalam Pasal 68 ayat 1 Undang-Undang
Yayasan yang menyebutkan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan yang bubar. Ini
artinya sisa tersebut tidak diberikan kepada pendiri yayasan, walaupun pendiri pernah menyerahkan “modal” kepada yayasan yang telah didirikan, karena
kekayaan yang pernah diserahkan itu merupakan sebagaian kekayaan yang telah dipisahkan dari seluruh kekayaan pendiri.
68
B. Pengalihan Harta Kekayaan Yayasan