Gugatan Terhadap Yayasan dalam Pembagian Harta Kekayaan Yayasan

82 BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PEMBAGIAN KEKAYAAN YAYASAN KEPADA ORGAN YAYASAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 jo UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004

A. Gugatan Terhadap Yayasan dalam Pembagian Harta Kekayaan Yayasan

Gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan. Sedangkan, penggugatan merupakan suatu cara atau tindakan menggugat atas tuntutan hak yang mengandung sengketa atau perbuatan melawan hukum dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan. Penggugatan terhadap yayasan merupakan akibat hukum yang timbul atas perbuatan suatu yayasan dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan hukum. Dalam hal ini merupakan penggugatan atas pembagian kekayaan yayasan yang tidak sesuai dengan aturan dalam Undang-Undang Yayasan. Setiap orang dalam organ yayasan tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yayasan yang dilakukannya, kecuali apabila orang dalam organ yayasan terbukti karena kelalaiannya perbuatan tersebut menimbulkan kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. Dengan demikian, apabila organ yayasan telah melakukan secara sah perbuatan tertentu dalam kedudukannya sebagai organ yayasan tersebut, dalam arti bukan dalam kapasitasnya selaku pribadi, maka organ tersebut telah melakukan tindakan untuk dan atas nama yayasan, sehingga tindakan yang demikian telah merupakan tindakan korporasi badan hukum. 81 81 Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 251. Pertanggungjawaban badan hukum atas perbuatan bawahan, tidak hanya meliputi segala yang mereka perbuat dalam tugasnya sebagai bawahan, melainkan juga perbuatan-perbuatan yang dimungkinkan oleh fungsi mereka. Jadi pertanggungjawaban atas perbuatan bawahan itu ada, kalau tugas yang diberikan kepada bawahan itu membuka dan memperluas kemungkinan untuk melakukan perbuatan itu. Orang yang duduk dalam organ, dapat bertindak sebagai kualitas organ dan dapat juga bertindak secara pribadi. Apabila organ melakukan tindakan dalam kualitasnya sebagai organ, maka yayasan dapat digugat untuk perbuatan- perbuatannya yang melawan hukum yang dilakukan oleh organ tersebut. Sebaliknya, jika tindakan yang dilakukan oleh organ dalam kualitasnya sebagai pribadi, maka dengan sendirinya harus ditanggung oleh pribadi sendiri, dan badan hukum sama sekali tidak terikat. Hal ini telah menjadi yurisprudensi tetap, yang tidak ditemukan di dalam Undang-Undang. 82 Perlu dibedakan antara perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang yang dalam hubungan kerja pada badan hukum, dengan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ dari badan hukum. Untuk perbuatan melawan hukum dari bawahannya yang bukan organ, maka badan hukum bertanggung jawab berdasarkan Pasal 1367 KUH Perdata yang menyebutkan seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yng disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Sedangkan untuk perbuatan melawan 82 Ibid., hlm. 252-253. hukum dari organ bukan bawahannya, maka badan hukum bertanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata yang menyebutkan tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mengganti kerugian tersebut. 83 1. Segala perbuatan wakilorgan itu bisa dipertanggungjawabkan kepada badan hukum, termasuk onrechtmatige daad; Dalam segala tindakan, badan hukum dipandang seolah-olah tidak berbeda dari seorang manusia, termasuk kemungkinan untuk melakukan perbuatan melawan hukum. Mengenai gugatan terhadap yayasan sebagai akibat hukum dari pembagian kekayaan yayasan kepada organnya menurut teori realitas yuridis theorie juridische realiteit yang dikemukakan oleh Paul Scholten dan Meijers, maka dasar pertanggungjawaban oleh pengurus dan organ lainnya harus dapat dipertanggungjawabkan terhadap badan hukum itu sendiri. Dalam melakukan perbuatannya, suatu badan hukum tentu ada kemungkinan untuk melakukan perbuatan melawan hukum. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatan melawan hukum dari badan hukum itu sebenarnya tidak masuk akal, karena badan hukum itu tidak memerintahkan atau memberi mandate pada organ itu untuk melakukan perbuatan hukum lainnya. Tentang hal itu dasarnya menurut juridische realiteit yaitu: 2. Setiap mempertahankan suatu hak dan setiap pelaksanaan suatu hak oleh organpengurus sebagai organ dapat dipertanggungjawabkan pada badan hukum; atau 83 Ali Ridho, Op.Cit., hlm. 30. 3. Tindakan yang diperbuat oleh organ sebagai organ dapat dipertanggungjawabkan kepada badan hukum, sebab dalam berbuat sampai mengakibatkan onrechtmatige daad berbuat tidak untuk haknya sendiri, tetapi untuk badan hukum itu. Antar organ yayasan juga dapat saling gugat antara organ yang satu dengan yang lain, misalnya pembina menggugat pengurus atau sebaliknya, pengawas menggugat pengurus atau sebaliknya dan pembina menggugat pengawas atau sebaliknya. Hal ini disebabkan atas tanggung jawab pribadi organ yayasan yang bertanggungjawab penuh dalam mengelola yayasan. Meskipun Undang-Undang Yayasan tidak dengan jelas menyebutkan bahwa organ dapat saling menggugat antara satu organ dengan yang lainnya tidak dimungkinkan juga hal itu dapat dilakukan oleh organ yayasan dimana bila salah satu organ dalam mengelola yayasan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Ketentuan Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Yayasan dapat menjadi dasar atau alasan untuk melakukan gugatan terhadap yayasan, hal ini dilihat jika terdapat dugaan bahwa organ yayasan melakukan perbuatan: 1. melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentanggan dengan anggaran dasar; 2. lalai dalam melaksanakan tugasnya; 3. melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga; atau 4. melakukan perbuatan yang merugikan negara. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan pemeriksaan dan gugatan terhadap yayasan adalah harus ada dugaan yang kuat terhadap organ yayasan melakukan penyimpangan dengan salah satu alasan yang sudah disebutkan. Mengenai perbuatan menyimpang dengan alasan melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan anggaran dasar yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 huruf a, bahwa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum tidak dapat dilepaskan dari ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, karena pasal tersebut merupakan landasan hukumnya. 84 Adanya dugaan penyimpangan di dalam yayasan tidak serta merta pihak yang merasa berkepentingan dapat dengan mudahnya untuk melakukan pemeriksaan ke dalam yayasan. Ketentuan Pasal 53 ayat 2 dan ayat 3 Undang- Undang Yayasan mengharuskan pemeriksaan terhadap yayasan dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan. Dengan prosedur yang demikian, tampak bahwa ada campur tangan pengadilan di bidang pengawasan, yang tujuannya Perbuatan melawan hukum pengertiannya sangat luas, bukan hanya perbuatan-perbuatan yang meliputi pelanggaran terhadap peraturan-peraturan hukum saja, akan tetapi sejak keluarnya putusan Hoge Raad di Belanda pada tanggal 13 Januari 1919 pengertian perbuatan melanggar hukum termasuk pula meliputi perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kesopanan, kepantasan dan kesusilaan yang berlaku dalam pergaulan hidup masyarakat. Demikian pula perbuatan-perbuatan sebagaimana Pasal 53 ayat 1 huruf b, c dan d Undang-Undang Yayasan tergolong sebagai perbuatan melawan hukum. 84 Gatot Supramono, Op.Cit., hlm 126. untuk kepentingan melindungi yayasan dari perbuatan sewenang-wenang pihak ketiga. Pengadilan yang berwenang mengeluarkan penetapan tersebut adalah pengadilan negeri, karena perkara permohonan semacam ini termasuk perkara perdata umum, yang termasuk kompentensi absolut peradilan umum. Permohonan untuk pemeriksaan terhadap yayasan diajukan kepada pengadilan negeri di wilayah hukum tempat yayasan berdomisili. 85 Adapun yang dapat mengajukan permohonan gugatan terhadap yayasan ke pengadilan, pada prinsipnya adalah pihak ketiga tetapi tidak dimungkinkan bagi organ yayasan itu sendiri. Pihak ketiga yang dimaksudkan tersebut adalah pihak yang berada di luar yayasan. Dalam Undang-Undang Yayasan memerinci pihak yang mengajukan permohonan dengan membedakan antara pihak ketiga yang berkepentingan dengan kejaksaan, padahal kejaksaan sebenarnya juga merupakan pihak ketiga. Untuk permohonan pemeriksaan dengan dugaan sebagaimana huruf a, b dan c Pasal 53 ayat 2 Undang-Undang Yayasan diajukan oleh pihak ketiga, sedangkan untuk permohonan pemeriksaan dengan dugaan organ yayasan melakukan perbuatan yang merugikan negara diajukan oleh kejaksaan dalam kapasitasnya mewakili kepentingan umum. Dari sini terlihat letak bedanya, antara pihak ketiga dengan kejaksaan yang kedudukannya sama-sama sebagai pemohon. Kejaksaan mengajukan permohonan untuk mewakili kepentingan umum, sedangkan pihak ketiga hanya mewakili kepentingan pribadinya. 86 Gugatan perkara yang diajukan kepada yayasan, maka pihak ketiga atau kejaksaan disebut sebagai pemohon dan pihak yayasan disebut sebagai termohon. 85 Ibid., hlm 128. 86 Ibid ., hlm. 129. Surat permohonan setelah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan, akan disidangkan oleh hakim di persidangan yang terbuka untuk umum. Dalam persidangan pemohon mempunyai hak untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, di lain pihak yaitu termohon juga mempunyai kesempatan untuk membuktikan dalil-dalil sanggahannya. Persidangan perkara perdata ini pada umumnya, bukti-bukti yang diajukan berupa alat bukti surat dan saki-saksi. Hakim akan menjatuhkan putusan yang berbentuk penetapan, setelah mempertimbangkan alat-alat bukti dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan. Tidak semua permohonan gugatan kepada yayasan akan diputus dikabulkan oleh pengadilan, karena sangat tergantung kepada hasil pembuktian. 87 Gugatan terhadap yayasan yang terjadi dapat dilihat dari kasus Yayasan Supersemar dan Soeharto selaku pendirinya. Ditemukan adanya perbuatan melanggar yang dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto dan Yayasan Supersemar secara perdata onrechtmatig daad yang nyata-nyata menimbulkan kerugian keuangan negara. Sehingga memungkinkan diajukannya gugatan perdata atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan Mantan Presiden Soeharto. Soeharto dan Yayasan Supersemar didakwa telah menggunakan dana yayasan yang telah terkumpul berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1976 Tentang Penetapan Penggunaan Sisa Laba Bersih Bank-Bank Milik Pemerintah, yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor 333KMK.0111978 serta anggaran dasar Supersemar yang menyatakan bahwa tujuan yayasan adalah membantumembina para siswa 87 Ibid., hlm 130. dan mahasiswa yang cukup cakap tetapi tidak dapat melanjutkan pelajarannya vide Pasal 3 ayat 2 anggaran dasar yayasan yang mencantumkan kewajiban pengumpulan dana pada Yayasan Supersemar. Bila ditelusuri, bahwa pada dasarnya Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Mantan Presiden Soeharto bertentangan dengan UUD 1945 sebelum diamandemen. Soeharto dan Yayasan Supersemar dituntut pengembalian kekayaan yayasan yang telah dialihkan atau dibagikan. Berdasarkan KUH Perdata yang berdasarkan Pasal 1359, 1360, 1362, 1363, Yayasan Supersemar dan Soeharto diwajibkan mengembalikannya, jika tidak dituntut telah melakukan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam 1365 KUH Perdata. Pengembalian terhadap dana yang sudah dibayarkan tersebut didasarkan pada tidak adanya kewajiban dari bank-bank Pemerintah tersebut melakukan penyisihan sebagian labanya untuk disetorkan atau dibayarkan kepada Yayasan Supersemar.

B. Sanksi Pidana dalam Pembagian Harta Kekayaan Yayasan

Dokumen yang terkait

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

0 0 20

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 19

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26