perusahaan sekuritas dan para piaang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional.
3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
BAPEPAM lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh bursa efek
sendiri, selain itu peraturan dimulai oleh Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM secara konsisten.
5. Perkembangan Usaha
Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di Asia Pasifik relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari pergerakan indeks harga sahamnya.
Bursa Efek Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata indeks tahunan sebesar 12,7. Peningkatan ini
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan pergerakan indeks bursa regional lainnya. Perkembangan indeks ini tetap menunjukkan
peningkatan yang positif, meskipun beberapa negara Asia seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan termasuk Indonesia mengalami krisis
ekonomi pada periode 1997-1999. Dari beberapa indikator lainnya, di tahun 2004 bursa Indonesia juga
menunjukkan perkembangan yang meningkat. Hal tersebut terlihat dari perkembangan nilai kapitalisasi pasar yang meningkat 34,01 dan nilai
perdagangan yang meningkat 87,80 dibandingkan tahun sebelumnya.
61
Akan tetapi, peranan pasar modal indonesia terhadap perekonomian negara, yang terlihat dari perbandingan nilai kapitalisasi pasar terhadap
Produk Domestik Bruto PDB, masih berada pada posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai kapitalisasi pasar terhdap PDB di
indonesia hanya mencapai 29,5. Sementara beberapa bursa regional lainnya telah melampaui 100. Disisi lain, kondisi ini menunjukkan
masih besarnya potensi perkembangan pasar modal Indonesia. Perkembangan penggalangan dana melalui pasar modal Indonesia
sangat terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika krisis ekonomi melanda indonesia pada tahun 1997-1998, jumlah
emiten hanya tumbuh sebesar 1 dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,15 pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan
untuk obligasi, tidak ada emiten yang menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998. setelah mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi, pasar saham
mulai kembali bergairah sejak tahun 1999. pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesr 172,2 yaitu dari Rp. 75,9 triliun pada tahun 1998
menjadi Rp. 206,7 triliun pada tahun 1999. setelah meningkat secara signifikan pada tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000 hingga
pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5 pertahun, dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3,4 pada
periode yang sama. Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002 sempat
mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak stabil.
62
Namun demikian, dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 meberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai
kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp.65,81 triliun pada bulan juni 2005. selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB pada
tahun 2004 mencapai 29,5 yang merupakan peningkatan yang cukup sgnifikan dalam lima tahun terakhir setelah masa krisis. Untuk
perkembangan emisi saham, terlihat tidak terlalu signifikan, namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup aktif. Rata-rata nilai perdagangan
pada periode 1999 hingga juni 2005 berada pada kisaran Rp.794,43 miliar per hari dengan volume saham berkisar 1.03 miliar lembar per hari
dan frekuensi berksar 16 ribu transaksi per hari. Sepanjang tahun 2006, tercatat 12 perusahaan melakukan initial pubic
offering. Namun, pada nilai emisi saham erjadi penurunan sebesar 15
dari Rp. 3,54 triliun di tahun 2005 menjadi Rp. 3,01 triliun di tahun 2006 merupakan tahun pertama bergabungnya Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan DJLK dengan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. Diharapkan dengan bergabungnya kedua otoritas tersebut menjadi
BAPEPAM-LK dapat menciptakan sinergi yang lebih baik lagi antara industri pasar modal dan lembaga keuangan lainnya.
63
B. Analisis dan Pembahasan