Faktor Internal Landasan Teori

bersih. Tobin’s Q untuk mengukur nilai pasar sebagai peluang investasi. Tingginya tingkat dari Return on Asset, Return on Equity dan Tobin’s Q dapat mengidentifikasikan tingkat kesehatan bank yang baik Staikouras, 2007. Menurut Selamet Riyadi 2006, ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal modal inti bank, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan.

3. Faktor Internal

a. Capital Adequacy Ratio Menurut Rose dan Hudgins 2005 penilaian kesehatan bank dapat didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank. Modal merupakan sumber dana dari pihak kesatu yang dapat meliputi: modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan dan laba ditahan yang harus disediakan bank dalam jumlah yang cukup. Penilaian modal suatu bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar modal tersebut dapat memenuhi aktifitas bank. Salah satu metode untuk mengukur modal bank dengan cara Capital Adequacy Ratio CAR yang 18 digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi bank. CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR, atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuanstandar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for Internasional Settlement Selamet Riyadi, 2006. Dalam menetapkan CAR terdapat perhitungan yang cukup njelimet , yaitu sebelum komponen aktiva digolongkan sebagai ATMR, terlebih dahulu ditetapkan bobotnya berdasarkan margin yang telah ditentukan. CAR merupakan indicator dari kecukupan modal suatu bank, yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang solvabilitas. Penyediaan modal yang cukup merupakan hal penting, untuk mengimbangi ketergantungan dari dana pihak ketiga. Secara esensial CAR menetapkan bahwa terhadap pos-pos tertentu, terutama aktiva tidak produktif dan aktiva produktif yang kualitasnya “memburuk” harus dibiayai dengan dana sendiri. Eddie Rinaldy, 2008 19 Kinerja bank dapat diketahui dengan cara mengukur rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank. Modal memiliki pengaruh positif terhadap profit yang dimiliki, sehingga semakin besar tingkat permodalan bank maka akan meningkat profit bank dan akan mengurangi resiko dari kebangkrutan. Maksud dari pernyataan tersebut, jika tingkat permodalan bank tinggi maka bank akan mampu memenuhi kewajibannya untuk membiayai aktifitas bank. Aktifitas bank dapat meliputi penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana pada masyarakat Kosmidou, 2008 Penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa terganggu khususnya dalam periode ekonomi yang sulit sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali. Dengan demikian fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah vital dan merupakan suatu resep keberhasilan pengelolaan suatu bank Dahlan Siamat, 2004. b. Non Performing Loan Pemberian kredit kepada masyarakat tentunya tidak akan selancar yang diharapkan oleh bank, dalam hal pelunasan sesuai dengan jatuh tempo yang dijanjikan. Satu kredit dikatakan bermasalah jika nasabah gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi pembayaran cicilan beserta bunganya seperti yang disepakati bersama. Kredit bermasalah biasa disebut juga dengan Non Performing Loan NPL 20 yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan yang tentunya harus diminimalisasi serendah mungkin terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Non performing loan dapat diukur dengan cara membandingkan cadangan aktiva yang diklasifikasikan yang merupakan jumlah dari kredit lancar yang dikalikan dengan 0, kredit dalam perhatian khusus yang dikalikan dengan 25, kredit kurang lancar yang dikalikan dengan 50, kredit yang diragukan yang dikalikan dengan 75 dan kredit macet yang dikalikan dengan 100 dengan total kredit yang diberikan. Oleh karena itu bank harus memproyeksikan dengan tepat besarnya Non Performing Loan tesebut Rose dan Hudgins, 2005. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5 , jika melebihi 5 maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilaiskor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank Selamet Riyadi, 2006. Kredit bank merupakan pendapatan utama bagi bank tetapi kredit memiliki resiko yang tinggi jika kredit tersebut tidak dibayarkan tepat pada waktunya. Kredit yang dalam pelunasannya tidak tepat waktu 21 akan mendatangkan masalah bagi bank, karena bank tidak memperoleh penghasilan dari bunga pinjaman. Jumlah pendapatan bunga yang berkurang akan mengakibatkan pada turunnya profit serta tingkat kesehatan bank. Semakin besar rasio dari kredit macet maka akan semakin menurun kinerja bank, sehingga rasio kredit macet memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank Sharma,2005. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosmidou 2008 yang menyatakan bahwa Non Performing Loan secara negative mempengaruhi profit bank. Pengaruh negative dari non performing loan terhadap profit disebabkan karena berkurangnya pendapatan bunga pinjaman oleh para debitur. Bank dapat mengurangi tingkat dari non performing loan dengan cara meningkatkan kemampuan bank dalam melakukan analisa pada calon debitur yang ingin melakukan peminjaman dana untuk meningkatkan kualitas kredit. c. Operation Cost Ratio Beban operasi merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh bank untuk mendukung kegiatan operasinya. Beban operasi yang digunakan untuk mendukung aktifitas bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana, sehingga beban operasi memiliki hubungan yang negative terhadap prifitabilitas apabila pengeluarannya tidak efisien. Maka dalam melakukan kegiatan operasional harus direncanakan terlebih dahulu Bodla dan Verma,2008. 22 OCR merupakan barometer dalam mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional dan tingkat efisiensi. Antara OCR dan kinerja bank ROA mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik, yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di lain pihak. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa bank tidak efisien dalam pengeluaran yang menjadi beban biaya atau terjadi pemborosan. Eddie Rinaldy, 2008. Dalam penelitiannya Kosmidou 2008 menyatakan operation cost ratio digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya tersebut. Bila biaya operasi bank tidak sebanding dengan pendapatan bank, maka bank tersebut memiliki tingkat efisiensi yang rendah dan sebaliknya. Dengan kata lain Operation cost ratio memiliki pengaruh yang negative terhadap pendapatan bank, sehingga diharapkan tingkat rasio dari biaya operasi yang rendah agar pendapatan bank meningkat yang diiringi pula dengan peningkatan kinerja bank. d. Loan to Deposit LDR Likuiditas merupakan bank yang paling dilematis karena bank yang memelihara likuiditas yang tinggi maka profit yang diperoleh bank akan rendah dan sebaliknya. Di satu sisi bank harus menyalurkan dananya pada debitur maka asset likuid bank bank akan berkurang. Bank yang memiliki likuiditas yang tinggi secara umum porsi 23 aktivanya lebih besar pada aktiva jangka pendek. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. Dalam menentukan tingkat likuiditas bank dapat diukur dari berbagai cara seperti kredit yang dibandingkan dengan dana pihak ketiga. Likuiditas bank juga dapat diukur dengan cara metode aliran kas dimana bank harus dapat memprediksi aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Selain metode arus kas, likuiditas juga dapat diukur dengan giro wajib minimum. Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio maka akan semakin rendah kondisi likuiditas bank karena penempatan dana pada kredit dibiayai dari dan pihak ketiga yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh nasabah. Tingginya tingkat Loan to Deposit Ratio akan mengurangi dana likuid bank yang berakibat pada penurunan kinerja bank Rose dan Hudgins, 2005. Loan to Deposit Ratio LDR merupakan indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit Total Loan dibagi Total Deposit. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, 2003. LDR adalah perbandingan jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank. Komponen dana yang diterima bank terdiri dari, Kredit Likuiditas Bank Indonesia, dana pihak ketiga, pinjaman 24 yang diterima bukan dari bank lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman anta bank jangka waktunya tidak lebih tiga bulan, surat berharga yang diterbitkan, modal inti dan modal pinjaman. Namun bila dilihat dari pandangan konservatif, pengertian deposit sama dengan penjumlahan dana pihak ketiga, dan loan adalah kredit yang diberikan setelah dikurangi dengan kredit-kredit yang bersifat keloaan. Berdasarkan LDR ini dapat diketahui sejauh mana pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu besaran yang disalurkan dalam bentuk pemberian kredit dan yang ditanamkan dalam bentuk penanaman dana lainnya. Perpencaran ini sangat penting, karena hasil dan bobot resikonya berbeda. Eddie Rinaldy, 2008 Sedangkan menurut Selamet Riyadi 2006, LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga DPK yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110 . Dalam penelitian yang dilakukan oleh Staikouras 2008 Loan to Deposit digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank dalam membayar hutang kepada deposan serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penunggakan. Maksud dari pernyataan tersebut semakin tinggi tingkat Loan to 25 Deposit Ratio maka akan semakin rendah likuiditas bank karena kredit yang diberikan kepada nasabah berasal dari dana pihak ketiga, sehingga bank tidak mempunyai simpanan apabila ada nasabah yang mengambil dananya secara tiba-tiba. Maka dari itu rasio likuiditas memiliki pengaruh negative terhadap kinerja bank. e. Size Size digunakan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada nasabah. Semakin besar asset dari bank maka akan semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Tetapi didalam penelitian size hanya berpengaruh apabila faktor dari makroekonomi ikut serta dalam penelitian, walaupun pada faktanya bahwa size selalu berpengaruh terhadap semua kasus. Besar kecilnya size suatu bank dapat menggambarkan aktifitas yang dilakukan bank tersebut, semakin besar size maka semakin besar aktifitas yang dilakukan bank. Diharapkan size memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja bank karena besarnya aktifitas suatu bank dapat mengidentifikasikan besarnya pengeluaran serta peneriman yang dialami bank Kosmidou,2008. Ukuran bank dapat mempengaruhi secara positif dan negative terhadap profit bank karena ukuran bank diukur dari total asset yang dimiliki bank bank tersebut. Ukuran bank juga mengidentifikasiakan seberapa besar aktifitas dalam penghimpunan dan penyaluran dana 26 pada nasabah yang dilakukan bank. Pendapatan bank yang lebih besar dibanding pengeluaran akan meningkatkan profit bank sehingga semakin besar pendapatan yang diperoleh bank maka akan meningkatkan profit dari bank tersebut. Besarnya pendapatan bank yang diimbangi dengan pengeluaran bank yang lebih besar akan mengurangi profit bank, sehingga diharapkan pendapatan lebih besar dibanding pengeluaran agar memberikan dampak positif bagi kinerja bank Staikouras,2007.

4. Faktor eksternal