Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Tokoh Agama Hindu terhadap Proses

kedua perda tersebut. Sedangkan secara informal, tokoh agama Islam melakukan kontak langsung dan meloby anggota legislatif sebagai wakil rakyat yang memiliki wewenang untuk membuat undang-undang atau peraturan daerah agar secepatnya mengesahkan peraturan daerah mengenai pelarangan minuman keras dan prostitusi. Bahkan ketika wawancara dengan Tokoh agama Islam sekaligus ketua umum Majelis Ulama Indonesia MUI Kota Tangerang H. Junaedi Nawawi, beliau mengatakan “mendesak para anggota dewan agar segera mengesahkan kedua perda tersebut. Bahkan beliau memperingatkan pemerintah, jika kedua peraturan tersebut tidak disahkan sampai awal bulan November maka bulan November akan dijadikan sebagai hari berkabung Kota Tangerang yang nota bene mayoritas penduduknya adalah umat Islam karena dalam ajaran Islam tidak ada toleransi dengan minuman keras dan pelacuran”. 39

5. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Tokoh Agama Hindu terhadap Proses

Pembuatan Perda No. 7 dan 8 Tahun 2005 Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh agama Hindu Drs. Anak Agung Gede Anom.S Ketua Umum Parisade Wilayah Kota Tangerang bahwasanya beliau sebgai tokoh agama Hindu sangat tidak setuju dengan prostitusi dan minuman keras karena di dalam ajaran Hindu sendiri hal tersebut sangat dilarang. Dalamajaran Hindu terdapat larangan mabuk karena minuman, mabuk harta, maupun wanita seperti berzina. Melihat realitas Kota Tangerang apalagi kehidupan malam, di jalan raya banyak wanita 39 Wawancara Penulis dengan Tokoh Agama Islam H. Junaedi Nawawi, Tangerang, tanggal 25 April 2007. berdiri di pinggir jalan dan laki-laki hidung belang yang kemudian melakukan praktik prostitusi. Seakan-akan mereka tidak malu dan menjadi sesuatu yang biasa. Begitu pula dengan minuman keras, banyak masyarakat yang mabuk-mabukan di pinggir jalan bahkan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal tersebut menjerumuskanmereka ke dalam tindakan anarkis seperti tawuran, premanisme, dan sebagainya yang sangat meresahkan masyarakat.Melihat realitas Kota Tangerang yang seperti ini, sebagai tokoh agama yang aktif daslam organisasi, beliau sering memberikan masukan kepada pemerintah agar segera mencari solusi karena hal ini memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat dan norma-norma agama. 40 Kemudian pemerinah membuat peraturan daerah tentang pelarangan minuman keras dan prostitisi sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Ketika kedua perda ini Perda No. 7 tentang pelarangan minuman keras dan Perda No. 8 tentang prostitusi sudah dibuat dan disahkan, pemerintah mengadakan dengar pendapat atau hearing dengan para tokoh agama dan salah satunya adalah tokoh agama Hindu untuk memberikan pendapat terhadap kedua perda ini. Tokoh agama Hindu memberikan pendapat bahwa upaya pemerintah dalam membuat kedua perda ini merupakan langkah yag positif karena ditinjau dari sudut agama tidak ada agama yang membenarkan tindakan pelacuran dan meminum-minuman keras hingga mabuk-mabukan apalagi di tempat umum. Akan teapi sebaiknya pemerintah tidak hanya melarang tetapi juga memberikan pembinaan kepada mereka. 41 40 Wawancara Penulis dengan Tokoh Agama Hindu Drs. Anak agung Gede Anom S, Tangerang, tanggal 6 Mei 2007. 41 Wawancara Penulis dengan Tokoh Agama Hindu Drs. Anak agung Gede Anom S. Meskipun kedua peraturan daerah ini juga memicu pro dan kontra tetapi itu merupakan sesuatu yang wajar dalam demokrasi karena setiap orang memiliki hak untuk berbicara dan berpendapat. Dan usaha pemerintah untuk mengatasi masalah minuman keras dan pelacuran melalui kedua peraturan daerah ini memberikan perubahan yang cukup baik karena di daerah-daerah yang biasa dijadikan sebagai tempat prostitusi seperti di pigggir jalan raya Taman Makam Pahlawan, di Cisadane, dan sebagainya sudah tidak ada. 42

6. Bentuk-Bentuk Partisipasi Tokoh Agama Katolik terhadap Proses