Tujuan Dibuatnya Perda 7 dan 8 Tahun 2005

B. Tujuan Dibuatnya Perda 7 dan 8 Tahun 2005

Dalam membuat suatu kebijakan dibutukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Jika kebijakan dibuat tanpa adanya tujuan maka waktu dan biaya yang dikeluarkan akan sia-sia. Dan kebijakan yang dibuat hanya sebagai bukti dari eksistensi para pemimpin namun secara substansi kebijakan tersebut tidak dapat memberikan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat. Setiap hal yang ada di dunia pasti ada tujuannya. Demikian pula dengan kebijakan publik, hadir untuk tujuan tertentu yaitu untuk mengatur kehidupan bersama dan mencapai tujuan bersama. Untuk itu disetiap negara memiliki peraturan atau undang-undang yang harus ditaati untuk mengatur kehidupan masyarakatnya sehingga tercapai tujuan dan cita-cita bersama. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45, maka kebijakan publik adalah seluruh prasarana dan sarana untuk mencapai tempat tujuan tersebut. Salah satu tujuan Kota Tangerang adalah menjadikan masyarakat Kota Tangerang berakhlak mulia. Masyarakat yang berahklak mulia dicerminkan melalui kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia itu sendiri. Akhlak yang mulia menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani-rohani, serta tercukupi kebutuhan material-spiritual. 29 Jika pengedaran dan konsumsi minuman keras atau narkoba dan praktek prostitusi yang kian marak di Kota Tangerang dibiarkan saja maka visi Kota Tangerang untuk menciptakan masyarakat yang berakhlakul mulia merupakan sebatas wacana. Salah satu usaha pemerintah Kota Tangerang untuk mencapai tujuan menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia maka pemerintah mencoba untuk mengatasi maraknya pengedaran dan konsumsi minuman keras dan narkoba serta prostitusi maka pemerintah Kota Tangerang membuat suatu kebijakan berupa peraturan daerah tentang pelarangan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol Perda No.7 Tahun 2005 dan pelarangan prostitusi Perda No.8 Tahun 2005 untuk mengatasi masalah sosial yang melanda masyarakat Kota Tangerang yaitu tingginya konsumsi minuman beralkohol dan narkoba dan maraknya praktek prostitusi di lingkungan Kota Tangerang. Dengan dibuatnya perda tersebut diharapkan tujuan dan cita-cita bersama dapat tercapai. Dalam Perda No 7, pemerintah Kota Tangerang melarang pengedaran, penjualan, dan penggunaan minuman beralkohol yang dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu: 1. Minuman beralkohol golongan A yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol C2H5OH 1 sampai dengan 5 29 Kota Tangerang, “Visi dan Misi Kota Tangerang,” artikel diakses tanggal 12 Januari 2007 dari http:www. Kotatangerang.go.id 2. Minuman beralkohol golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol C2H5OH lebih dari 5 sampai dengan 20 3. Minuman beralkohol golongan C yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol C2H5OH lebih dari 20 sampai dengan 55 Dalam Perda ini pemerintah Kota Tangerang melarang siapa pun menjual minuman beralkohol golongan A, B, dan C kecuali di tempat-tempat yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Walikota. Dan siapa pun dilarang meminum minuman beralkohol golongan A, B, dan C di tempat-tempat umum. Dalam Perda nomor 8 pemerintah Kota Tangerang melarang setiap orang baik sendiri-sendiri atau bersama-sama mendirikan atau menyediakan tempat atau orang untuk melakukan pelacuran. Dan melarang setiap orang yang sikap dan perilakunya mencurigakan yang dapat menimbulkan anggapan bahwa ia pelacur dilarang berada di jalan-jalan umum, rumah penginapan, tempat hiburan, warung-warung kopi, dan sebagainya. Kedua peraturan daerah ini merupakan upaya yang dilakukan pamerintah Kota Tangerang untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi di tengah masyarakat demi terciptanya tujuan dan cita-cita bersama yaitu terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, damai, adil, dan makmur sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yang tercermin melalui akhlak mulia.

C. Proses Penyusunan Perda 7 dan 8 Tahun 2005