Uji Hipotesis Metode Analisis dan Uji Hipotesis 1. Analisis Asumsi Klasik

70 dengan data deret waktu time series memiliki R Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi di atas 0,5, sedangkan sampel dengan data item tertentu yang disebut data silang Crossection pada umumnya memiliki R Square maupun Adjusted R Square agak rendah di bawah 0,5, namun tidak menutup kemungkinan data jenis crossection memiliki nilai R Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi. Ghozali, 2005 : 83. b. Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel independen secara bersama-sama simultan terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memproduksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Uji t - Statistik Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independent secara individual parsial 71 terhadap variabel dependen. Cara untuk melakukan uji t-ada 2 yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t-tabel. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh masing-masing variabel-variabel independent secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05. sedangkan untuk membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel digunakan ketentuan bahwa apabila nilai statistic t hitung lebih tinggi dibandingkan nilai tabel maka menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Ghozali, 2005 : 85

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang ditetapkan dalam suatu penelitian. Variabel operasional yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. 72 b Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. c Hasil perusahaan milik daerah adalah penerimaan yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan, penerimaan ini antara lain berasal dari perusahaan daerah, penyertaan modal daerah ke pihak ketiga. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain : bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah d Hasil-hasil usaha lainnya yang sah adalah hasil daerah yang diperoleh dari hasil usaha diluar kegiatan dan pelaksanaan tugas daerah, misalnya penerimaan dan sumbangan pihak ketiga, hasil penjualan milik daerah penjualan drum bekas aspal, penerimaan jasa giro. e Pendapatan Asli Daerah adalah suatu daftar target realisasi penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber keuangan yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah BUMD, dan pendapatan lain-lain yang sah dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku No. 16 Tahun 2001 Kota Tangerang. 73

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Tangerang 1. Sejarah singkat kota Tangerang

Untuk mengungkapkan asal-usul Kota Tangerang sebagai kota “benteng” diperlukan catatan-catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari VOC resolusi tanggal 1 juni 1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak sebelah barat sungai untung jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten memindahkan 5 sampai 6000 penduduk. Kemudian dalam dag register tertanggal 20 desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Raden Sina Patij dan Kyai Demang sebagai penguasa di daerah baru tersebut, karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sina Patij dan Kyai Demang di pecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat pengeran adipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara banten dan VOC tetapi ia terbunuh di kademangan. Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam dag register tertanggal 4 maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Keaij Dipati Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subaraja minta perlindungan kepada kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya keterangan ini terdapat dalam dag 74 register tanggal 2 juli 1982. Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat sebelah timur sungai berbatasan dengan pagar kompeni. Ketika bertempur dengan Banten, atas jasa keunggulannya itu ia diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Arya Soetadilaga diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai angke dan cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidiliga I. kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam mangatur tata pemerintahan kota Tangerang. Salah satu dalam pasal perjanjian tersebut berbunyi “dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai untung jawa atau Tangerang dari pantai laut jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah selatan hingga utara sampai laut selatan. Bahwa disepanjang untung jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni”. Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai Tangerang, karena orang- orang Banten selalu menekan penyerangan secara tiba-tiba. Menurut

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLATEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLAEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PATI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Pati Tahun 1990 – 2012.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Boyolali tahun 1990 – 2009.

0 0 15

“FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK”.

0 1 93

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA PERIODE TAHUN 1997-2011.

0 0 12