TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT TEORI SOSIOLOGI RIEKKER TEORI ORGAN TEORI GILBRET ACARIAN

timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu: 1 Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 tiga jenis yakni : 2 Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. 3 Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga perwakilan parlemen. Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggung jawab pada rakyat.

5.5.2. TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT

Hubungan antara rakyat dan parlemen adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraannya atas nama rakyat. Sedangkan rakyat tidak akan dapat melaksanakan tugas-tugas kenegarannya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang pemerintah. Universitas Sumatera Utara

5.5.3. TEORI SOSIOLOGI RIEKKER

Riekker menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis tetapi merupakan bangunan masyarakat sosial si pemilih akan memilih wakil- wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan akan benar-benar membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.

5.5.4. TEORI ORGAN

Rakyat dan parlemen adalah organ yang bersumber pada undang-undang dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri jadi tidak perlu melihat hubungan antar organ perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan parlemen yaitu memilih dan membentuk organ parlemen perwakilan dan setelah organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ tersebut bebas bertindak sesuai dengan fungsinya.

5.5.5. TEORI GILBRET ACARIAN

36 1. Menurut Gilbert Acarian ada 4 empat tipe hubungan antara si wakil dan yang mewakilinya yaitu: 2. Si wakil bertindak sebagai “wali” trustee. Wakil bebas bertindak mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya. 3. Si wakil bertindak sebagai “utusan” delegate: si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya. 36 Bintan R.Saragih. 1998. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama. .hal 85 Si wakil bertindak sebagai “politik”: si wakil bertindak sebagai wali trustee dan kadang-kadang bertindak sebagai utusan delegatee. Universitas Sumatera Utara 4. 6. KERANGKA KONSEP 6.1. AKUNTABILITAS Akuntabilitas atau pertanggungjawaban accountability di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggungjawaban di dalam proses politik terselenggara dengan baik Akuntabilitas legislatif di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa aspek yakni: Si wakil bertindak sebagai ”partisan”: si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari partai organisasi si wakil. Setelah si wakil di pilih oleh pemilihnya yang diwakilinya maka lepaslah hubungan dengan pemilihan tersebut dan mulailah hubungannya dengan partai organisasi yang mencalonkannya dalam pemilihan. 1. Akuntabilitas Administratif penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat. 2. Akuntabilitas Politik khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik. 3. Akuntabilitas Moral adanya etika atau code of conduct 4. Akuntabilitas Profesional menjalankan fungsi sebagai anggota legislatif. Sikap profesional berkaitan dengan adanya kepekaan para politisi dalam lembaga legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan yang tinggi Universitas Sumatera Utara