timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu:
1 Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat
sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 tiga jenis yakni :
2 Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga
perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal
yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya.
3 Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang
terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang
diwakilinya atau atas nama rakyat. Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga
perwakilan parlemen. Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan
dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggung jawab pada rakyat.
5.5.2. TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT
Hubungan antara rakyat dan parlemen adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraannya atas nama rakyat. Sedangkan rakyat tidak
akan dapat melaksanakan tugas-tugas kenegarannya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
5.5.3. TEORI SOSIOLOGI RIEKKER
Riekker menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis tetapi merupakan bangunan masyarakat sosial si pemilih akan memilih wakil-
wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan akan benar-benar
membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.
5.5.4. TEORI ORGAN
Rakyat dan parlemen adalah organ yang bersumber pada undang-undang dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri jadi tidak perlu melihat hubungan
antar organ perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan parlemen yaitu memilih dan membentuk organ parlemen perwakilan dan
setelah organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ tersebut bebas bertindak sesuai dengan fungsinya.
5.5.5. TEORI GILBRET ACARIAN
36
1. Menurut Gilbert Acarian ada 4 empat tipe hubungan antara si wakil dan
yang mewakilinya yaitu:
2. Si wakil bertindak sebagai “wali” trustee. Wakil bebas bertindak mengambil
keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.
3. Si wakil bertindak sebagai “utusan” delegate: si wakil bertindak sebagai
utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya.
36
Bintan R.Saragih. 1998. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama. .hal 85
Si wakil bertindak sebagai “politik”: si wakil bertindak sebagai wali trustee
dan kadang-kadang bertindak sebagai utusan delegatee.
Universitas Sumatera Utara
4.
6. KERANGKA KONSEP 6.1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban accountability di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi.
Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggungjawaban di dalam proses politik terselenggara dengan
baik Akuntabilitas legislatif di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa aspek yakni:
Si wakil bertindak sebagai ”partisan”: si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari partai organisasi si wakil. Setelah si wakil di
pilih oleh pemilihnya yang diwakilinya maka lepaslah hubungan dengan pemilihan tersebut dan mulailah hubungannya dengan partai organisasi yang
mencalonkannya dalam pemilihan.
1. Akuntabilitas Administratif penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat.
2. Akuntabilitas Politik khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik.
3. Akuntabilitas Moral adanya etika atau code of conduct 4. Akuntabilitas Profesional menjalankan fungsi sebagai anggota legislatif.
Sikap profesional berkaitan dengan adanya kepekaan para politisi dalam lembaga legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Dalam
hal ini masyarakat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan yang tinggi
Universitas Sumatera Utara