LATAR BELAKANG MASALAH KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Partai politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempuyai orientasi, tujuan, dan nilai yang sama tujuan dari kelompok ini adalah merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Dalam perundang-undangan di Indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. 1 Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus ikut serta dalam proses politik maka parpol telah lahir, dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Bahkan partai politik dianggap sebagai lambang Negara Modren. Oleh karena itu, hampir semua negara memiliki partai politik. 2 Dalam negara Demokrasi, partisipasi politik masyarakat dapat dibedakan menurut frekuensi dan intensitasnya. Orang yang mengikuti secara tidak intensif kegiatan yang tidak menyita banyak waktu seperti memberi suara pada pemilihan Keikursertaan masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan umum dapat dikatakan sebagai partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan warga negara sebagai pribadi- pribadi, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bias bersifat pribadi maupun kolektif, dengan damai maupun dengan kekerasan, mantap atau sporadis, terorganisir maupun spontan, efektif maupun tidak efektif. 1 Undang-Undang partai politik . 2007. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal. 4 2 Ramlan Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. Hal 115 Universitas Sumatera Utara umum sangat banyak jumlahnya. Jumlah orang yang memberi waktunya terlibat secara aktif dalam politik sangat kecil jumlahnya. Dalam sistem demokrasi partai politik berfungsi sebagai pemandu berbagai kepentingan kemudian meperjuangkannya melalui proses politik yakni terlebih dahulu mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilu. Demokrasi Modren sebagai demokrasi tidak langsung dibutuhkan media penyampai pesan politik kepada negara atau pemerintahan. Media ini adalah partai politik yang keberadaannya diatur dalam konstitusi mengingat fungsi partai politik yang begitu penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang disuatu Negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksanaan dari suatu pemerintahan namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan kearah mana pelaksanaan pemerintahan dilaksanakan, khususnya partai pemenang pemilihan umum ataupun partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerinntah yang “tersembunyi” keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang dikembangkan. 3 Partai-partai politik akan bertarung dalam sebuah pemilihan umum Pemilu. Dengan dilaksanakannya pemilihan umum maka diharapkan akan adanya suatu Oleh kerena itu, bisa dikatakan berhasil atau gagal dalam mensejahterahkan masyarakatnya maka ia juga merupakan keberhasilan atau kegagalan sebuah partai politik menjalankan fungsi secara efektif. Salah satu syarat dari terwujudnya demokrasi adalah adanya partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarkat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemeritah sehingga partai politik mampu memberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya. 3 Koirudin. 2004. Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Di Indonesia . Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal. 2 Universitas Sumatera Utara suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun di legislatif dimana masyarakat diharapkan akan memilih para wakil rakyat yang duduk di perlemen yang akan mewakilinya. Dikebanyakan Negara demokrasi, Pemilihan umum dianggap sebagai lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu, hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keadaan keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. 4 Melalui pemilihan umum yang demokratis diharapkan dapat menghasilkan lembaga-lembaga demokrasi yang bersih, dan yang pro kepentingan masyarakat yang notabena adalah sebagai pemilihnya 5 Pemilihan mengkondisikan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur, berkesinambungan, dan berjalan damai yang kesemuanya itu akan mengembangkan terbinanya masyarakat yang terdapat menghormati pendapat lain. . 6 Keberadaan lembaga DPR merupakan hal yang sangat essensial karna ia berfungsi untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat. Lewat lembaga DPR Dengan adanya pemilu yang diikuti oleh partai politik akan menghasilkan kabinet di pemerintahan dan juga wakil masyarakat yang akan duduk di parlemen. Oleh kerena itu, sistem pemilu akan mempengaruhi kualitas kabinet dan juga kualitas para wakil rakyat yang duduk di perlemen. Badan legislatif atau parlemen di Negara demokrasi disusun sedemikian rupa dalam sebuah kostitusi sehingga ia mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya. 4 Miriam Budiarjo. 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, hal. 461 5 Syamsudin Harris dan Moch Nurhasim. 2007. Partia Politik Dan Perlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia. Jakarta : LIPI Press. Hal. 1 6 Ipong. S. Azhar. 1997. Benarkah DPR Mandul. Yogyakarta : Biograf Publising.hal. 5 Universitas Sumatera Utara inilah aspirasi rakyat di tampung yang kemudian tertuang dalam berbagai macam kebijaksanaan umum yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan mereka di lembaga perwakilan 7 Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi, telah mengalami pasang surutnya perkembangan demokrasi. Dalam masyarakat yang beraneka ragam pola kebudayaannya Indonesia mengalami sebuah masalah pokok yakni mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada pokoknya permasalahan ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinan cukup kuat untuk melakukan pembangunan ekonomi serta Nation Building dengan partisipasi rakyat seraya menghindari timbulnya diktator,baik diktator yang bersifat pereorangan, partai, maupun militer. . 8 Analisis kehidupan politik Indonesia terkait dengan perwakilan politik tidak lama setelah proklamasi dikumandangkan, pemerintah mengeluarkan maklumat tanggal 16 oktober 1945 atau yang lebih dikenal dengan Maklumat wakil presiden No X tertanggal 16 oktober 1945 yang berisi anjuran pemerintah kepada masyarakat untuk membentuk partai politik Partai politik di Indonesia telah merupakan bagian dari kehidupan politik. Sistem kepartaian yang dianut adalah multipartai, sekalipun gajala partai tunggal tidak asing dalam sejarah Indonesia. Sistem yang kemudian berlaku berdasarkan 3 tiga Orsospol yang dikategorikan sebagai multipartai dengan dominasi satu partai. 9 7 Dahlan Thaib. 1994. DPR Dalam Sisitem Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Hal. 1 8 Miriam Budiarjo. Op.Cit .hal. 127 9 Zakaria Bangun. 2008. Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi. Medan : Bina media. Hal.3 . Universitas Sumatera Utara Dengan keluarnya maklumat wakil Presiden tersebut maka muncullah banyak partai politik di Indonesia.sampai pada puncaknya tahun 1955, yakni dengan dilaksanakannya pemilihaan umum yang pertama kalinya di Indonesia yang diikut i oleh 28 parpol termasuk perseorangan. Pada pemilu ini, ternyata hanya ada 4 empat partai politik “Besar” yakni : PNI 57 kursi, kemudian Masyumi 57 kursi, dususul oleh NU 45 kursi, lalu PKI 39 kursi. 10 Dengan ini menyebabkan adanya suatu keterpaksaan politik di dalam masyarakat untuk memilih partai yang sebenarnya dia tidak suka. Pada fase inilah Fusi partai politik sebagai suatu kebijakan andalan dari orde baru dalam mencapai stabilitas politik yang hancur pada masa orde lama yang disebabkan oleh gagalnya negara dalam mengatasi konflik di tubuh partai politik menjadi fase dimana kebutuhan politik masyarakat di pangkas. Dalam fusi ini, partai-partai politik yang ada dipaksa bersatu dengan 2 dua partai dan 1 satu golongan. Pemikiran untuk melakukan Fusi sudah ada sebelum pemilu kedua tahun 1971, akan tetapi fusi ini gagal dikakukan akibat dari berbagai kepentingan politik yang ada pada masa itu. Maka pada pemilu kedua tahun 1971 diikuti oleh 9 partai politik ditambah 1 satu Golongan Karya. Fusi partai politik menjadi 3 tiga Golongan yakni Golongan Nasionalis, Golongan Spiritual, dan Golongan Karya., baru terjadi pada tahun 1973. 4 empat parpol Islam yakni Perti, NU, Parmusi, dan PSII digabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan PPP; sedangkan 5 Lima partai lain PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Patai Murba, IPKI bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Dengan demikian pada pemilu ketiga diikuti oleh 2 dua partai dan satu golongan. Maka pada pemilu 1977 hanya diikuti oleh PPP, PDI, dan Golkar. 10 Miriam Budiarjo. Op.Cit. hal.433 Universitas Sumatera Utara Negara berhasil mengelola masyarakat, hal ini tercermin dari dalam partai politik yang berhasil dikelola oleh Negara. Sejak kejatuhan Orde baru dibawah pimpinan Presiden Seoharto tanggal 21 Mei 1998, muncullah desakan-desakan agar diadakan pembaharuan kehidupan politik kearah yang lebih demokratis. Dalam konteks kepartaian ada tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan mendirikan partai politik. Atas dasar itu, Presiden B.J.Habibie dan parlemen mengeluarkan Undang-Undang no. 2 tahun 1999 tentang Partai politik yang membuku kembali pintu demokrasi dengan memberi kesempatas kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik. Di Dalam alam reformasi menyeluruh seperti sekarang ini, kemunculan partai- partai politik baru tertentu sengat menggembirakan. Fenomena itu memberi indikasi bahwa kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat ini ikut memikirkan tentang bagaimana membuat kehidupan berbangsa yang lebih baik. Tetapi fenomena itu juga membawa kekhawatiran. Kekhawatiran yang dimaksud adalah dengan banyaknya muncul partai baru maka besar pula potensi munculnya konflik antar partai. Dalam sistem demokrasi, eksistensi partai politik merupakan keniscayaan. Upaya demokrasi membutuhkan sarana atau salurkan politik yang koheren dengan kebutuhan politik suatu Negara dan parpol adalah salah satu sarana yang dimaksud yang memiliki ragam fungsi, platform, dan dasar pemikirannya. Fungsi dan platform parpol itulah yang salah satunya bisa dijadikan untuk menilai demokratis tidaknya suatu pemerintahan. Atau paling bisa digunakan untuk menilai apakah proses demokrasi yang berjalan di suatu Negara menghasilkan output untuk kepentingan rakyat atau sebaliknya. Dalam pemilu 1999, Universitas Sumatera Utara ada terdapat 48 partai politik peserta pemilu 11 dan 24 partai politik yang ikut dalam pemilihan umum tahun 2004 12 11 Serikat Petani Sumatera Utara. 1999. Katalog Partai Politik Peserta Pemilu 1999. Medan : Sumatera Voter Education Clearing House SVECH. 12 Aritasius Sugiya Dkk Team Litbang Kompas. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia, Idiologi Dan Program Tahun 2004-2009 . Jakarta : Kompas Banyaknya partai politik yang mendaftar diri untuk mengikuti pemilu 1999 merupakan bahan kajian yang cukup menarik. Phenomena itu merupakan hal yang sangat wajar karena 32 tahun di kungkung oleh rezim orde baru yang berkuasa. Pada pemilu yang dilaksanakan 7 juli 1999 menghasilkan sejumlah partai politik kecil yang memperoleh dukungan besar yakni PDIP, PKB, Partai Golkar, PPP, PAN. Ada beberapa partai yang cukup berpengaruh tetapi tidak cukup besar dalam dukungan yakni Partai Keadilan, dan Partai Bulan Bintang. Perlemen yang dihasilkan Pada pemilu tahun 1999 adalah dari 500 kursi yang diperebutkan dalam pemilu tersebut 462 orang dipilih oleh masyarakat dan selabihnya 38 orang lagi diperuntukkan kepada kalangan TNIPOLRI, Akan tetapi, pada pemilu tahun 2004, ada dua tahap seleksi yang harus partai politik untuk dapat menjadi peserta pemilu tahun 2004. pertama, seleksi yang dilakukan oleh Depertemen Kehakiman dan HAM, Kedua seleksi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU. Partai politik yang tidak lolos pada seleksi yang pertama tidak boleh ikut dalam selaksi yang kedua. Oleh karena itu, partai yang lolos menjadi Organisasi Peserta Pemilu OPP hanya ada 24 partai politik. Secara nasional hasil pemilihan umum tahun 2004 di Legislatif sangat menarik untuk diamati. Hal ini disebabkan karena pencapaian perolehan suara Golkar yang menggeser PDIP yang memenangi pemilu sebelumnya, selain itu munculnya partai-parrtai baru seperti Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera PKS dalam jajaran partai besar pemilu 2004. Universitas Sumatera Utara Perlemen yang dihasilkan pada pemilu tahun 2004, semua anggota parlemen dipilih oleh rakyat sebanyak 550 kursi yang ada untuk diperebutkan dan tidak ada anggota TNIPOLRI yang diangkat menjadi anggota parlemen. Parlemen yang dihasilkan dari pemilu tahun 2004 semua berasal dari partai politik, karena hanya partai politiklah yang bisa bertarung memperebutkan kursi di parlemen melalui pemilihan umum. Dengan dilaksanakannya pemilu tahun 2004 dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka maka masyarakat dapat memilih secara langsung wakilnya yang duduk di DPR atau parlemen. Hal ini berarti bahwa masyarakat dapat menentukan pilihan secara langsung orang-orang yang akan mewakilinya di DPR dengan melihat kinerjanya selama ini kepada masyarakat. Hal ini merupakan suatu kemajuan karna pada pemilu sebelumnya masyarakat hanya memilih partainya saja lalu kemudian partailah yang mementukan siapa-siapa yang akan duduk di kursi DPRParlemen yang akan memperjuangkan nasib partainya. Sistem yang dianut oleh Undang-Undang Pemilu tahun 2004 hendank menggabungkan prinsip perwakilan memalui penunjukan langsung dari konstituen di satu sisi dan penunjukan oleh partai politik disisi yang lain. Pada dasarnya wakil rakyat yang duduk di parlemen tersebut berasal dari keanggotaannya dalam partai politik peserta pemilu OPP. Karena dalam undang- undang di ungkapkan bahwa parlemen atau DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. 13 Hal inilah yang menyebabkan partai politik merupakan salah satu institusi inti pelaksana demokrasi modern. Yang mana demokrasi modern mengandaikan sebuah 13 Undang-Undang partai politik . 2007. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal 51 Universitas Sumatera Utara sistem keterwakilan, baik itu keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti ParlemenDewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Perwakilan Representation adalah konsep bahwa seseorang atau sesuatu kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama rakyat atau suatu kelompok yang lebih besar. dewasa ini anggota DPR pada umumnya mewakili rakyat melalui partai politik. Hubungan antara wakil Anggota Dewan dan yang diwakili Rakyat sudah ada sejak lama yakni sejak dilaksanakannya pemilihan umum pada tahun 1955, pemilihan ini dilaksanakan untuk memilih anggota DPR dan konstituante. Yang mana para anggota DPR dan konstituante merupakan representasi dari 28 parpol yang menjadi OPP Organisasi Peserta Pemilu. Dalam prinsip demokrasi, Pertangguangjawaban legislatif DPR akan mempengaruhi hubungan antara anggota DPR denganh konstituennya dalam suatu sistem perwakilan. Menurut Alfred de Grazia seperti yang dikutup oleh Arbi Sanit dalam bukunya Perwakilan Politik Di Indonesia mengatakan bahwa : perwakilan politik adalah hubungan diantara dua pihak yaitu wakil dan yang diwakili dimana wakil yang memegang kekuasaan unutk melaksanakan berbagai tindakan untuk yang berkenaan kesepakatan yang dibuatnya dengan yang terwakili 14 Hubungan antara wakil dan yang diwakili dan hubungan antara anggota legislatif dan partai politik dapat dilihat dari optiomalisasi fungsi partai politik dalam agregasi kepentingan, komunikasi politik, dan fungsi penyalur aspirasi politik. Dalam kaitan ini, maka partisipasi masyarakat harus juga di pandang sebagian dari faktor penting yang dapat mempengaruhi akuntabilitas legislatif. Pengawasan dari . 14 Arbi Sanit, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta : Raja Wali Press. Hal. 3 Universitas Sumatera Utara masyarakat juga sangat penting karena akan memaksa Dewan akan bertanggungjawabkan kepada masyarakat secara umum. Sejauh mana kepentingan masyarakat diperjuangkan oleh anggota legislatif juga merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk menila aspek akuntabilitasnya. Karena itulah system demokrasi mencitrakan serta mengaplikasi akuntabilitas politik didasarkan atas kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Di Indonesia, masalah wakil dan yang diwakili tidak hanya ada secara nasional akan tetapi secara lokal juga. Oleh karena itu maka ada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik itu di tingkat I Propinsi maupun di tingkat II KabupatenKota. Lembaga ini diadakan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat tingkat lokal dan diharapkan sebagai pembuat keputusan di daerah dan perpanjangtanganan pusat di daerah. Hal ini yang menjadi sorotan publik tentang kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di setiap daerah. kinerja para anggota Dewan yang notabene adalah mandataris dari rakyat belum menunjukan hasil yang optimal dalam hal memperjuangkan kepentingan rakyat. Perubahan peta politik hasil pemilihan umum tahun 2004 melahirkan harapan dan optimisme yang dikalangan masyarakat mengingat akumulasi kekecewaan publik terhadap akuntabilitas dan penampilan partai-partai politik di lembaga-lembaga legislatif produk pemilu 1999. bagaimana tidak, pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 1999, walaupun lebih demokratis ternyata menghasilkan para anggota legislatif baik nasional maupun lokal yang relatif buruk, hal ini dapat dilihat dari Universitas Sumatera Utara banyaknya kasus korupsi dan politik uang yang terjadi yang dialamatkan pada para anggota legislatif. 15 Selama para wakil rakyat duduk di kursi DPR dan DPRD saat ini, hasilnya bisa dikatakan nihil, hal ini dapat dilihat dari kurangnya atau minimnya menghasilkan produk hukum berupa peraturan daerah yang pro rakyat dan demi kesejahteraan rakyat. Para anggota Dewan seolah-olah berada dalam intervensi eksekutif. 16 Menurut Zulfan Heri, penyebab rendahnya kinerja dari anggota parlemen adalah Problematik tersebut tampaknya tidak hanya berpangkal pada sistem pemilu dan sistem kepartaian melainkan juga pada pendangkalan pemahaman para politisi terhadap hakikat keterlibatan mereka di dalam partai-partai politik. Seperti tampak di balik keterungkapan kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan dana APBD yang dilakukan oleh para anggota partai di Lembaga Legislatif Lokal hasil Pemilu 1999, partai-partai tampaknya terlanjur dipandang sebagai batu loncatan untuk meraih dan merebut kedudukan sosial, ekonomi, politik yang mapan di tengah penderitaan mayoritas rakyat di lingkunganya. 17 1. Faktor orientasi masuk legislatif atau DPR dan DPRD bukan karena dilatarbelakangi oleh sikap pemihakan kepada rakyat melainkan orientasi material material oriented artinya bukan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat seseorang itu masuk DPR dan DPRD akan tetepi untuk mendapatkan materi berupa uang, fasilitas,dll yang disediakan oleh Negara : 15 Kompas, 19 Mei 2004. Ada 43 Orang Anggota Legislatif dari DPRD Sumatera Barat Yang Dihukum Penjara Oleh Pengadilan Negeri Padang. 16 Zulfan Heri. 2005. Legislator Menuai Kritik. Riau : ISDP.hal 78 17 Ibid hal. 80 Universitas Sumatera Utara 2. Tingkat kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai wakil rakyat sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran pada rapat-rapat komisi, fraksi, pansus, maupun paripurna yang digelar DPRD. 3. Kualitas Sumber Daya Manusia SDM anggota legislatif. Sedangkan menurut Syamsuddin Haris, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas perwakilan di legislatif atau parlemen yakni 18 1. Sistem pemilu : Dengan adanya sistem pemilu yang proporsional dengan daftar calon terbuka seperti yang dilaksanakan di Indonesia pada pemilu tahun 2004 menyebabkan terbuka peluang adanya interaksi dan komunikasi antara pemilih dengan calon-calon anggota legislatif. 2. Standard persyaratan seseorang sebagai wakil rakyat. Persayaratan yang dimaksud disini adalah persyaratan moral, pengetahuan akan kebijakan dan kepentingan umum, serta keahlian teknis atau instrumental yang memadai. Persyaratan ini sangat penting agar konsep bahwa seseorang atau kelompok mempuyai kemempuan dan kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama kelompok yang lebih besar dapat diterima jika persyaratan ini terpenuhi. 3. Model rekruitmen anggota parlemen. Model yang dimaksud adalah apakah model karier atau patron-klien. 4. Perhatian wakil-wakil rakyatnya. Perhatian yang dimaksud adalah apakah perhatian anggota legislatif cukup memadai pada persoalan kelompok atau partai, atau perhatiannya lebih fokus pada persoalan wilayah atau daerah yang diwakilinya. 18 Syamsuddin, Op. Cit hal. 8-9 Universitas Sumatera Utara Para wakil rakyat DPR atau DPRD yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang notabene adalah anggota partai politik haruslah mempertanggungjawabkannya kinerja mereka kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi. Menurut teori mandat, wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakili dalam proses kehidupan politik. Teori Mandat Imperatif mengataklan bahwa si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. Bagi terwakilirakyat, teori ini lebih menguntungkan kerena wakil dapat di kontrol secara terus-menerus. Perbedaan pandang antara wakil dengan terwakili dapat mengakibatkan menurut reputasi wakil. Dalam kenyatannya, fraksi suatu partai di DPRD Kabupaten dan kota adalah kepanjangan tangan dari kepengurusan partai di tingkat kepengurusan kabupaten dan kota pula. Hal ini disebabkan karena sebagian dari pengurus partai telah duduk di DPRD, Maka fraksi suatu partai yang ada di DPRD akhirnya cendrung menjadi kepanjangan tangan Anggota partai secara individual. Tidak mengherankan jika aspirasi masyarakat hampir selalu tidak sama dengan aspirasi kepentingan partai karena yang disebut terakhir pada dasarnya adalah aspirasi dan kepentingan pribadi Anggota Dewan itu sendiri. Pertanggung jawaban atau akuntabilitas dalam konteks politik merupakan salah satu konsep yang lekat dalam teori dan praktek demokrasi. Karena dalam konteks demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat maka perlu pertanggungjawaban dari instrumen demokrasi seperti legislatif untuk rakyat. Universitas Sumatera Utara Masalah akuntabilitas dan kinerja partai-partai pasca Pemilu 2004 menjadi lebih kompleks lagi sehubungan dengan terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan juga sebelumnya PP No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertip DPRD. Baik UU No. 322004- yang merupakan revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 maupun PP No. 252004, tampaknya didesain untuk benar- benar menertibkan proses Politik Lokal, karena di dalam perangkat kebijakan tersebut DPRD dan Pemda setempat diwajibkan mengkonsultasikan setiap rancangan kebijakan Lokal kepada Pemerintah Pusat melalui Gubernur sebelum disahkan sebagai kebijakan. Hal ini dapat berarti bahwa partai-partai baik yang ada di Dewan maupun di pemerintahan daerah Eksekutif harus tunduk pada kepentingan pusat dari pada aspirasi masyarakat di daerah. Dengan demikian penyeragaman politik dan birokrasi politik lokal merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh partai politik pemilu 2004. Dalam praktek kehidupan bernegara, parlemen selalu menjadi ajang pertarungan atau kompetisi antar kekuatan politik. Oleh karena itu, dinamika dalam parlemen sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan kekuatan-kekuatan politik yang bersaing didalamnya. Pertarungan kekuatan-kekuatan politik dalam perlemen mempengaruhi kinerja perlemen secara lembaga dalam menjalankan fungsi. Apabila kekuatan-kekuatan politik dalam parlemen terkooptasi oleh eksekutif, maka parlemen menjadi “Rubber stamp” eksekutif. Sebaliknya, apabila kekuatan-kekuatan politik dalam parlemen menyatu dan tidak dapat di kooptasi oleh eksekutif, maka proses check and balance dalam pengelolaan pemerintahan dapat terlaksana dengan baik, Universitas Sumatera Utara akan tetapi dapat juga terjadi ketegangan antara eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. 19 Berikut adalah daftar lima besar yang memperoleh kursi di DPRD Kab. Tapanuli Tengah Di Tapanuli Tengah atau yang lebih dikenal dengan TapTeng pada pemilihan legislatif diikuti oleh 24 partai pada tahun 2004. Pada pemilihan umum legislatif tahun 2004 tersebut dimenangi oleh partai Golkar dan diikuti oleh Partai PAN, PDIP, PIB, PBR, PDS, PNI Marhaenis, P. MERDEKA, PPP, PBB, PNBK, PKPB, Dan PATRIOT PANCASILA. 20 1. Partai GOLKAR : 26.956 suara : 2. PPIB : 15.599 suara 3. PDIP : 13.440 suara 4. PAN : 10. 059 suara 5. PBR : 5.503 suara Di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, terdapat banyak pluralitas. Baik secara kepentingan, pencarian, agama, maupun suku bangsa. Hal ini dapat dilihat dari partai politik pemenang pemilihan umum tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bervariasi yakni partai Nasionalis dan partai yang berbasiskan kepercayaan tertentu.

2. PERUMUSAN MASALAH