PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59 Pendahuluan Deskripsi Lokasi Penelitian Analisis Data Penutup PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.3. Hak dan Kewjiban DPRD Kab. Tap. Teng . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44 3.4. Fungsi DPRD Kab. Tap.Teng . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 4. STRUKTUR ORGANISASI DPRD KAB.TAP TENG . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 4.1. Alat-Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah . . . . . . . . 46 4.1.1. Pimpinan DPRD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 4.1.2. Komisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 4.1.3. Panitia Musyawarah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 4.1.4. Panitia Anggaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 4.1.5. Badan Kehormatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54 5. Fraksi – Fraksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

1. Akuntabilitas Dan Kinerja DPRD Kab. Tapanuli Tengah . . . . . . . . . . . . . . . 59 1.1. Akuntabilitas DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah . . . . . . . . . . . . . . . . 59 1.1.1. Akuntabilitas Administratif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60 1.1.2. Akuntabilitas Politik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68 1.1.2.1. Pembuatan Tata Tertib . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68 1.1.2.2. Pembahasan Perda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70 1.1.2.3. Pembahasan APBD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72 1.2. Kinerja DPRD Kab Tapanuli Tengah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75 1.2.1 Profil DPRD Kab. Tap. Teng . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76 1.2.2. Hubungan Poltisi DPRD Dengan Konstituen . . . . . . . . . . . . . 79

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

Universitas Sumatera Utara 1. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82 2. REKOMENDASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85 LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL Tabel 1. Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab. Tap Teng . . . . . . . . . . . 67 Tabel 2 Kegiatan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah 2004-2008 . . . . . . . . . . . . . 68 Tabel 3 Jumlah Keputusan DPRD Kab.Tap.Teng tahun 2004 – 2008 . . . . . . . . . . . 70 Tabel 4 Tingkat usia Anggota DPRD KabupatenTapanuli Tengah . . . . . . . . . . . . . . 76 Tabel 5 Tingkat pendidikan Anggota DPRD Kabupaten Karo . . . . . . . . . . . . . . . . . 76 Tabel 6. Jenis kelamin Anggota DPRD kab. Tap.Teng . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77 Tabel 7 Unsur Lama atau Baru Anggota DPRD kab. Tap. Teng . . . . . . . . . . . . . . .77 Tabel 8. Pola hubungan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah dengan konstituen . . 80 Universitas Sumatera Utara DAFTAR SKEMA Skema 1. Proses Pembahasan APBD di DPRD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74 Universitas Sumatera Utara ABSTRAKSI PARTAI POLITIK DAN PARLEMEN LOKAL Studi Akuntabilitas dan Kinerja DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nama : ROY GUNAWAN ARITONANG NIM : 04 09 06 047 Depertemen : ILMU POLITIK Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu. M.Si Dosen Pembaca : Dra. Evi Novida Ginting. M.SP Partai politk merupakan salah satu institusi penting dalam demokrasi modern. Mengingat fungsi partai politik yang sangat penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Meskipun partai politik bukan merupakan pelaksana pemerintahan akan tetapi keberadaannya sangat menentukan arah pemerintahan suatu negara. Terutama bagi partai pemenang pemilu dan partai oposisi sering kali menjadi “pemerintahan yang tersembunyi” kerena keberadaannya dalam mempengaruhi ragam kebijakan pemerintah yang berkuasa. Salah satu persyaratan dari terwujudnya demokrasi adalah partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sehingga partai politik menjadi mampu meberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya. Partai politik itu akan menempatkan kadernya di legislatif melalui pemilihan umum. Para kader inilah nantinya akan memperjuangkan kepentingan masyarakat pada umumnya dan partai pada khususnya. keberadaan dan kinerja partai politik tersebut dapat dilihat dari bagaimana performance dan akuntabilitas mereka dalam lembaga legislatif. Kata Kunci Key Word : Partai Politik, Parlemen Lokal, Akuntabilitas, Kinerja, Pemilihan Umum. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Partai politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempuyai orientasi, tujuan, dan nilai yang sama tujuan dari kelompok ini adalah merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Dalam perundang-undangan di Indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. 1 Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus ikut serta dalam proses politik maka parpol telah lahir, dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Bahkan partai politik dianggap sebagai lambang Negara Modren. Oleh karena itu, hampir semua negara memiliki partai politik. 2 Dalam negara Demokrasi, partisipasi politik masyarakat dapat dibedakan menurut frekuensi dan intensitasnya. Orang yang mengikuti secara tidak intensif kegiatan yang tidak menyita banyak waktu seperti memberi suara pada pemilihan Keikursertaan masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan umum dapat dikatakan sebagai partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan warga negara sebagai pribadi- pribadi, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bias bersifat pribadi maupun kolektif, dengan damai maupun dengan kekerasan, mantap atau sporadis, terorganisir maupun spontan, efektif maupun tidak efektif. 1 Undang-Undang partai politik . 2007. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal. 4 2 Ramlan Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. Hal 115 Universitas Sumatera Utara umum sangat banyak jumlahnya. Jumlah orang yang memberi waktunya terlibat secara aktif dalam politik sangat kecil jumlahnya. Dalam sistem demokrasi partai politik berfungsi sebagai pemandu berbagai kepentingan kemudian meperjuangkannya melalui proses politik yakni terlebih dahulu mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilu. Demokrasi Modren sebagai demokrasi tidak langsung dibutuhkan media penyampai pesan politik kepada negara atau pemerintahan. Media ini adalah partai politik yang keberadaannya diatur dalam konstitusi mengingat fungsi partai politik yang begitu penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang disuatu Negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksanaan dari suatu pemerintahan namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan kearah mana pelaksanaan pemerintahan dilaksanakan, khususnya partai pemenang pemilihan umum ataupun partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerinntah yang “tersembunyi” keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang dikembangkan. 3 Partai-partai politik akan bertarung dalam sebuah pemilihan umum Pemilu. Dengan dilaksanakannya pemilihan umum maka diharapkan akan adanya suatu Oleh kerena itu, bisa dikatakan berhasil atau gagal dalam mensejahterahkan masyarakatnya maka ia juga merupakan keberhasilan atau kegagalan sebuah partai politik menjalankan fungsi secara efektif. Salah satu syarat dari terwujudnya demokrasi adalah adanya partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarkat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemeritah sehingga partai politik mampu memberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya. 3 Koirudin. 2004. Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Di Indonesia . Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal. 2 Universitas Sumatera Utara suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun di legislatif dimana masyarakat diharapkan akan memilih para wakil rakyat yang duduk di perlemen yang akan mewakilinya. Dikebanyakan Negara demokrasi, Pemilihan umum dianggap sebagai lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu, hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keadaan keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. 4 Melalui pemilihan umum yang demokratis diharapkan dapat menghasilkan lembaga-lembaga demokrasi yang bersih, dan yang pro kepentingan masyarakat yang notabena adalah sebagai pemilihnya 5 Pemilihan mengkondisikan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur, berkesinambungan, dan berjalan damai yang kesemuanya itu akan mengembangkan terbinanya masyarakat yang terdapat menghormati pendapat lain. . 6 Keberadaan lembaga DPR merupakan hal yang sangat essensial karna ia berfungsi untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat. Lewat lembaga DPR Dengan adanya pemilu yang diikuti oleh partai politik akan menghasilkan kabinet di pemerintahan dan juga wakil masyarakat yang akan duduk di parlemen. Oleh kerena itu, sistem pemilu akan mempengaruhi kualitas kabinet dan juga kualitas para wakil rakyat yang duduk di perlemen. Badan legislatif atau parlemen di Negara demokrasi disusun sedemikian rupa dalam sebuah kostitusi sehingga ia mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya. 4 Miriam Budiarjo. 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, hal. 461 5 Syamsudin Harris dan Moch Nurhasim. 2007. Partia Politik Dan Perlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia. Jakarta : LIPI Press. Hal. 1 6 Ipong. S. Azhar. 1997. Benarkah DPR Mandul. Yogyakarta : Biograf Publising.hal. 5 Universitas Sumatera Utara inilah aspirasi rakyat di tampung yang kemudian tertuang dalam berbagai macam kebijaksanaan umum yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan mereka di lembaga perwakilan 7 Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi, telah mengalami pasang surutnya perkembangan demokrasi. Dalam masyarakat yang beraneka ragam pola kebudayaannya Indonesia mengalami sebuah masalah pokok yakni mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada pokoknya permasalahan ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinan cukup kuat untuk melakukan pembangunan ekonomi serta Nation Building dengan partisipasi rakyat seraya menghindari timbulnya diktator,baik diktator yang bersifat pereorangan, partai, maupun militer. . 8 Analisis kehidupan politik Indonesia terkait dengan perwakilan politik tidak lama setelah proklamasi dikumandangkan, pemerintah mengeluarkan maklumat tanggal 16 oktober 1945 atau yang lebih dikenal dengan Maklumat wakil presiden No X tertanggal 16 oktober 1945 yang berisi anjuran pemerintah kepada masyarakat untuk membentuk partai politik Partai politik di Indonesia telah merupakan bagian dari kehidupan politik. Sistem kepartaian yang dianut adalah multipartai, sekalipun gajala partai tunggal tidak asing dalam sejarah Indonesia. Sistem yang kemudian berlaku berdasarkan 3 tiga Orsospol yang dikategorikan sebagai multipartai dengan dominasi satu partai. 9 7 Dahlan Thaib. 1994. DPR Dalam Sisitem Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Hal. 1 8 Miriam Budiarjo. Op.Cit .hal. 127 9 Zakaria Bangun. 2008. Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi. Medan : Bina media. Hal.3 . Universitas Sumatera Utara Dengan keluarnya maklumat wakil Presiden tersebut maka muncullah banyak partai politik di Indonesia.sampai pada puncaknya tahun 1955, yakni dengan dilaksanakannya pemilihaan umum yang pertama kalinya di Indonesia yang diikut i oleh 28 parpol termasuk perseorangan. Pada pemilu ini, ternyata hanya ada 4 empat partai politik “Besar” yakni : PNI 57 kursi, kemudian Masyumi 57 kursi, dususul oleh NU 45 kursi, lalu PKI 39 kursi. 10 Dengan ini menyebabkan adanya suatu keterpaksaan politik di dalam masyarakat untuk memilih partai yang sebenarnya dia tidak suka. Pada fase inilah Fusi partai politik sebagai suatu kebijakan andalan dari orde baru dalam mencapai stabilitas politik yang hancur pada masa orde lama yang disebabkan oleh gagalnya negara dalam mengatasi konflik di tubuh partai politik menjadi fase dimana kebutuhan politik masyarakat di pangkas. Dalam fusi ini, partai-partai politik yang ada dipaksa bersatu dengan 2 dua partai dan 1 satu golongan. Pemikiran untuk melakukan Fusi sudah ada sebelum pemilu kedua tahun 1971, akan tetapi fusi ini gagal dikakukan akibat dari berbagai kepentingan politik yang ada pada masa itu. Maka pada pemilu kedua tahun 1971 diikuti oleh 9 partai politik ditambah 1 satu Golongan Karya. Fusi partai politik menjadi 3 tiga Golongan yakni Golongan Nasionalis, Golongan Spiritual, dan Golongan Karya., baru terjadi pada tahun 1973. 4 empat parpol Islam yakni Perti, NU, Parmusi, dan PSII digabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan PPP; sedangkan 5 Lima partai lain PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Patai Murba, IPKI bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Dengan demikian pada pemilu ketiga diikuti oleh 2 dua partai dan satu golongan. Maka pada pemilu 1977 hanya diikuti oleh PPP, PDI, dan Golkar. 10 Miriam Budiarjo. Op.Cit. hal.433 Universitas Sumatera Utara Negara berhasil mengelola masyarakat, hal ini tercermin dari dalam partai politik yang berhasil dikelola oleh Negara. Sejak kejatuhan Orde baru dibawah pimpinan Presiden Seoharto tanggal 21 Mei 1998, muncullah desakan-desakan agar diadakan pembaharuan kehidupan politik kearah yang lebih demokratis. Dalam konteks kepartaian ada tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan mendirikan partai politik. Atas dasar itu, Presiden B.J.Habibie dan parlemen mengeluarkan Undang-Undang no. 2 tahun 1999 tentang Partai politik yang membuku kembali pintu demokrasi dengan memberi kesempatas kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik. Di Dalam alam reformasi menyeluruh seperti sekarang ini, kemunculan partai- partai politik baru tertentu sengat menggembirakan. Fenomena itu memberi indikasi bahwa kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat ini ikut memikirkan tentang bagaimana membuat kehidupan berbangsa yang lebih baik. Tetapi fenomena itu juga membawa kekhawatiran. Kekhawatiran yang dimaksud adalah dengan banyaknya muncul partai baru maka besar pula potensi munculnya konflik antar partai. Dalam sistem demokrasi, eksistensi partai politik merupakan keniscayaan. Upaya demokrasi membutuhkan sarana atau salurkan politik yang koheren dengan kebutuhan politik suatu Negara dan parpol adalah salah satu sarana yang dimaksud yang memiliki ragam fungsi, platform, dan dasar pemikirannya. Fungsi dan platform parpol itulah yang salah satunya bisa dijadikan untuk menilai demokratis tidaknya suatu pemerintahan. Atau paling bisa digunakan untuk menilai apakah proses demokrasi yang berjalan di suatu Negara menghasilkan output untuk kepentingan rakyat atau sebaliknya. Dalam pemilu 1999, Universitas Sumatera Utara ada terdapat 48 partai politik peserta pemilu 11 dan 24 partai politik yang ikut dalam pemilihan umum tahun 2004 12 11 Serikat Petani Sumatera Utara. 1999. Katalog Partai Politik Peserta Pemilu 1999. Medan : Sumatera Voter Education Clearing House SVECH. 12 Aritasius Sugiya Dkk Team Litbang Kompas. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia, Idiologi Dan Program Tahun 2004-2009 . Jakarta : Kompas Banyaknya partai politik yang mendaftar diri untuk mengikuti pemilu 1999 merupakan bahan kajian yang cukup menarik. Phenomena itu merupakan hal yang sangat wajar karena 32 tahun di kungkung oleh rezim orde baru yang berkuasa. Pada pemilu yang dilaksanakan 7 juli 1999 menghasilkan sejumlah partai politik kecil yang memperoleh dukungan besar yakni PDIP, PKB, Partai Golkar, PPP, PAN. Ada beberapa partai yang cukup berpengaruh tetapi tidak cukup besar dalam dukungan yakni Partai Keadilan, dan Partai Bulan Bintang. Perlemen yang dihasilkan Pada pemilu tahun 1999 adalah dari 500 kursi yang diperebutkan dalam pemilu tersebut 462 orang dipilih oleh masyarakat dan selabihnya 38 orang lagi diperuntukkan kepada kalangan TNIPOLRI, Akan tetapi, pada pemilu tahun 2004, ada dua tahap seleksi yang harus partai politik untuk dapat menjadi peserta pemilu tahun 2004. pertama, seleksi yang dilakukan oleh Depertemen Kehakiman dan HAM, Kedua seleksi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU. Partai politik yang tidak lolos pada seleksi yang pertama tidak boleh ikut dalam selaksi yang kedua. Oleh karena itu, partai yang lolos menjadi Organisasi Peserta Pemilu OPP hanya ada 24 partai politik. Secara nasional hasil pemilihan umum tahun 2004 di Legislatif sangat menarik untuk diamati. Hal ini disebabkan karena pencapaian perolehan suara Golkar yang menggeser PDIP yang memenangi pemilu sebelumnya, selain itu munculnya partai-parrtai baru seperti Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera PKS dalam jajaran partai besar pemilu 2004. Universitas Sumatera Utara Perlemen yang dihasilkan pada pemilu tahun 2004, semua anggota parlemen dipilih oleh rakyat sebanyak 550 kursi yang ada untuk diperebutkan dan tidak ada anggota TNIPOLRI yang diangkat menjadi anggota parlemen. Parlemen yang dihasilkan dari pemilu tahun 2004 semua berasal dari partai politik, karena hanya partai politiklah yang bisa bertarung memperebutkan kursi di parlemen melalui pemilihan umum. Dengan dilaksanakannya pemilu tahun 2004 dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka maka masyarakat dapat memilih secara langsung wakilnya yang duduk di DPR atau parlemen. Hal ini berarti bahwa masyarakat dapat menentukan pilihan secara langsung orang-orang yang akan mewakilinya di DPR dengan melihat kinerjanya selama ini kepada masyarakat. Hal ini merupakan suatu kemajuan karna pada pemilu sebelumnya masyarakat hanya memilih partainya saja lalu kemudian partailah yang mementukan siapa-siapa yang akan duduk di kursi DPRParlemen yang akan memperjuangkan nasib partainya. Sistem yang dianut oleh Undang-Undang Pemilu tahun 2004 hendank menggabungkan prinsip perwakilan memalui penunjukan langsung dari konstituen di satu sisi dan penunjukan oleh partai politik disisi yang lain. Pada dasarnya wakil rakyat yang duduk di parlemen tersebut berasal dari keanggotaannya dalam partai politik peserta pemilu OPP. Karena dalam undang- undang di ungkapkan bahwa parlemen atau DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. 13 Hal inilah yang menyebabkan partai politik merupakan salah satu institusi inti pelaksana demokrasi modern. Yang mana demokrasi modern mengandaikan sebuah 13 Undang-Undang partai politik . 2007. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Hal 51 Universitas Sumatera Utara sistem keterwakilan, baik itu keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti ParlemenDewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Perwakilan Representation adalah konsep bahwa seseorang atau sesuatu kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama rakyat atau suatu kelompok yang lebih besar. dewasa ini anggota DPR pada umumnya mewakili rakyat melalui partai politik. Hubungan antara wakil Anggota Dewan dan yang diwakili Rakyat sudah ada sejak lama yakni sejak dilaksanakannya pemilihan umum pada tahun 1955, pemilihan ini dilaksanakan untuk memilih anggota DPR dan konstituante. Yang mana para anggota DPR dan konstituante merupakan representasi dari 28 parpol yang menjadi OPP Organisasi Peserta Pemilu. Dalam prinsip demokrasi, Pertangguangjawaban legislatif DPR akan mempengaruhi hubungan antara anggota DPR denganh konstituennya dalam suatu sistem perwakilan. Menurut Alfred de Grazia seperti yang dikutup oleh Arbi Sanit dalam bukunya Perwakilan Politik Di Indonesia mengatakan bahwa : perwakilan politik adalah hubungan diantara dua pihak yaitu wakil dan yang diwakili dimana wakil yang memegang kekuasaan unutk melaksanakan berbagai tindakan untuk yang berkenaan kesepakatan yang dibuatnya dengan yang terwakili 14 Hubungan antara wakil dan yang diwakili dan hubungan antara anggota legislatif dan partai politik dapat dilihat dari optiomalisasi fungsi partai politik dalam agregasi kepentingan, komunikasi politik, dan fungsi penyalur aspirasi politik. Dalam kaitan ini, maka partisipasi masyarakat harus juga di pandang sebagian dari faktor penting yang dapat mempengaruhi akuntabilitas legislatif. Pengawasan dari . 14 Arbi Sanit, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Jakarta : Raja Wali Press. Hal. 3 Universitas Sumatera Utara masyarakat juga sangat penting karena akan memaksa Dewan akan bertanggungjawabkan kepada masyarakat secara umum. Sejauh mana kepentingan masyarakat diperjuangkan oleh anggota legislatif juga merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk menila aspek akuntabilitasnya. Karena itulah system demokrasi mencitrakan serta mengaplikasi akuntabilitas politik didasarkan atas kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Di Indonesia, masalah wakil dan yang diwakili tidak hanya ada secara nasional akan tetapi secara lokal juga. Oleh karena itu maka ada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik itu di tingkat I Propinsi maupun di tingkat II KabupatenKota. Lembaga ini diadakan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat tingkat lokal dan diharapkan sebagai pembuat keputusan di daerah dan perpanjangtanganan pusat di daerah. Hal ini yang menjadi sorotan publik tentang kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di setiap daerah. kinerja para anggota Dewan yang notabene adalah mandataris dari rakyat belum menunjukan hasil yang optimal dalam hal memperjuangkan kepentingan rakyat. Perubahan peta politik hasil pemilihan umum tahun 2004 melahirkan harapan dan optimisme yang dikalangan masyarakat mengingat akumulasi kekecewaan publik terhadap akuntabilitas dan penampilan partai-partai politik di lembaga-lembaga legislatif produk pemilu 1999. bagaimana tidak, pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 1999, walaupun lebih demokratis ternyata menghasilkan para anggota legislatif baik nasional maupun lokal yang relatif buruk, hal ini dapat dilihat dari Universitas Sumatera Utara banyaknya kasus korupsi dan politik uang yang terjadi yang dialamatkan pada para anggota legislatif. 15 Selama para wakil rakyat duduk di kursi DPR dan DPRD saat ini, hasilnya bisa dikatakan nihil, hal ini dapat dilihat dari kurangnya atau minimnya menghasilkan produk hukum berupa peraturan daerah yang pro rakyat dan demi kesejahteraan rakyat. Para anggota Dewan seolah-olah berada dalam intervensi eksekutif. 16 Menurut Zulfan Heri, penyebab rendahnya kinerja dari anggota parlemen adalah Problematik tersebut tampaknya tidak hanya berpangkal pada sistem pemilu dan sistem kepartaian melainkan juga pada pendangkalan pemahaman para politisi terhadap hakikat keterlibatan mereka di dalam partai-partai politik. Seperti tampak di balik keterungkapan kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan dana APBD yang dilakukan oleh para anggota partai di Lembaga Legislatif Lokal hasil Pemilu 1999, partai-partai tampaknya terlanjur dipandang sebagai batu loncatan untuk meraih dan merebut kedudukan sosial, ekonomi, politik yang mapan di tengah penderitaan mayoritas rakyat di lingkunganya. 17 1. Faktor orientasi masuk legislatif atau DPR dan DPRD bukan karena dilatarbelakangi oleh sikap pemihakan kepada rakyat melainkan orientasi material material oriented artinya bukan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat seseorang itu masuk DPR dan DPRD akan tetepi untuk mendapatkan materi berupa uang, fasilitas,dll yang disediakan oleh Negara : 15 Kompas, 19 Mei 2004. Ada 43 Orang Anggota Legislatif dari DPRD Sumatera Barat Yang Dihukum Penjara Oleh Pengadilan Negeri Padang. 16 Zulfan Heri. 2005. Legislator Menuai Kritik. Riau : ISDP.hal 78 17 Ibid hal. 80 Universitas Sumatera Utara 2. Tingkat kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai wakil rakyat sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran pada rapat-rapat komisi, fraksi, pansus, maupun paripurna yang digelar DPRD. 3. Kualitas Sumber Daya Manusia SDM anggota legislatif. Sedangkan menurut Syamsuddin Haris, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas perwakilan di legislatif atau parlemen yakni 18 1. Sistem pemilu : Dengan adanya sistem pemilu yang proporsional dengan daftar calon terbuka seperti yang dilaksanakan di Indonesia pada pemilu tahun 2004 menyebabkan terbuka peluang adanya interaksi dan komunikasi antara pemilih dengan calon-calon anggota legislatif. 2. Standard persyaratan seseorang sebagai wakil rakyat. Persayaratan yang dimaksud disini adalah persyaratan moral, pengetahuan akan kebijakan dan kepentingan umum, serta keahlian teknis atau instrumental yang memadai. Persyaratan ini sangat penting agar konsep bahwa seseorang atau kelompok mempuyai kemempuan dan kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama kelompok yang lebih besar dapat diterima jika persyaratan ini terpenuhi. 3. Model rekruitmen anggota parlemen. Model yang dimaksud adalah apakah model karier atau patron-klien. 4. Perhatian wakil-wakil rakyatnya. Perhatian yang dimaksud adalah apakah perhatian anggota legislatif cukup memadai pada persoalan kelompok atau partai, atau perhatiannya lebih fokus pada persoalan wilayah atau daerah yang diwakilinya. 18 Syamsuddin, Op. Cit hal. 8-9 Universitas Sumatera Utara Para wakil rakyat DPR atau DPRD yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang notabene adalah anggota partai politik haruslah mempertanggungjawabkannya kinerja mereka kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi. Menurut teori mandat, wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakili dalam proses kehidupan politik. Teori Mandat Imperatif mengataklan bahwa si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. Bagi terwakilirakyat, teori ini lebih menguntungkan kerena wakil dapat di kontrol secara terus-menerus. Perbedaan pandang antara wakil dengan terwakili dapat mengakibatkan menurut reputasi wakil. Dalam kenyatannya, fraksi suatu partai di DPRD Kabupaten dan kota adalah kepanjangan tangan dari kepengurusan partai di tingkat kepengurusan kabupaten dan kota pula. Hal ini disebabkan karena sebagian dari pengurus partai telah duduk di DPRD, Maka fraksi suatu partai yang ada di DPRD akhirnya cendrung menjadi kepanjangan tangan Anggota partai secara individual. Tidak mengherankan jika aspirasi masyarakat hampir selalu tidak sama dengan aspirasi kepentingan partai karena yang disebut terakhir pada dasarnya adalah aspirasi dan kepentingan pribadi Anggota Dewan itu sendiri. Pertanggung jawaban atau akuntabilitas dalam konteks politik merupakan salah satu konsep yang lekat dalam teori dan praktek demokrasi. Karena dalam konteks demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat maka perlu pertanggungjawaban dari instrumen demokrasi seperti legislatif untuk rakyat. Universitas Sumatera Utara Masalah akuntabilitas dan kinerja partai-partai pasca Pemilu 2004 menjadi lebih kompleks lagi sehubungan dengan terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan juga sebelumnya PP No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertip DPRD. Baik UU No. 322004- yang merupakan revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 maupun PP No. 252004, tampaknya didesain untuk benar- benar menertibkan proses Politik Lokal, karena di dalam perangkat kebijakan tersebut DPRD dan Pemda setempat diwajibkan mengkonsultasikan setiap rancangan kebijakan Lokal kepada Pemerintah Pusat melalui Gubernur sebelum disahkan sebagai kebijakan. Hal ini dapat berarti bahwa partai-partai baik yang ada di Dewan maupun di pemerintahan daerah Eksekutif harus tunduk pada kepentingan pusat dari pada aspirasi masyarakat di daerah. Dengan demikian penyeragaman politik dan birokrasi politik lokal merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh partai politik pemilu 2004. Dalam praktek kehidupan bernegara, parlemen selalu menjadi ajang pertarungan atau kompetisi antar kekuatan politik. Oleh karena itu, dinamika dalam parlemen sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan kekuatan-kekuatan politik yang bersaing didalamnya. Pertarungan kekuatan-kekuatan politik dalam perlemen mempengaruhi kinerja perlemen secara lembaga dalam menjalankan fungsi. Apabila kekuatan-kekuatan politik dalam parlemen terkooptasi oleh eksekutif, maka parlemen menjadi “Rubber stamp” eksekutif. Sebaliknya, apabila kekuatan-kekuatan politik dalam parlemen menyatu dan tidak dapat di kooptasi oleh eksekutif, maka proses check and balance dalam pengelolaan pemerintahan dapat terlaksana dengan baik, Universitas Sumatera Utara akan tetapi dapat juga terjadi ketegangan antara eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. 19 Berikut adalah daftar lima besar yang memperoleh kursi di DPRD Kab. Tapanuli Tengah Di Tapanuli Tengah atau yang lebih dikenal dengan TapTeng pada pemilihan legislatif diikuti oleh 24 partai pada tahun 2004. Pada pemilihan umum legislatif tahun 2004 tersebut dimenangi oleh partai Golkar dan diikuti oleh Partai PAN, PDIP, PIB, PBR, PDS, PNI Marhaenis, P. MERDEKA, PPP, PBB, PNBK, PKPB, Dan PATRIOT PANCASILA. 20 1. Partai GOLKAR : 26.956 suara : 2. PPIB : 15.599 suara 3. PDIP : 13.440 suara 4. PAN : 10. 059 suara 5. PBR : 5.503 suara Di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, terdapat banyak pluralitas. Baik secara kepentingan, pencarian, agama, maupun suku bangsa. Hal ini dapat dilihat dari partai politik pemenang pemilihan umum tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bervariasi yakni partai Nasionalis dan partai yang berbasiskan kepercayaan tertentu.

2. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang inilah penelitian tentang akuntabilitas dan kinerja Partai Politik dalam Lembaga Legislatif menimbulkan permasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan Parlemen Lokal DPRD dengan Partai Politik terkait masalah akuntabilitas dan kinerja DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah? 19 Zakaria Bangun, 2007. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pascaamandemen UUD 1945. Medan: : Bina Media Perintis. Hal 237 20 KPUD kab. Tap Teng Universitas Sumatera Utara 2. Mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh oleh DPRD dalam mengartikulasikan kepentingan masyarakat? 3. Bagaimana mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh olh partai politik terhadap masyarakat atau konstituennya?

3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran bagaimana hubungan Parlemen Lokal DPRD dengan Partai Politik terkait masalah akuntabilitas dan kinerja DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah. 2. Memperoleh gambaran mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh oleh DPRD dalam mengartikulasikan kepentingan masyarakat. 3. Memperoleh gambaran bagaimana bentuk pertanggungjawaban Legislatif Lokal terhadap masyarakat atau konstituennya.

4. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara pribadi penelitian ini bermanfaat bagi penulis yaitu memperluas dan memperdalam pemahaman dan melatih penulis dalam membuat sebuah karya ilmiah. 2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan jadi salah satu pendukung dalam pengembangan dari pada teori-teori politik yang telah ada seperti Sistem Perwakilan Politik, Sistem Politik Indonesia dan teori-teori politik lainya. 3. Hasil penelitian ini secara praktis kiranya bermanfaat bagi lembagainstansi pemerintah seperti Departemen Dalam Negeri dan KPU dalam kaitannya dengan peranan lembaga-lembaga politik DPRD. Universitas Sumatera Utara

5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlakukan dalam setiap penelitian untuk memberikan landasan teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian. Kerangka teori juga membantu seorang peneliti untuk mengetahui tujuan dan arah penelitian, serta sebagai dasar penelitian agar langkah yang selanjutnya ditempuh dengan konsisten. 21 Demokrasi langsung model Yunani Kuno Peran teori dalam sebuah penelitian diumpamakan sebagai “pemandu” seorang dalam meneliti.

5.1. DEMOKRASI

Teori demokrasi digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam penelitian, ini disebabkan oleh karena pada penelitian ini membahas tentang Partai Politik dan Parlemen Lokal. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai suatu upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan warga negara atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara eksekutif, legislatif dan judikatif untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas independen dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and balance. 22 21 Masri Singarimbun Efendi. 1990. Metodologi Penlitian Survei. Jakarta: Gramedia, hal. 65 22 Hendramin Ranadireks. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia. hal.76- 77 beberapa abad sebelum masehi, dalam bentuk yang paling sederhana sistem demokrasi telah dipraktekkan oleh bangsa Yunani Kuno. Pelaksanaan demokrasi implementasi kedaulatan rakyat dilakukan Universitas Sumatera Utara sesara langsung. Negara waktu itu baru dalam skala kota negara kota yang dikenal dengan istilah polis. Di pusat yang disebut Agora yang selalu tersedia dalam polis, pada suatu waktu tertentu, rakyat warga polis yang memenuhi kriteria tertentu berkumpul membahas dan membicarakan segala sesuatu yang menyangkut masalah negara. Agora, dalam masyarakat Yunani berfungsi sebagai tempat pertemuan umum di mana segala masalah yang menyangkut kepentingan umum dibahas dan dibicarakan . Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, dan keratoscratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 23 Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga negara mewakilkan diri sebagai yang berdaulat kepada seseorang calon wakil rakyat atau Partai Politik yang Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut sebut sebagai perkembangan politik suatu negara . Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empiris demokrasi prosedural. Dalam pemahaman secara normatif yaitu demokrasi merupakan sesuatu yang secara adil yang hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ungkapan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan menurut konstitusi-konstitusi masing-masing negara. Tetapi hal-hal yang normatif belum tentu kita dapat lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari suatu negara. 23 Miriam Budiardjo. Op.cit. hal.50. Universitas Sumatera Utara dipercayai melalui pemilihan umum. Suatu keputusan dalam demokrasi ialah bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum. Kajian dan akademis mengenai demokrasi mengenal dua kategorisasi pemaknaan besar, yaitu konsepsi minimalis dan maksimalis. 24 Demokrasi minimalis atau dalam wacana Indonesia dikenal dengan demokrasi prosedural dikenakan pada sistem-sistem politik yang melaksanakan perubahan kepemimpinan secara reguler melalui suatu mekanisme pemilihan yang berlangsung bebas, terbuka, dan melibatkan massa pemilih yang universal. Bagi konsepsi maksimalis pelaksanaan pemilihan umum saja tidaklah cukup bagi suatu sistem politik untuk mendapatkan gelar demokrasi, karena konsepsi ini yang di Indonesia lebih dikenal dengan demokrasi substansif mensyaratkan penghormatan terhadap hak-hak sipil yang lebih luas penghargaan terhadap kaidah-kaidah pluralisme yang mendasar.

5.2. PARTAI POLITIK

Partai Politik yang terorganisir timbul pada akhir abad 18 dan 19 di Eropa Barat. Sebagai buah dari usaha kelompok-kelompok di luar lingkungan kekuasaan politik untuk bersaing memperebutkan jabatan pemerintah dan mengendalikan jabatan pemerintah. Ketika gerakan-gerakan kelas menengah dan kelas buruh ini mulai mendesak kelas-kelas atas dan aristokrat demi partisipasi dalam pembuatan keputusan, kelompok-kelompok yang menjalankan pemerintahan terpaksa mencari dukungan publik dalam rangka mempertahankan pengaruh dukungan mereka. Dengan demikian partai-partai politik merupakan gabungan antara rakyat dengan pemerintah. 24 Muladi, dkk. 2004. Pemilu dan Demokrasi, dalam Jurnal Demokrasi dan HAM, Pemilu 2004: Semakin Terkonsolidasikah Demokrasi Kita. Vol.4. No. 1. Surabaya : THC. Hal.Editor Pada permulaan perkembangannya di negara-negara barat seperti Inggris dan Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik Universitas Sumatera Utara dan parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitist dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja. Dengan meluasnya hak pilih kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok politik dalam parlemen lambat laun berusaha mengembangkan organisasi massa, dengan demikian terjalinlah hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik di parlemen dan panitia-panitia pemilihan yang sepaham dan sekepentingan, dan lahirlah Partai Politik. 1. Salah satu sarana untuk berpartisipasi politik adalah Partai Politik. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita-cita yang sama, dan mempunyai tujuan kekuasaan tersebut melakukan kebijakan-kebijakan mereka. Di indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. Carl. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang terorganisir dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idill maupun materiil” 25 2. 25 Miriam Budiardj. Ibid. hal.161 R.H. Saltou: Partai Politik adalah “Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang Universitas Sumatera Utara memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih-bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka”

5.2.1. Fungsi Partai Politik

1 Adapun fungsi Partai Politik adalah: Partai sebagai sarana Komunikasi Politik 2 Salah satu tugas dari Partai Politik adalah menyalurkan beraneka ragam pendapat atau aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik Sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi kegenerasi lainnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat untuk menjalankan peran-peran politik tertentu. 26 3 Partai sebagai Sarana Rekruitmen Politik 26 Sudijono Sastroatmodjos. 1995. Perilaku politik. Semarang: IKIP Pers. hal. 120. Fungsi rekruitmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu atau sebagainya. Fungsi rekruitmen politik ini juga dapat disebut sebagai fungsi seleksi kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan dalam suatu Universitas Sumatera Utara struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidahnorma-norma yang ada serta harapan dalam masyarakat. 27 4 Partai sebagai Pengatur Konflik Dalam suasana demokrasi, persaingan atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi suatu konflik, Partai Politik berusaha untuk mengatasinya. 28

6.4.2. Sistem Kepartaian

Maurice Duverger 29 a. dalam bukunya yang berjudul political Parties, manjelaskan klasifikasi sistem partai, yaitu sistem partai tunggal one party sistem, sistem dwi partai two party system dan sistem multipartai multy party system. Sistem Partai Tunggal Totaliter, Otoriter dan Dominan Dalam negara yang menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat partai- partai yang tak hanya memegang kendali atas militer dan pemerintahan. Tetapi juga menguasai seluruh kehidupan masyarakat. Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai doktrinan negara-negara komunis dan fasis. 27 Ibid, hal. 163. 28 Miriam Budiardjo, Ibid. hal.164 29 Ibid, hal. 167 Bentuk partai tunggal otoriter ialah suatu sistem partai yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi terdapat satu partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya. Sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena ruang gerak dibatasi penguasa. Bentuk partai tunggal yang otoriter biasanya diterapkan di negara-negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah intergrasi nasional dan keterbelakangan ekonomi. Partai tunggal yang otoriter digunakan sebagai wadah persatuan segala lapisan dan golongan masyarakat, dan sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan yang dibuat Universitas Sumatera Utara oleh penguasa. Apabila dalam bentuk partai tunggal totaliter, partailah yang menguasai pemerintahan dan militer maka dalam bentuk tunggal otoriter pemerintahan dan militer yang menguasai partai. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania UNAT, dan Partai Aksi Singapura merupakan contoh partai otoriter.

b. Sistem Dua Partai

c. Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan pemerintah melalui pemilihan umum. Dalam sistem ini terdapat pembagian tugas di antara kedua partai yaitu partai yang memenangkan pemilihan umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi yang loyal. Sistem Banyak Partai Sistem banyak partai merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua partai yang dominan. Sistem ini merupakan produk dari struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Setiap golongan dalam masyarakat cenderung memelihara keterkaitan dengan asal usul budaya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik sendiri. Karena banyak partai bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umun maka yang sering terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai yang sama- sama dapat mencapai mayoritas di Parlemen. Dalam Perundang-undang Indonesia dimaksud dengan Pemilihan umum yang adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

5.3. PEMILU DAN SISTEM PEMILU

Universitas Sumatera Utara Indonesia Tahun 1945. 30 Pemilihan umum adalah pranata terpenting dalam setiap negara demokrasi, pranata ini berfungsi untuk memenuhi tiga prinsip pokok demokrasi yaitu kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah dan pergantian pemerintah secara teratur. 31 Pada dasarnya pemilihan umum mempuyai 3 tiga tujuan utama yakni Ketiga prinsip ini bertujuan untuk menjamin terlaksananya cita-cita kemerdekaan, mencegah timbulnya kepentingan tertentu di dalam tubuh pemerintah atau digantikannya kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan penguasa. Jika sebagian besar atau seluruh kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat terwakili di dalam Lembaga Legislatif di Pusat dan Daerah, terpenuhilah prinsip kedaulatan rakyat. Selanjutnya jika mekanisme pemilihan wakil rakyat pada Lembaga Legislatif berjalan sebagaimana mestinya, terpenuhi pulalah sebagian besar prinsip keabsahan pemerintah. jika keabsahan pemerintah mensyaratkan diselenggarakannya pemilu sebagaimana mestinya. 32 1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum. Sesuia dengan prinsip demokrasi yang memandang rakyat lah yang berdaulat, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh wakilnya Demokrasi Perwakilan. Oleh karena itu pemilu merupakan penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercaya. Untuk menentukan alternatif kebijakn yang harus ditempuh oleh pemerintah biasanya yang menyangkut hal yang prinsipil beberapa Negara menyelenggarakan pemilu sebagai mekanisme penyeleksian kebijakan : 30 UU No.12 Tahun 2003. Tentang Partai Politik. 31 Tim Peneliti Sistem Pemilu. 1998. Sistem Pemilu di Indonesi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan hal.2 32 Ramlan Surbakti. Op.Cit. hal. 181-182 Universitas Sumatera Utara umum untuk menyatakan “setuju “atau “tidak setuju” terhadap kebijakan yang telah ditawarkan pemerintah. Pemilihan umum untuyk menentukan kebijakan umum yang fundamental ini disebut Referendum. 2. Pemilihan umum juga dapat dikatakan sebagai mekanisme mimindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang terpilih atau melalui partai politik yang memenangkan pemilu dan dapat kursi sehingga interaksi masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa didalam masyarakat terdapat bernagai kepentingan yang tidak hanya berbeda tapi juga malah kadang-kadang saling bertentangan dan dalam sistem demokrasi perbedaan dan pertentangan tidak diselesaikan dengan kekerasan malainkan melalui proses musyawarah. 3. Pemilu merupakan sarana memobilisasi danatau menggalang dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Sistem pemilihan umum dapat di bagi menjadi 2 dua yakni : 1. Sistem Distrik Sistem ini disebut juga sebagai sistem perwakilan mayoritas atau single member consitunty. Sistem pemilu distrik adalah suatu sistem pemilu di mana wilayah atau negara suatu negara yang menyelenggarakan suatu pemilihan untuk memilih wakil di Lembaga Legislatif, dibagi atas distrik-distrik permilihan yang jumlahnya sama dengan kursi yang tersedia di Lembaga Legislatif, dan setiap distik memilih hanya satu wakil untuk di Lembaga Legislatif . Universitas Sumatera Utara 2. Sistem Proporsional Sistem pemilu proporsional sering juga disebut juga sebagai sistem pemilu multi member constituency atau sistem perwakilan berimbang. Sistem pemilihan proporsional adalah sistem pemilu di mana kursi yang terisi di Lembaga Legislatif Pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilu, dibagikan pada partai-partai politik yang turut dalam pemilu tersebut sesuai dengan imbangan suara yang diperolehnya dalam pemilih. Secara konseptual, perwakilan politik berawal dari pemilihan umum. Artinya, pemilihan umum yang diadakan merupakan proses seleksi pimpinan akan menumbuhkan rasa keterwakilan politik di kalangan masyarakat luas. Dan akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negara oleh sebab itu dibentuklah badan perwakilan rakyat yang membuat Undang-Undang, menyusun Anggaran Penerimaan Belanja Negara, mengawasi pelaksanaan Undang-Undang dan penerimaan serta penggunaan anggaran negara.

5.4. PARLEMEN

Badan politik yang kita kenal sebagai DPR, dalam bahasa Eropa adalah Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Perbedaan istilah ini mengandung makna yang cukup dalam dan strategis. Dalam bahasa Eropa parlemen mengandung makna “pembicaraan” masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di Amerika legislator mengandung makna badan pembuat undang-undang badan legislatif atau law making body. Dalam kenyataan kedua perbedaan tersebut terlihat pada fungsi politik masing- masing. Namun karena badan politik ini diciptakan di Eropa maka kita akan mengkaji sejarah pertumbuhan parlemen dalam konteks sejarah Eropa. Universitas Sumatera Utara Pada mulanya parlemen terdiri dari para raja, bangsawan, tuan-tuan tanah serta petinggi agama. 33 Pada abad ke empat belas, pertemuan dengan raja dikembangkan menjadi media penghubung yang diperlukan raja. Para petinggi kerajaan diharapkan kehadiranya dalam pertemuan ini untuk dimintai informasi atau nasehat oleh raja berkenaan dengan persoalan-persoalan politik dan administrasi kerajaan yang dirasa mempengaruhi masa depan kerajaan, sejak itu pertemuan konsultasi lambat laun berkembang menjadi yang kita kenal dengan parlemen di Inggris. Pada abad ke-17 hubungan antara raja dengan parlemen berubah. Pengaruh para bangsawaan, pengusaha dan gereja dalam kehidupan ekonomi tercermin pada keanggotaan parlemen. Sumber daya yang mereka kuasai menyebabkan parlemen didominasi oleh tiga kekuatan politik tersebut.

5.4.1. Pengertian Parlemen

Parlemen dalam istilah teknis biasanya disebut legislature yang artinya badan pembuat undang-undang legislator. Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah berbeda dengan institusi perpolitikan. Untuk memperoleh defenisi parlemen sebagai badan politik yang berbeda dari badan-badan politik lainya harus ditemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakannya dengan badan lain di luar parlemen. Nelsom W. Polsby yang mencoba membandingkan parlemen legislature dengan badan politik lain, eksekutif dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena psarlemen merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari satu multimember, menggunakan metode negoisasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan bertanggung jawab pada rakyat. 34 33 Bambang Cipto. 1995. Dewan Perwakilan Rakyat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal.2 34 Bambang Cipto. Ibid hal.6 Universitas Sumatera Utara

5.4.2. Fungsi Parlemen

Fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang law-making body semata-mata namun juga perlu juga dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dengan pemerintah. Dalam pemerintahan sistem Parlemen ia juga berfungsi sebagai jalur rekrutmen kepemimpinan politik. Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui siding panitia-panitia legislatif, dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya,interprelasi, dan sebagainya. Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah, sbb : a. Legislasi Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal membuat suatu perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perundang-undangan di tingkat local atau daerah adalah berupa peraturan daerah. b. Anggaran Fungsi Anggaran adalah fungsi badan legislatif dalam ikut serta dalam penentuan anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan anggaran-anggaran yang lain. c. Pengawasan. 35 5.5. TEORI PERWAKILAN POLITIK 5.5.1. TEORI MANDAT 35 Miriam Budiardjo, Loc.cit Duduknya seseorang di Lembaga Perwakilan baik itu karena pengangkatanpenunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan Universitas Sumatera Utara timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu: 1 Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 tiga jenis yakni : 2 Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. 3 Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga perwakilan parlemen. Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggung jawab pada rakyat.

5.5.2. TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT

Hubungan antara rakyat dan parlemen adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraannya atas nama rakyat. Sedangkan rakyat tidak akan dapat melaksanakan tugas-tugas kenegarannya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang pemerintah. Universitas Sumatera Utara

5.5.3. TEORI SOSIOLOGI RIEKKER

Riekker menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis tetapi merupakan bangunan masyarakat sosial si pemilih akan memilih wakil- wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan akan benar-benar membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.

5.5.4. TEORI ORGAN

Rakyat dan parlemen adalah organ yang bersumber pada undang-undang dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri jadi tidak perlu melihat hubungan antar organ perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan parlemen yaitu memilih dan membentuk organ parlemen perwakilan dan setelah organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ tersebut bebas bertindak sesuai dengan fungsinya.

5.5.5. TEORI GILBRET ACARIAN

36 1. Menurut Gilbert Acarian ada 4 empat tipe hubungan antara si wakil dan yang mewakilinya yaitu: 2. Si wakil bertindak sebagai “wali” trustee. Wakil bebas bertindak mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya. 3. Si wakil bertindak sebagai “utusan” delegate: si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya. 36 Bintan R.Saragih. 1998. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama. .hal 85 Si wakil bertindak sebagai “politik”: si wakil bertindak sebagai wali trustee dan kadang-kadang bertindak sebagai utusan delegatee. Universitas Sumatera Utara 4. 6. KERANGKA KONSEP 6.1. AKUNTABILITAS Akuntabilitas atau pertanggungjawaban accountability di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggungjawaban di dalam proses politik terselenggara dengan baik Akuntabilitas legislatif di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa aspek yakni: Si wakil bertindak sebagai ”partisan”: si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari partai organisasi si wakil. Setelah si wakil di pilih oleh pemilihnya yang diwakilinya maka lepaslah hubungan dengan pemilihan tersebut dan mulailah hubungannya dengan partai organisasi yang mencalonkannya dalam pemilihan. 1. Akuntabilitas Administratif penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat. 2. Akuntabilitas Politik khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik. 3. Akuntabilitas Moral adanya etika atau code of conduct 4. Akuntabilitas Profesional menjalankan fungsi sebagai anggota legislatif. Sikap profesional berkaitan dengan adanya kepekaan para politisi dalam lembaga legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan yang tinggi Universitas Sumatera Utara dalam memantau berbagai tindakan keperintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikannya mempuyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Oleh karena itu, akuntabilitas profesionalitas dapat dilihat dari komitmen para wakil rakyat terhadap persoalan masyarakat. Prioritas kebijakan politik yang dipilihnya dapat digunakan sebagai ukuran untuk menganalisis akuntabilitas profesionalnya. Sikap profesional berkaitan dengan adanya kepekaan daya tanggap para politisi di Lembaga Legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga dituntut mempunyai daya tanggap yang tinggi dalam memantau berbagai tindakan kepemerintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikannya mempunyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Karena itu akuntabilitas profesionalitas dapat dilihat dari komitmen para wakil terhadap persoalan masyarakat Untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut maka diperlukan transparansi, apabila proses pembuatan keputusan, begitu pula proses dan cara kerja legislatif tertutup maka akan sulit untuk mengatakan bahwa lembaga legislatif tersebut mempuyai tingkat akuntabilitas yang tinggi, sebaliknya jika proses pembuatan keputusan transparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi. Menurut Turner dan hulme, ada 6 enam indikator akuntabilitas, yakni : 1. Adanya legitimasi bagi para pembuat keputusan. 2. Kepemimpinan yang mengedepankan moral moral conduct 3. Adanya kepekaan responsiveness 4. Keterbukaan openness 5. Pemanfaatan sumber daya secara optimal 6. Upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Universitas Sumatera Utara Dalam praktek demokrasi, akuntabilitas legislatif akan turut mempengaruhi citra baik atau buruk performance suatu partai politik yang memiliki wakil di legislatif. Dalam prinsip demokrasi, pertanggungjawaban juga mempengaruhi pola hubungan antara anggota legislatif dengan konstituennya dalam sistem perwakilan karena sistem perwakilan itu juga bisa diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yakni wakil dan yang diwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan tindakan yang dibuat dengan terwakili. 37 37 Arbi Sanit, Loc.cit. . Prioritas kebijakan politik yang dipilihnya dapat digunakan sebagai ukuran untuk menganalisis hal itu maka perlu adanya persyaratan lain yaitu akuntabilitas tidak dapat berjalan apabila tidak ada transparansi. Apabila proses pembuatan keputusan, begitu juga proses dari cara kerja Anggota Legislatif tertutup, maka sangat sulit dikatakan bahwa Lembaga Legislatif tersebut memiliki tingkat akuntabilitas yang tinggi. Sebaliknya, bila proses taransparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingakat akuntabilitasnya akan cendrung tinggi.

6.2. KINERJA

Untuk menganalisis kinerja partai politik di DPRD, aspek-aspek yang harus di perhatikan diantaranya adalah manajemen internal dan tujuan partai-partai. Manajemen internal ini berkaitan dengan rekrutmen partai politik, profil anggota parlemen lokal, dan mekanisme pencalonan, sementara aspek tujuan mencakup misi, visi dari organisasi pemerintah yaitu untuk pemenuhan hak pelayanan publik. Universitas Sumatera Utara 7. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif . yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang penemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau perhitungan lainya. METODOLOGI PENULISAN 7.1. Jenis Penelitian 38 Penelitian kualitatif bertumpu pada latar alamaiah sebagai keutuhan, mengendalikan manusia sebagai alat penelitian, manfaat metode kualitatif mengarahkan sasaran penelitianya pada usaha menemukan teori-teori dasar. Penelitian kualitatif ini bersifat diskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studinya dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian tersebut disepakati oleh pihak peneliti dan subjek peneliti. 39

7.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapat informasi yang meyangkut masalah penelitian maka penulis melakukan penelitian di DPRD Kab. Tapanuli Tengah karena peneliti melihat bahwa di DPRD Kab. Tapanuli Tengah ada perwakilan dari beberapa partai politik “Besar” dan “Kecil” secara nasional karna partai-partai politik tersebut merupakan gambaran dari partai-parti politik di Indonesia, dan juga adanya pluralitas di masyarakat baik secara etnis, agama, idiologi, pekerjaan,dll. 38 Anslem Straisi, 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yokyakarta: Pustaka Pelajar., Hal.4. 39 Lexy. J.Moleony,2003. Metodolog Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Posda Karya.Hal. 27. Universitas Sumatera Utara 7.3. Populasi Dan Sampel 7.3.1. Populasi Populasi adalah seluruh dari objek yang akan diteliti.Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Anggota DPRD Kabupaten Tapanuli tengah yang berjumlah 29 orang.

7.3.2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Taro Yamane 40 = n yaitu 1 . 2 + d N N Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Presisi ditetapkan 10 dengan tingkat kepercayaan 90. Dari rumus di atas maka diambil sampel sebagai berikut : = n 1 . 2 + d N N = n 1 01 , . 29 29 + = n 29 , 1 29 = n 22.48 Perolehan sampel dari rumus di atas dibulatkan menjadi 23 orang. 40 Burhan, Bungin. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media, 2005. Hal.105 Universitas Sumatera Utara

7.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu dengan cara: 1. Studi kepustakaan Llibrary Research untuk data pendukung, terutama guna melengkapi kerangka teoritis dan kerangka konsep dipergunakan kepustakaan, refrensi yang digunakan adalah tex book yaitu buku bacaan, artikel, makalah, majalahsurat kabar dan web site. 2. Studi lapangan Fild Research dengan metode ini penulis akan terjun kelapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Penulis juga akan melakukan metode observasi yaitu mengamati secara langsung objek yang akan diteliti.

7.5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperoleh dirasa cukup memadai untuk mendukung proses analisis, maka tahap selanjutnya adalah analisa data. Dalam analisa data ini data yang sudah terkumpul akan diolah dan kemudian dianalisis untuk dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini mencoba menganalisis akuntabilitas dan kinerja Partai Politik di DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah metode diskriptif yaitu suatu metode di mana yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Universitas Sumatera Utara

8. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi dari pada sekripsi ini maka penulis membagi dalam empat bab dan bab-bab ini dibagi dalam sub-sub bab.

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, metodologi penulisan, sistematika penulisan.

Bab II. Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah Kabupaten Tapanuli tengah di lihat dari segi geografis dan luas wilayah, komposisi kependudukan, perekonomian masyarakat sarana dan prasarana yang ada serta struktur organisasi dan personali.

Bab III. Analisis Data

Bab ini akan berisikan data-data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.

Bab IV. Penutup

Dalam bab ini sebagai bab terahir dikemukakan kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta dikemukakan saran-saran yang mungkin berguna sebagai bahan pertimbangan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TANGAH

Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil. Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 6.194,98 km² meliputi darat dan laut dengan hamparan gunung, pantai dan laut gupala. Letak wilayah yang strategis, keanekaragaman potensi sumber daya alam yang besar dan harmonisnya multietnik masyarakat menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai permata tersembunyi yang akan berkilau dan sangat berharga dengan sentuhan percepatan pembangunan dan peningkatan investasi. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak pada 1°11’00” - 2°22’0” LU dan 98°07’ - 98°12’ BT, Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah 6.194,98 km² yang terdiri atas darat 2.194,98 km² dan laut 4.000 km². Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan : 1 Di Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2 Di Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Pakpak Bharat. 3 Di Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. 4 Di Sebelah Barat dengan Kota Sibolga dan Samudera Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1945. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah PANDAN.

1.2. Topografi

Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit - bukit dengan ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90 berbukit dan bergelombang.

1.3. Klimatologi

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis. Dalam periode bulan Januari – Desember 2006, suhu udara maksimum dapat mencapai 31,53ºC dan suhu minimum mencapai 21,72ºC. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2005 adalah 26,09ºC. Musim kemarau biasanya terjadi bulan Juni sampai bulan September, musim penghujan biasanya terjadi bulan Nopember sampai Maret, diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Pada tahun 2006, curah hujan rata-rata 4.925,9 mm, hari hujan 226,0 hari, kecepatan angin rata-rata 6,7 knot dan penguapan rata-rata 4,6 mm. Kelembaban udara rata-rata 84,58.

1.4. Kependudukan

Penduduk Tapanuli Tengah tahun 2006 berjumlah 297.846 jiwa dengan kepadatan penduduk 136 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2005 sebesar 1,86 per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,20 laki-laki dan 49,80 perempuan. 41 41 www.tapteng.go.id Universitas Sumatera Utara Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain, dengan mayoritas suku Batak. Kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong- royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat. Komposisi penduduk berdasarkan agama memperlihatkan bahwa di Tapanuli Tengah Agama yang paling dominant adalah Nasrani dan Islam setelah itu baru agama lainnya. Perbandingan pemeluk agama nasrani dan islam adalah seimbang. Oleh karena itu, kerukunan antar umat beragama di Tapanuli Tengah terjalin dengan baik. 1.5.Perekonomian Daerah Pembangunan ekonomi daerah dapat menumbuhkan kegitan-kegiatan sektor lapangan usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha-usaha sektor formal maupun informal. Pada prinsipnya pembangunan ekonomi itu sendiri merupakan rangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pendapatan masyarakat dan peningkatan hubungan ekonomi regional dalam peningkatan investasi daerah sehingga dapat menggairahkan lapangan usaha dengan sector-sektor ekonom yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Persoalan mendasar masyarakat Tapanuli Tengah, seperti halnya daerah lain di Kawasan Barat Sumatera Utara secara ekonomi selama ini adalah : kemiskinan dan pengangguran Adapun keterbatasan yang melingkupi persoalan tersebut adalah Topografi wilayah Tapanuli Tengah yang berbukit Bukit Barisan, keterbatasan sumber daya Universitas Sumatera Utara manusia, keterbatasan pengelolaan sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan arus modal. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan percepatan pembangunan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah terutama melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta untuk menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan konsep pembangunan tapanuli growth. Pelaksanaan percepatan pembangunan yang diselenggarakan sejak tahun 2001 hingga saat ini telah mulai menunjukkan hasil nyata dengan peningkatan serapan tenaga kerja melalui investasi yang masuk dan pembangunan infrastruktur yang akan mendorong peningkatan tersebut. Secara umum lapangan usaha yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Pertanian, Jasa dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2005, lapangan usaha yang paling banyak mengalami peningkatan menyerap tenaga kerja di perusahaan swasta adalah sub sektor industri pengolahan. Masyarakat petani terdiri atas nelayan, petani yang menanam padi, hortikultura dan ternak serta perkebunan rakyat. Lapangan usaha jasa yang dominan merupakan aktifitas perdagangan komoditi unggulan hasil pertanian dan produk kerajinan industri rumah tangga, disamping jasa lainnya seperti pengangkutan, komunikasi dan perbankan lembaga keuangan. Industri pengolahan meliputi industri yang berbasis hasil perikanan tangkap dan perkebunan.

1.6. Pemerintahan Daerah

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1945. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah PANDAN. Pada bulan Mei 2007, secara administratif Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 19 Universitas Sumatera Utara kecamatan, 24 kelurahan dan 154 desa, yaitu meliputi Kecamatan Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sosorgadong, Sorkam Barat, Sorkam, Pasaribu Tobing, Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pandan, Tukka, Badiri, Pinangsori, Lumut, Sibabangun, dan Suka Bangun. 42

2. DINAMIKA POLITIK LOKAL

Pada bulan Desember 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah bertambah satu lagi yaitu Kecamatan Sarudik sehingga jumlah kecamatan seluruhnya 20 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pemekaran kecamatan tersebut dimaksudkan untuk lebih mempercepat proses pembangunan daerah, meningkatkan kapasitas dan kualitas pemerintah kecamatan dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, serta pelayanan umum dan pelayanan dasar kepada masyarakat. Adapun jumlah legislatif yaitu Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah saat ini berjumlah 29 orang. Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 bahwa di daerah dibangun atau dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintahan Daerah sebagai Eksekutif Daerah. Dinamika politik di Tapanuli Tengah merupakan basis massa dari partai Golkar, salah satu alas an hal tersebut adalah karena salah satu pengurus partai ini yakni Ir. Akbar Tanjung merupakan putra Tapanuli Tengah yang merupakan ketua umum Partai Golkar pada periode 1999-2004. Hasil pemilihan umum tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Tengah menunjukan domonasi partai Golkar yang masih tak tergoyahkan. Pada pemilihan 42 Ibid Universitas Sumatera Utara umum legislatif kali ini partai Golkar menempati urutan teratas dalam perolehan kursi di Dewan. Beriku adalah daftar lima besar yang memperoleh kursi di DPRD Kab. Tapanuli Tengah 43 1. Partai GOLKAR : 26.956 suara : 2. PPIB : 15.599 suara 3. PDIP : 13.440 suara 4. PAN : 10. 059 suara 5. PBR : 5.503 suara Di kabupaten Tapanuli Tengah, Partai Golkar mampu mengambil hati masyarakat Tapanuli Tengah. Kemenagan Partai Golkar di Tapanuli Tengah tidak terlepas dari figur seorang Akbar Tanjung. Selain faktor Akbar Tanjung, kemenangan Partai Golkar adalah karena para kader partai yang dekat dengan masyarakat dan giat melakukan kegiatan kemasyarakatan bersama masyarakat. Menurut Erna Tanti A. SE, yang merupakan salah satu calon legislatif dari partai Golkar pada pemilihan umum tahun 2004, kemenangan parta Golkar adalah karena kerja keras semua unsur yang ada di dalam partai Golkar, termasuk para calon legislatif itu sendiri. Strategi partai Golkar dalam pemenangan pemilihan umum adalah dengan melakukan pendekatan secara individual kepada para calon pemilih yang dilakukan secara door to door atau dari pintu ke pintu si calon pemilih. 44 43 KPUD kab. Tapanuli Tengah 44 Wawancara dengan Erna Tanti A. SE caleg partai Golkar tahun 2004, tanggal 12 November 2008. Universitas Sumatera Utara

3. GAMBARAN UMUM DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH

3.1. Kedudukan DPRD

DPRD Kabupaten merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten

3.2. Tugas dan wewenang DPRD

Tugas dan wewenang dari DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 45 Secara kelembagaan DPRD mempuyai hak sebagai berikut : a. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati untuk mendapat persetujuan bersama; b. Menetapkan APBD Kabupaten bersama-sama dengan bupati c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah; d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupatiwakil bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur; e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kabupaten terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; dan f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

3.3. Hak Dan Kewajiban DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah

46 b. Angket; dan : a. Interpelasi; 45 Undang – Undang No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD dan DPD 46 Ibid Universitas Sumatera Utara c. Menyatakan pendapat. Secara Personal, Anggota DPRD Kabupaten mempunyai hak: a. Mengajukan rancangan peraturan daerah; b. Mengajukan pertanyaan; c. Menyampaikan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih; e. Membela diri; f. Imunitas; g. Protokoler; dan h. Keuangan dan Administratif. Sedangkan kewajiban seorang angota DPRD adalah sebagai berikut : a. Mengamalkan Pancasila; b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; c. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; d. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dan daerah; e. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah; f. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; g. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; h. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; Universitas Sumatera Utara i. Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten; dan j. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

3.4. Fungsi DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah

DPRD Kabupaten mempunyai fungsi: a. Legislasi; b. Anggaran; dan c. Pengawasan. 4. STRUKTUR ORGANISASI DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH 4.1. Alat-Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Alat-alat kelengkapan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 47 A. Pimpinan DPRD : B. Komisi-Komisi C. Panitia Musyawarah D. Panitia Anggaran E. Badan Kehormatan

4.1.1. Pimpinan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah

Sebagai salah satu alat kelengkapan DPRD, Pimpinan DPRD merupakan pemimpin di lembaga Dewan tersebut. Tugas Pimpinan DPRD Kabupaten adalah: 48 a. Memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan; 47 Undang-Undang No. 32 tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah 48 Ibid Universitas Sumatera Utara b. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua; c. Menjadi juru bicara DPRD Kabupaten d. Melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPRD Kabupaten e. Mengadakan konsultasi dengan bupati dan instansi pemerintah lainnya sesuai dengan putusan DPRD Kabupaten f. Mewakili DPRD Kabupaten danatau alat kelengkapan DPRD Kabupaten di pengadilan; g. Melaksanakan putusan DPRD Kabupaten berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Sidang Paripurna DPRD Kabupaten i. Dll Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1702046.K2005 tanggal 6 Oktober 2005 dan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 170236.K2007 tanggal 19 Pebruari 2007 49 Sebagai salah satu alat kelengkapan DPRD, Komisi merupakan ujung tembok dari DPRD, karena Komisi secara langsung berhadapan dengan masyarakat baik . Ketua : H. Maratua Siregar Wakil Ketua : H. Jamaluddin Pohan Wakil Ketua : Jhonny Lumbantobing.

4.1.2. Komisi – Komisi

49 www.Tapteng.go.id Universitas Sumatera Utara melalui Rapat Kerja, Rapat Dengar Pendapat, Rapat Gabungan. Komisi menerima delegasimenampung aspirasi masyarakat maupun dengan peninjauan Komisi-komisi ke lapangan untuk mencari masukan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi rakyat. Komisi adalah penggelompokan Anggota DPRD secara fungsional berdasarkan tugas-tugas yang ada di DPRD. Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan di bentuk oleh DPRD pada permulaan DPRD melakukan kegiatannya. Sebagai alat kelengkapan Dewan Komisi mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut : 1. Melakukan pembahasan terhadap RAPBD sesuai dengan tugas Komisi masing-masing. 2. Melakukan pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang menjadi bidang masing-masing Komisi. 3. Sesuai dengan tugas Komisi masing-masing melaksanakan pengawasan terhadap : - Pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peratuan Perundang-undangan. - Pelaksanaan Peraturan dan Keputusan Kepala Daerah. - Kebijaksanaan Pemerintahan Daerah yang disesuaikan dengan Peraturan Daerah. 2. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pimpinan Dewan terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah sesuai dengan bidang atau tugas Komisi. 3. Menerima, menampung, membahas aspirasi masyarakat dan menyampaikan pendapatsaran kepada Pimpinan DPRD untuk memperoleh penyelesaian yang tata acaranya lebih lanjut diatur dalam Keputusan Pimpinan DPRD. Universitas Sumatera Utara 4. Dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajiban, Komisi dapat mengadakan Rapat Intern, Rapat Kerja atau peninjauan besama Pemerintah Daerah serta Dengar Pendapat dengan lembaga, badan organisasi kemasyarakatan, LSM, perusahaan dan perorangan. 5. Mengajukan kepada Pimpinan DPRD usul dan saran yang termasuk dalam lingkup bidang dan tugas masing-masing Komisi. 6. Menyusun pertanyaan tertulis dalam rangka pembahasan sesuatu masalah yang menjadi bidang Komisi masing-masing. 7. Menyampaikan laporan kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pekerjaan Komisi. Berdasarkan keputusan DPRD Kab. Tap Teng No. 23 tahun 2008 23KPTS2008 tentang Nama-Nama Anggota Komisi

1. Komisi A, Tentang Pemerintahan Dan Kesejahteraan

Ketua : Hasva Pasaribu Wakil : Nurman, SH Sekretaris : Drs. Nimrod Ht Galung Anggota : Pdt. J.B. Situmorang Mahyudin Lubis Hermansyah Siambaton Tulus Ht. Barat Syahbuddin Musradi N Hermanto Nasution Komisi A ini membidangi : Pemerintahan Umum, Otonomi Daerah, Aparatur, HAM, Catatan Sipil, Kehakiman, Olahraga, Kejaksaan, Kepolisian, Darma Wanita, Kesehatan dan KB. Dll. Universitas Sumatera Utara

2. Komisi B, Tentang Perekonomian dan Keuangan

Ketua : Ir. Anthonius Ht. Barat Wakil : Hasbun Manik Sekretariat : hj. Sugiarti, SE Anggota : Sukran Tanjung Julianus Simanungkalit Ir. H. Hazmi Arif Simatupang Drs. Maniti Ht. Galung Sondang Berliana HT. Galung Komisi B ini membidangi : Perdagangan, Pertanian, Pajak, Pertambangan Dan Energi, Kehutanan, Perkebunan, Perbankan, Paak, dan Restribusi, Dll

3. Komisi C, Tentang Pembangunan dan Prasarana

Ketua : Titian Situmeang Wakil : Sintong Gultom Sekretaris : Drs. Zainal Abidin Pasaribu Anggota : H. Petrus Cuaca Agus Fitriadi Panggabean Darwin Sitompul Al Azhar Panggabean Hj. Halimatussaddiah Nasution Hanafiah Ht. Galung Komisi ini membidangi : Jalan, Pemukiman, Tata Ruanng Kota, Partanaman, Transmigrasi, Kebakaran, Dll Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Panitia Musyawarah

Panitia Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk pada permulaan DPRD dalam melaksanakan kegiatannya. Keanggotaan Panitia Musyawarah bersifat priodik satu tahun kerja yang keanggotaannya diusulkan oleh masing-masing Fraksi. Panitia Musyawarah terdiri dari wakil-wakil Fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggotanya dan seorang wakil dari setiap Komisi. Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Panitia Musyawarah merangkap anggota. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris bukan anggota Panitia Musyawarah. Susunan keanggotaan Panitia Muayawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD. Panitia Musyawarah mempunyai tugas : 1. Memberikan pertimbangan atau saran tentang penetapan program kerja DPRD baik atas permintaan Pimpinan DPRD maupun tidak. 2. Menetapkan jadwal kegiatan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah. 3. Menentukan waktu dan susunan acara Rapat Paripurna. 4. Memutuskan pilihan mengenai isi masalah apabila timbul perbedaan pendapat. 5. Memberikan saranpendapat untuk memperlancar segala pembicaraan atas dasar musyawara untuk mufakat. 6. Bermusyawarah dengan kepala daerah mengenai hal yang berkenaan dengan penetapan acara serta pelaksanaannya apabila hal ini dianggap perlu oleh DPRD atau apabila diminta oleh Kepala Daerah. Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 02KPTSTahun 2007 tanggal 28 Pebruari 2007 Ketua : Maratua Siregar Universitas Sumatera Utara Wakil : H. Jamaluddin Pohan Jhonni Lumban Tobing Anggota : Hanafiah Ht Galung Syahbudin Musradi Nasution Darwin Sitompul Sintong Gultom Hasbun Manik Pdt. Jons Berti Situmorang, STh Sondang Berliana Ht. Galung Hasva Pasaribu Mahyudin Lubis Drs. Maniti Ht. Galung Titian Situmeang Tulus Ht. Barat

4.1.4. Panitia Anggaran

Panitia Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk pada permulaan kegiatan DPRD. Keanggotaan Panitia Anggaran bersifat periodik satu tahun kerja yang keanggotaannya diusulkan oleh masing-masing Fraksi. Panitia Anggaran terdiri dari wakil-wakil Fraksi berdasarkan perimbangan jumlah angggotanya dan seorang wakil dari setiap Komisi. Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Panitia Anggaran merangkap anggota. Seretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris bukan Anggota Panitia Anggaran. Susunan keanggotaan Panitia Anggaran ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan diumumkan dalam Rapat Paripurna DPRD. Universitas Sumatera Utara Panitia Anggaran mempunyai tugas : 1. Membahas Nota Keuangan dan Rancangan APBD. 2. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan Rancangan Nota Keuangan dan Rancangan APBD selambat-lambatnya tiga bulan sebelum ditetapkan APBD. 3. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai Pra- Rancangan APBD, Rancangan Nota Kauangan dan Rancangan Anggaran Daeah baik penetapan, perubahan maupun perhitungan yang telah disampaikan oleh Kepala Daerah. 4. Membantu Pimpinan DPRD dalam menentukan kebijaksanaan Anggaran DPRD : - Meneliti dan menyampaikan Rancangan Anggaran DPRD jika dipandang perlu dapat dibantu oleh Sekretaris DPRD. - Merumuskan perincian Anggaran DPRD jika dipandang perlu dapat dibantu Sekretaris DPRD. - Menetapkan Rancangan Anggaran DPRD. Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 22KPTSTahun 2008. Ketua : Maratua Siregar Wakil : H. Jamaluddin Pohan Jhonni Lumban Tobing Anggota : Julianus Simanungkalit Hermanto Nasution Sugiarti, SE Nurman, SH Universitas Sumatera Utara Ir. H Hazmi Arif Simatupang Hj. Halimatussaddiah Nasution Ir. Anthonius Ht. Barat Drs. Zainal Abidin Pasaribu Ir. Hermunsyah Siambaton Petrus Cuaca Drs. Nimrod Ht. Galung Agus Fitriadi Panggabean Sukran Tanjung Al Azhar Panggabean, SE

4.1.5. Badan Kehormatan

Untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas anggota DPRD maka pemerintah pusat menganggab perlu adanya badan kehormatan DPRD. Dalam Pasal 50 PP no 25 tahun 2004 dikatakan bahwa : 1 Badan kehormatan merupakan alat kelengkapan DRPD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD dalam rapat DPRD. 2 Anggota badan kehormatan di usulkan oleh pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD ang berjumlah ganjil, sekurang-kurangnya tiga orang terdiri atas seorang anggota DPRD dan dua orang dari luar DPRD, dan sebanyak- banyaknya tujuh orang, yang terdiri dari tiga orang anggota DPRD dan empat orang dari luar DPRD. 3 Anggota badan kehormatan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD berdasarkan usul dari setiap fraksi untuk unsure DPRD dan unsur luar DPRD dipilih setelah dilakukan penelitian dan uji kemampuan oleh suatu panitia. 50 50 Pasal 50 PP no 25 tahun 2004. tentang pedoman penyusunan tata tertip DPRD. Universitas Sumatera Utara Badan Kehormatan DPRD dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD. Anggota Badan Kehormatan DPRD dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan: a. Untuk DPRD kabupaten yang beranggotakan sampai dengan 34 tiga puluh empat berjumlah 3 tiga orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 35 tiga puluh lima sampai dengan 45 empat puluh lima berjumlah 5 lima orang. b. Untuk DPRD provinsi yang beranggotakan sampai dengan 74 tujuh puluh empat berjumlah 5 lima orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 75 tujuh puluh lima sampai dengan 100 seratus berjumlah 7 tujuh orang. Badan Kehormatan mempunyai tugas: 1. Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika, dan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode Etik DPRD; 2. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpahjanji; 3. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat danatau pemilih; 4. Menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh DPRD Berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 20KPTSTahun 2006 tanggal 5 Desember 2006. Ketua : Hj. Halimatussaddiah Nasution. Wakil : Drs. Zainal Abidin Pasaribu Anggota : Hj. Sugiarti, SE Universitas Sumatera Utara

5. FRAKSI – FRAKSI PADA DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Dalam Undang-Undang No.32 tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. Jumlah anggota setiap fraksi adalah sekurang-kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Anggota DPRD dari 1 satu partai politik yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 satu fraksi, wajib bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan. Fraksi yang ada wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak memenuhi syarat untuk dapat membentuk satu fraksi. Dalam hal fraksi gabungan setelah dibentuk, kemudian tidak lagi memenuhi syarat sebagai fraksi gabungan, seluruh anggota fraksi gabungan tersebut wajib bergabung dengan fraksi danatau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. Parpol yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi hanya dapat membentuk satu fraksi. Fraksi gabungan dapat dibentuk oleh partai politik dengan syarat Jumlah anggota setiap fraksi adalah sekurang-kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Pada awalnya pembentukan fraksi di DPRD kab. Tapanuli tengah hanya ada 6 fraksi yakni : Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 21KPTSTahun 2006 tanggal 5 Desember 2006. 1. Fraksi Golkar Bintang Rakyat 2. Fraksi PDIP 3. Fraksi PAN 4. Fraksi PIB 5. Fraksi Gabungan 6. Fraksi Patriot Pembangunan Nasional Universitas Sumatera Utara Partai Bulan Bintang yang mendapat satu kursi akhirnya bergabung dengan Partai Bintang Reformasi dalam membentuk fraksi Bulan Bintang Reformasi, akan tetapi pada akhirnya wakil dari Partai Bulan Bintang, Saparuddin digantikan oleh Agus Fitriadi Panggabean dari Partai bintang Reformasi. Oleh karena itu, komposisi fraksi yang ada di DPRD Kab. Tapanuli Tengah berubah. Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 21KPTSTahun 2008. tentang perubahan kelima komposisi dan susunan personalia fraksi-fraksi di DPRD kab. Tapanuli Tengah 51 Anggota : Jhonny Lumbantobing . 1. Fraksi Golkar Ketua : Hermanto Nasution Wakil : Hanafiah Ht. Galung Sekretaris : Darwin Sitompul Anggota : Jamaluddin pohan Julianus Simanungkalit Sugiarti, SE 2. Fraksi PDIP Ketua : Tulus Ht. Barat Wakil : Ir. Anthonius Ht. Barat Sekretaris : Titian Situmeang Anggota : Hj. Halimatusaddiah Nasution 3. Fraksi PAN Ketua : H. Maratua Siregar Wakil : Drs. Zainal Abidin Pasaribu Sekretaris : Hasbun Manik Anggota : Ir. Hermunsyah Siambaton 4. Fraksi PIB Ketua : Nurman, SH Wakil : Sittong Gultom Sekretaris : Ir. H. Hazmi Arif Simatupang 51 Sekretariatan DPRD Kab. Tapanuli Tengah Universitas Sumatera Utara 5. Fraksi Gabungan Ketua : H. Petrus Cuaca PKPB Wakil : Drs. Nimrod Ht. Galung PDS Sekretaris : Pdt. Jons Berti Situmorang, Sth P. Merdeka Anggota : Sondang Berliana Ht. Galung PNI Marhaenisme 6. Fraksi Patriot Pembangunan Nasional Ketua : Mahyudin Lubis P.Patriot Sekretaris : Al Azhar Panggabean PPP Anggota : Drs. Maniti Ht. Galung PNBK 7. Fraksi Bulan Bintang Reformasi Ketua : Hasva Pasaribu PBR Sekretaris : Agus Fitriadi Panggabean PBR Anggota : Sukran TanjungPBR Universitas Sumatera Utara

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

1. AKUNTABILITAS DAN KINERJA DPRD KAB. TAPANULI TENGAH 1.1. AKUNTABILITAS DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH Akuntabilitas atau pertanggung jawaban di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang sangat melekat di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah itu digunakan dalam teori akan tetapi hakekat dari demokrasi itu sendiri adalah menciptakan suatu pemerintahan yang dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Maka dalam konteks untuk rakyat inilah pertanggungjawaban politik itu sangat penting. Dalam sistem demokrasi, legislatif atau parlemen yang didalamnya banyak terdapat partai politik merupakan institusi utama agar akuntabilitas itu terselenggara dengan baik. Akuntabilitas di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa aspek yakni 1. Akuntabilitas Administratif seperti penggunaan dana publik dan pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat 2. Akuntabilitas Politik khususnya proses pembuatan keputusan politik 3. Akuntabilitas Moral adanya etika 4. Akuntabilitas Professional menjalankan fungsinya sebagai legislatif Sebaliknya peran masyarakat juga sangat diperlukan dalam proses akuntablitas tersebut. Adanya daya tanggap yang tinggi dalam memantau berbagai tindakan pemerintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikannya mempunyai ketepatan yang tinggi dan effektif. Berlangsungnya interaksi partai dengan masyarakat merupakan suatu faktor yang penting dalam membangun pemerintahan yang aspiratif dan benar-benar Universitas Sumatera Utara berpihak pada kepentingan umum, hanya saja di Indonesia secara umum interaksi antara partai politik dan masyarakat hanya ada jika dekat dengan akan dilaksanakanya pemilihan umum. Menjelang pemilu, partai-partai sangat sangat peduli kepada penderitaan dan aspirasi masyarakat, akan tetapi setelah pemilu usai maka praktis berakhir pula dinamika dan kehidupan partai-partai. Hal ini disebabkan leh sebagian besar anggota DPRD yang terpilih adalah pengurus partai itu sendiri di daerah tersebut. Fraksi suatu partai di DPRD Kabupaten dan kota adalah kepanjangan tangan dari kepengurusan partai di tingkat kepengurusan kabupaten dan kota pula. Hal ini disebabkan karena sebagian dari pengurus partai telah duduk di DPRD, Maka fraksi suatu partai yang ada di DPRD akhirnya cendrung menjadi kepanjangan tangan Anggota partai secara individual. Tidak mengherankan jika aspirasi masyarakat hampir selalu tidak sama dengan aspirasi kepentingan partai karena kepentingan partai pada dasarnya adalah aspirasi dan kepentingan pribadi Anggota Dewan itu sendiri. Problem tersebut tidak hanya berpangkal pada sistem pemilu dan sistem kepartaian, melainkan juga pada pendangkalan pemahaman para politisi terhadap hakikat keterlibatan mereka di dalam partai politik. 52 Akuntabilitas dalam konteks politik merupakan salah satu konsep yang melekat dalam teori dan praktek demokrasi. Kerena dalam konteks demokrasi yang Setelah DPRD hasil pemilu 2004 terbentuk dan mulai bekerja, relasi partai dengan masyarakat berlangsung melalui kunjungan kerja para anggota DPRD dalam periode reses Dewan, yaitu masa diantara dua periode persidangan.

1.1.1. Akuntabilitas Administratif

52 Syamsuddin Haris, Op.Cit Universitas Sumatera Utara berarti dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat maka perlu pertanggungjawaban dari instrument demokrasi seperti legislatif atau DPR baik secara nasional maupun secara lokal seperti DPRD kepada rakyat atau konstituennya. Akuntabilitas Administratif adalah akuntabilitas anggota Dewan DPRD dalam hal penggunaan dana publik seperti panghasilan serta penggunaan fasilitas negara selama menjabat sebagai wakil rakyat. Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPR, Menyebutkan bahwa : Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri dari 53 Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Uang Representasi. Uang Representasi Ketua DPRD Kabupaten setara dengan Gaji Pokok Bupati yang ditetapkan Pemerintah, sedangkan Uang Representasi wakil ketua DPRD Kabupaten : a. Uang Representasi. b. Uang Paket. c. Tunjangan Jabatan. d. Tunjangan Panitia Musyawarah. e. Tunjangan Komisi. f. Tunjangan Panitia Anggaran. g. Tunjangan Badan Kehormatan. h. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya.

a. Uang Representasi

Uang representasi adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai pimpinan dan anggota DPRD. 53 Pasal 10 PP No. 24 Tahun 2004 tentang kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPR Universitas Sumatera Utara sebesar 80 delapan puluh perseratus dari Uang Representasi Ketua DPRD Kabupaten. Untuk Anggota DPRD Kabupaten, Uang Representasi di berikan sebesar 75 tujuh puluh lima perseratus dari Uang Representasi Ketua DPRD Kabupaten. Selain Uang Representasi juga diberikan Tunjangan Keluarga dan Tunjangan Beras yang besarnya sama dengan ketentuan yang berlaku pada Pegawai Negeri Sipil.

b. Uang Paket

Uang Paket adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD dalam menghadiri dan mengikuti rapat-rapat dinas. Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Uang Paket, Uang Paket sebesar 10 sepuluh perseratus dari Uang Representasi yang bersangkutan.

c. Tunjangan Jabatan

Tunjangan jabatan adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD karena kedudukannya sebagai ketua, wakil ketua, dan anggota DPRD. Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Jabatan, Tunjangan Jabatan sebesar 145 seratus empat puluh lima perseratus dari masing-masing Uang Representasi.

d. Tunjangan Panitia Musyawarah

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai ketua atau wakil ketua atau sekretaris atau anggota panitia musyawarah. Universitas Sumatera Utara Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Panitia Musyawarahdiberikan tunjangan sebagai berikut 54 Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Komisi diberikan tunjangan sebagai berikut : a. Ketua sebesar 7,5 tujuh setengah perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; b. Wakil Ketua sebesar 5 lima perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; c. Sekretaris sebesar 4 empat perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; d. Anggota sebesar 3 tiga perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD

e. Tunjangan Komisi

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai ketua atau wakil ketua atau sekretaris komisi. 55 54 Pasal 14 PP no 24 tahun 2004 tentang kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPR 55 Ibid : a. Ketua sebesar 7,5 tujuh setengah perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; b. Wakil Ketua sebesar 5 lima perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; c. Sekretaris sebesar 4 empat perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; d. Anggota sebesar 3 tiga perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD

f. Panitia Anggaran

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai ketua atau wakil ketua atau sekretaris badan kehormatan. Universitas Sumatera Utara Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Panitia Musyawarah atau Komisi atau Panitia Anggaran atau Badan Kehormatan atau Alat kelengkapan lainnya yang diperlukan, diberikan tunjangan sebagai berikut 56 56 Ibid : a. Ketua sebesar 7,5 tujuh setengah perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; b. Wakil Ketua sebesar 5 lima perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; c. Sekretaris sebesar 4 empat perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; d. Anggota sebesar 3 tiga perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD

g. Tunjangan Badan Kehormatan

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai ketua atau wakil ketua atau sekretaris badan kehormatan. Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Badan Kehormatan diberikan tunjangan sebagai berikut : a. Ketua sebesar 7,5 tujuh setengah perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; b. Wakil Ketua sebesar 5 lima perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; c. Sekretaris sebesar 4 empat perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD; d. Anggota sebesar 3 tiga perseratus dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD

h. Tunjangan Kesejahteraan

Tunjangan Kesejahteraan adalah tunjangan yang disediakan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD berupa tunjangan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan, rumah jabatan dan perlengkapannyarumah dinas, kendaraan dinas jabatan, pakaian dinas, uang duka wafattewas dan bantuan biaya pengurusan jenazah. Universitas Sumatera Utara • Pemeliharaan Kesehatan Dan Pengobatan Pimpinan dan Anggota DPRD beserta keluarganya diberikan tunjangan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan. Keluarga Pimpinan dan Anggota DPRD yang mendapat pemeliharaan kesehatan dan pengobatan yaitu suami atau istri beserta 2 dua orang anak, Tunjangan kesehatan dan pengobatan diberikan dalam bentuk pembayaran premi asuransi kesehatan kepada Lembaga Asuransi Kesehatan yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah. • Rumah Jabatan dan Kendaraan Dinas Pimpinan DPRD disediakan masing-masing 1 satu rumah jabatan beserta perlengkapannya dan 1 satu unit kendaraan dinas jabatan, Belanja pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas jabatan dibebankan pada APBD. Apabila Pimpinan DPRD berhenti atau berakhir masa baktinya, wajib mengembalikan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah paling lambat 1 satu bulan sejak tanggal pemberhentian. Anggota DPRD dapat disediakan masing-masing 1 satu rumah dinas beserta perlengkapannya. Belanja pemeliharaan rumah dinas dan perlengkapannya dibebankan pada APBD. Jika Anggota DPRD diberhentikan atau berakhir masa baktinya, wajib mengembalikan rumah dinas beserta perlengkapannya dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah paling lambat 1 satu bulan sejak tanggal pemberhentian. • Pakaian Dinas Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan pakaian dinas. Standar satuan harga dan kualitas bahan pakaian dinas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Universitas Sumatera Utara • Uang Duka Wafat Tewas Dalam hal Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, kepada ahli waris diberikan, Uang duka wafat sebesar 2 dua kali uang representasi atau apabila meninggal dunia dalam menjalankan tugas diberikan uang duka tewas sebesar 6 enam kali uang representasi, selain Uang duka ada juga Bantuan biaya pengurusan jenazah. • Uang Jasa Pengabdian Uang jasa pengabdian adalah uang yang diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD atas jasa pengabdiannya setelah yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat. Pimpinan atau Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri masa baktinya diberikan uang jasa pengabdian. Besarnya uang jasa pengabdian disesuaikan dengan masa bakti Pimpinan dan Anggota DPRD dengan ketentuan : 1. Masa bakti kurang dari 1 satu tahun, dihitung 1 satu tahun penuh dan diberikan uang jasa pengabdian 1 satu bulan uang representasi; 2. Masa bakti sampai dengan 1 satu tahun, diberikan uang jasa pengabdian 1 satu bulan uang representasi; 3. Masa bakti sampai dengan 2 dua tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2 dua bulan uang representasi; 4. Masa bakti sampai dengan 3 tiga tahun, diberikan uang jasa pengabdian 3 tiga bulan uang representasi; 5. Masa bakti sampai dengan 4 empat tahun, diberikan uang jasa pengabdian 4 empat bulan uang representasi; Universitas Sumatera Utara 6. Masa bakti sampai dengan 5 lima tahun, diberikan uang jasa pengabdian setinggi-tingginya 6 enam bulan uang representasi Apabila Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, uang jasa pengabdian diberikan kepada ahli warisnya. Pembayaran uang jasa pengabdian dilakukan setelah yang bersangkutan dinyatakan diberhentikan secara hormat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut adalah penghasilan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah: Tabel 1 Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab. Tap Teng Jenis Penghasilan DPRD Kab.Tap.teng Jabatan Ketua Wakil Anggota Uang representasi 2.100.000 1.680.000 1.575.000 Uang Paket 210.000 168.000 157.500 Tunjangan jabatan 3.045.000 2.438.000 2.283..750 Tunjangan keluarga dan beras 447.920. 389.120 374.420 Tunjangan kepanitiaan 456.750 304.500 91.350 Tunjangan Komisi - - 91.350 Jumlah 6.259.670 4.977.620 4.573.370 Jumlah penghasilan pimpinan dan anggota Dewan ini hanya merupakan rata- rata dari penghasilan secara keseluruhan, karna penghasilan pimpinan dan anggota Dewan ini masih tergantung pada status anggota Dewan, apakah sudah berumah tangga dan punya anak atau belum. Tunjangan untuk yang berrumah tangga lebih Universitas Sumatera Utara besar dari pada anggota yang belum berumah tangga. Selain itu, penghasilan anggota Dewan juga dipengaruhi oleh jabatannya di komisi, apakah dia ketua atau anggota. 57 No. . Selain penghasilan itu, anggota Dewan juga masih akan mendapatkan penghasilan tambahan dari kegiatan-kegiatan Dewan seperti kegiatan reses, studi banding dan menjadi anggota panitia khusus pada pembahasan RAPBD menjadi APBD dan menjadi perda.

1.1.2. Akuntabilitas Politik

Akuntabilitas politik adalah akuntabilitas Dewan DPRD dalam hal pembuatan kebijakan politik seperti dalam hal pembuatan Peraturan Daerah Perda dan keputusan-keputusan yang lain.

1.1.2.1. Pembuatan Tata Tartib

Tata tertip merupakan instrumen penting bagi prosedur kerja dan mekanisme DPRD, baik secara internal maupun secara eksternal, yakni dalam arti hubungan DPR dengan Pemerintah Daerah atau Eksekutf dan hubungan DPRD dengan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Setiap kebijakan yang diambil oleh Dewan haruslah sesuai Tata tertib yang telah disepakati. Dalam hal pembuatan Tata Tertib oleh DPRd harus mengacu pada PP No 25 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD secara nasional. Tabel 2 Kegiatan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah 2004-2008 kegiatan 2004 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 1. Paripurna Istimewa - 1 4 3 1 57 Hasil olah data dari sekretariat DPRD Kab Tap Teng dan wawancara dengan Pak E. Harahap. Per 2 desember 2008 Universitas Sumatera Utara 2. Paripurna Terbuka 1 1 13 16 10 3. Paripurna Khusus - 1 - 2 - 4. Rapat – Rapat 50 55 60 76 62 5. Panitia Anggaran 15 20 21 14 16 6. Rapat Panitia Khusus 20 15 23 30 25 7. Rapat Kerja Komisi Rapat Dengar Pendapat - 2 3 6 2 8. Rapat Rutin Komisi 5 7 10 3 2 9 Rapat panitia musyawarah 2 4 6 2 1 sumber : Sekretariat DPRD Kab. Tap Teng Dalam pembuatan Tata Tertib DPRD kab. Tapanuli Tengah melibatkan masyarakat. Akan tetapi unsur masyarakat yang dimaksud adalah apa yang disebut dengan muspida plus, dan ketua-ketua partai dan unsur pemuda.ungkap salah seorang anggota Dewan. “Dalam pembuatan Tata Tertib ini, unsur masyarakat dilibatkan akan tetapi hanya terbatas pada unsur-unsur tertentu seperti ketua partai, ormas pemuda, dan muspida plus”. 58 58 Wawancara dengan salah seorang Anggota DPRD Kab. Tap. Teng tanggal 3 desember 2008 Ada dua hal yang menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam proses pembuatan keputusan yakni : Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya peran masyarakat dalam proses politik dan adanya anggapan bahwa urusan pembuatan keputusan politik adalah urusan dari Dewan bukan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Tabel 3 Jumlah Keputusan DPRD KabupatenTapanuli Tengah Menurut Jenis Keputusan 2004 – 2008 59 No. keputusan 2004 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 1. Peraturan Daerah 33 9 8 21 35 2. Keputusan DPRD 12 85 77 76 32 3. Peringatan - - - - - 4. Pernyataan Pendapat - - - - - 5. Resolusi - - - - - 6. Kesimpulan Pendapat 2 - - - - 7. Keputusan Pimpinan DPRD 3 4 4 2 1 8. Memorandum - - - - - 9. Pendapat Panitia Anggaran 1 - 21 14 1 Jumlah 51 98 110 113 69 Sumber : Sekretariat DPRD Kab. Tap. Teng

1.1.2.2. Pembahasan Perda

Selama tahun 2007, DPRD Kab. Tapanuli Tengah telah mensahkan sebanyak 21 buah perda melalui sidang yang dilaksanakan oleh DPRD kab. Tapanuli Tengah. Sedangkan pada tahun 2008 DPRD telah menyetuji 35 buah raperda menjadi perda. Seperti pada tahun 2008, yang tertera pada Keputusan DPRD Kab. Tapanuli Tengah No 28 KPTS 2008 tenteng persetujuan bersama terhadap 17 raperda Tapanuli Tengah menjadi Perda. Perda yang dimaksud adalah 60 59 Sekretariat DPRD Kab Tapanuli Tengah, data dari Pak Gultom : Universitas Sumatera Utara 1. Perda tentang Urusan Pemerintahan Yang jadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah. 2. Perda tentang Pembentukan lembaga penyiaran radio Suara anugerah Pem.Kab Tapanuli Tengah. 3. Perda tentang pokok-pokok pengelolan keuangan daerah 4. Perda tentang pedoman penyusunan organissi dan tata kerja pemerintahan desa. 5. Perda tentang pedoman pembentukan, penggabungan, dan penghapusan pemerintahan desa. 6. Perda tentang pejabat kepala desa. 7. Perda tentang Perangkat desa. 8. perda tentang kerjasama antar desa. 9. Perda tentang lembaga kemasyarakatan desa. 10. Perda tentang pedoman penyusunan peraturan desa. 11. Perda tentang retribusi izin usaha pelayanan dan usaha penunjang pengangkutan laut. 12. Perda tentang perubahan atas perda Kab. Tap.Teng no 15 tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Daerah Kab. Tapanuli Tengah. 13. Perda tentang Pertambangan mum. 14. Perda tentang Retribusi izin usaha pertambangan umum. 15. Perda tentang pembentukan organanisasi dan Tata Kerja RSUD Pandan Kab. Tapanuli Tengah. 16. Perubahan atas Perda No. 26 tahun 2007 tentang organisasi dan tata kerja dinas-dinas daerah Kab. Tapanuli Tengah. 60 Sekretariatan DPRD Kab. Tapanuli Tengah Universitas Sumatera Utara 17. Perda tentang kedudukan Protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD Tap.Teng.

1.1.2.3. Pembahasan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah

Hubungan antara wakil dan yang diwakili di Indonesia tidak jauh berbeda antar pemerintah pusat dan lokal. Yang selalu menjadi sorotan dari masyarakat adalah masalah pertanggungjawaban dan kinerja DPR maupun DPRD. Salah satu cara untuk mengukur dari masalah pertanggungjawaban dan kinerja tersebut adalah dengan melihat proses dan hasil dari pembuatan Peraturan Daerah dan pembuatan APBD. Dalam pembuatan Peraturan Daerah, DPRD sebagai wakil rakyat haruslah meperhatikan aspirasi dari rakyat yang diwakili, proses pembuatan perda cenderung dimonopoli oleh DPRD dan Pemkab dalam hal ini adalah Bupati dan jajaran yang terkait. Pada umunya masyarakat tidak tahu apalagi ikut dalam proses politik tersebut, keterlibatan masyarakat cenderung diatasnamakan oleh partai politik ataupun organisasi-organisasi bentukan partai, LSM, dan juga terkadang Muspida Plus. Muspida Plus yang dimaksud adalah Danrem, Dandim, Ketua Pengadilan, Kejari, Kapolres, Danlanal, Dandenpom, dan Dan satradar. Secara prosedural, APBD disusun bersama antara Eksekutif Bupati dan Legislatif DPRD. Eksekutif menyusun rencana anggaran pemerintah daerah yang terdiri dari rencana anggaran pendapatan dan rencana anggaran belanja rutin dan belanja pembangunan. Adapun legislatif menyususn angaran Dewan yang diputuskan terlebih dahulu dalam keputusan Dewan sebelum digabungkan dengan anggaran pemerintah daerah dalam sebuah Perda tentang APBD 61 61 Syamsuddin haris, Op.Cit hal. 137 . Universitas Sumatera Utara Penyusunan rencana anggaran pendapatan diawali dengan pengiriman surat edaran kepala daerah ke kepada dinas-dinas daerah. Kemudian dinas penghasil menyusun rencana anggaran pendapatan yang kemudian disetorkan kepada bagian keuangan daerah. Penyusunan anggaran pendapatan biasanya diasumsikan pada penghasilan tahun sebelumnya, penyususnan anggaran rutinpun diawali dengan surat edaran dari kepala daerah kepada seluruh instansi yang kemudian diserahkan pada bagian keuangan. Proses penyususnan anggaran dilaksanakan secara bottom-up dari penggalian dari Musyawarah Pembanguna Desa Musbagdes, serelah dari Musbagdes kemudian dibawa ke Unit Daerah Kerja Pembangunan UDKP ditingkat kecamatan, kemudian akan dipilah secara sektoral di Dinas Pembangunan Masyarakat Desa PMD, untuk diserahkan ke instansi terkait. Pembahasan anggaran pembangunan di instansi akan menghasilkan Rencana Anggaran Satuan Kerja RASK, yang kemudian akan dibahas di Rapat Koordinasi Pembangunan Rakorbag. Dalam penyusunan APBD setidaknya melibatkan masyarakat sekalipun secara formal proses pembahasan RAPBD menjadi APBD di awali dengan penyerahan RAPBD oleh Kepala Daerah kepada sidang Paripurna DPRD dalam bentuk naota keuangan. Setelah itu dilakukan pembahasan oleh DPRD. Dalam proses pembahasan inilah bekerja tiga alat kelengkapan Dewan yaitu, 1 fraksi; 2 Komisi; 3 Panitia Anggaran.faraksi berwenang memberikan pendapat akhir Fraksi terhadap RAPBD yang diusulkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan. Komisi akan melakukan pembahasan anggaran dengan dinasinstansi terkait di Pemerintahan Daerah dan hasilnya akan di laporkan kepada Fraksi. Panitia anggaran, yang terdiri dari Panitia Agaran Eksekutif PAE, dan Panitia Anggaran Legislatif Universitas Sumatera Utara PAL, mengkonsolidasikan RAPBD dari pemerintah daerah dan rancana belanja DPRD. Berikut disampaikan skema proses pembahasan APBD di DPRD. Skema 1 Proses Pembahasan APBD di DPRD Dikabupaten Tapanuli Tengah, Realisasi anggaran tahun 2008 seperti yang tercantum dalam keputusan DPRDKPTS 2008 adalah sebagai berikut : a. Pendapatan R p. 366 979 132 164, 89 b. Belanja Rp. 372 921 068 582, 59 surplus defisit Rp. 5 941 936 417, 70 c. Pembiayaan o Penerimaan Rp. 43 537 765414, 34 o Pengeluaran Rp. 1 493 173 215, 26 surplusdefisit Rp. 42 044 592 199, 08 Pengantar Nota Keuangan Kepala Daerah Pandangan Umum Fraksi- fraksi Pembahasan komisi dengan Dinaskantorbadan Jawaban Eksekutif Penetapan RAPBD Menjadi APBD Pendapat Akhir Fraksi-fraksi Pembahasan Oleh panitia khusus dari Eksekutif PAE dan dari Legislatif PAL Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah, berdasarkan yang diperoleh DPRD dari laporan dinas pendapatan daerah No. 970.04 357 2008 tentang Laporan bulanan realisasi PAD dan bagi hasil pajak dan bukan pajak pada bulan Juni 2008. Realisasi PAD sampai Bulan Mei 2008 adalah Rp. 2 155 538 873, 81 Bulan Juni 2008 Rp. 2 532 205 586, 41 Akumulasi Rp. 4 687 744 460, 22 APBD merupakan komitmen pemerintah daerah dalam kebijakan publik sekaligus sebagai instrument pemenuhan tanggung jawab daerah yang diberikan kuasa untuk mengatur, menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak serta kebutuhan warga tau masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat yang telah membayar pajak dan ristribusi dalam pembuatan APBD mestinya dijadikan prioritas.

1.2. KINERJA DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Masalah kinerja adalah masalah yang memfokuskan pada tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hal yang harus dipertangungjawaban nantinya. Oleh karena itu, Untuk menganalisis kinerja partai politik di DPRD, aspek- aspek yang harus di perhatikan diantaranya adalah : Manajemen Internal rekrutmen partai politik, profil anggota parlemen lokal, dan mekanisme pencalonan. dan Tujuan Partai-Partai. mencakup misi, visi dari organisasi pemerintah yaitu untuk pemenuhan hak pelayanan publik. Kinerja Dewan pada umumnya masih belum begitu memuaskan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari masih adanya stigma di masyarakat bahwa DPRD hanya cenderung menunjukan semangat kerja pada awal-awal bekerja setelah pelantikan. Universitas Sumatera Utara

1.2.1 Profil Politisi DPRD Kab Tap Teng

Pada pemilihan umum tahun 2004 di Tapanuli Tengah telah menghasilkan para anggota Dewan yang diharapkan akan memperjuangkan aspirasi masyarakat kabupaten Tapanuli tengah. Umur Berikut adalah profil anggota DPRD Kab. Tap Teng Tab el 4 Tingkat usia Anggota DPRD KabupatenTapanuli Tengah Jumlah 20-35 2 Orang 36-50 21 Orang 51 ke atas 6 Orang Jumlah 29 Orang Sumber : KPUD Kab. Tapanuli Tengah Dilihat dari segi usia dari para anggota Dewan kab. Tapanuli tengah mayoritas mereka berusia antara 36 sampai 50 tahun yakni kira-kira 72,41 atau sekitar 21 orang. Dan para politisi yang berumur lebih tua yakni diatas 50 tahun berjumlah 6 orang atau sekitar 20,68 , dan politisi yang berumur lebih muda yakni yang berumur 20 sampai 35 tahun berjumlah 2 orang atau sekitar 6,89 . Hal ini berarti bahwa para politisi atau anggota Dewan mayoritas adalah mereka yang sedang berada pada usia produktif. Tabel 5 Tingkat pendidikan Anggota DPRD Kabupaten Karo Tingkat pendidikan Jumlah SMUSederajat 18 Orang Diploma - Universitas Sumatera Utara Sarjana 11 Orang Jumlah 29 Orang Sumber : KPUD Kab. Tapanuli Tengah Dilihat dari segi pendidikan, para politisi di Dewan Kab. Tapanuli Tengah hasil pemilihan tahun 2004 mayoritas adalah berpendidikan SMUsederajat yakni berjumlah 18 orang atau sekitar 62,06 . Para politisi yang berpendidikan Sarjana ada sekitar 11 Orang atau 37, 93 . Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat pendidikan akan berkorelasi positif dengan kinerja para politisi maka wajar masyarakat bisa sedikit berharap kinerja para politisi dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, pendidikan bukanlah satu-satunya indikator baik atau tidaknya kinerja para politisi. Tabel 6 Jenis kelamin Anggota DPRD kab. Tap.Teng Jenis kelamin Jumlah Laki-laki 26 orang Perempuan 3 orang Jumlah 29 orang Sumber : KPUD Kab. Tapanuli Tengah Jika dilihat dari unsur gender, maka keterwakilan perempuan masih sangat kecil yakni sekitar 10,34 atau sekitar 3 orang, sedangkan politisi yang berjenis kelamin laki-laki sangat dominan yakni 26 orang atau 89,65 . Tabel 7 Unsur Lama atau Baru Anggota DPRD kab. Tap. Teng No Nama Partai Lama Baru 1 Partai GOLKAR 1 Orang 3,4 6 orang 20,6 Universitas Sumatera Utara 2 PPIB 1 Orang 3,4 3 Orang 10,3 3 PDIP 1 Orang 3,4 3 Orang 10,3 4 PAN 1 Orang 3,4 3 Orang 10,3 5 PBR - 0 3 Orang 10,3 6 PDS - 0 1 Orang 3,4 7 PNBK - 0 1 Orang 3,4 8 Partai Merdeka 1 Orang 3,4 - 0 9 PKPB - 0 1 Orang 3,4 10 Partai Patriot Pancasila - 0 1 Orang 3,4 11 PNI Marhaenisme - 0 1 Orang 3,4 12 PPP - 0 1 Orang 3,4 Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Tapanuli Tengah. Pak. Gultom Jika dilihat dari regenerasi atau unsur politisi lama atau politisi baru maka akan dilihat bahwa politisi baru mendominasi yakni sekitar 24 politisi atau 82,75 dibanding politisi lama yang berjumlah 5 orang atau 17,24 . Partai Golkar menempatkan 6 orang politisi atau sekitar 20,6 dari 7 politisi mereka yang duduk di parlemen, sedangkan Partai Perhimpunan Indonesia Baru menempatkan 3 orang politisi atau 10,3 yang wajah baru dari 4 wakil mereka yang duduk di Dewan. Begitu juga PDIP dan PAN yang sama-sama menempatkan 3 wakil mereka dalam DPRD Kab. Tap.Teng atau sekitar 10,3 dari empat wakil mereka di Dewan. Hal ini memang cukup menggembirakan karena dengan adanya orang-orang baru ini diharapkan akan adanaya suatu perubahan yang cukup signifikan dalam hal peningkatan kualitas kinerja legislatif tersebut. Walaupun ini bukan suatu yang mutlak terjadi akan tetapi harapan perubahan akan semakin meningkat. Universitas Sumatera Utara Dari segi pekerjaan anggota DPRD Kab.Tap Teng adalah mayoritas aktifis atau pengurus partai, pengusaha, dan PNS.

1.2.2. Hubungan Politisi DPRD dengan Konstituen

Hubungan wakil dan yang diwakili dapat menentukan tingkat keberhasilan wakil DPRD dalam menjalankan tugasnya. Jika tugas-tugas tersebut terpenuhi dengan memuaskan semua pihak maka dapat dikatatakan perwakilan politik telah berfungsi secara maksimal. Kepuasan yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai apakah aspirasi, opini, harapan, kepentingan masyarakat telah dipenuhi atau tidak oleh wakilnya di Dewan dan telah dimuatkan dalam peraturan. Pola hubungan antar wakil dengan yang wakili tidak terlepas dari pengaruh fokus dan corak perwakilan. Konsepsi operasional mengenai siapa yang menjadi pusat perhatian wakil anggota Dewan dalam melaksanakan tugasnya, apakah individu dalam masyarakat, masyarakat secara umum, kelompok dalam masyarakat, atau partai politik. Semantara itu, corak perwakilan yang disepakati oleh wakil dan yang diwakili akan menentukan kemandirian atau ketergantungan wakil dalam menentukan sikap dan membuat keputusan. Hubungan antara wakil dan yang diwakili bermanfaat untuk mengukuhkan dan mengembangkan keakraban di antara kedua komponen tersebut yakni DPRD dan masyarakat. Kesepakatan yang dilakukan antara wakil dan yang wakili mengenai apa yang akan dilakukan wakil di lembaga legislatif yang merupakan adalah aspirasi masyarakat. Tanpa adanya komunikasi yang memadai anata wakil dan yang diwakili maka kedua pihak tidak akan saling memahami sehingga akan timbul ketimpangan akan persepsi antara kedua pihak. Universitas Sumatera Utara Di kabupaten tapanuli tengah pada umumnya pola yang dibangun berdasarkan daerah pemilihan disaat reses ataupun saat-saat tertentu seperti saat menanggapi surat yang dikirimkan masyarakat kepada anggota Dewan. Masa reses yang dilakukan anggota DPRD Kab. Tapanuli Tengah sebanyak 3 tiga kali dalam setahun. Tujuan utama masa reses adalah untuk berdialog dengan masyarakat pemilih mereka di daerah pemilihan masing-masing. Selain pada masa reses, anggota DPRD kabupaten Tapanuli Tengah juga melakukan kunjungan kerja kedaerah, hal ini dilakukan apalagi karena dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2005. seperti yang dilakukan oleh Komisi A DPRD Kab. Tapanuli Tengah, yang melaksanakan kunjungan kerja ke daerah Manduamas pada tangal 28 sampai 30 Agustus 2006 untuk memenuhi surat masyarakat tentang pemukulan kepala desa kepada masyarakat. Tabel 8. Pola hubungan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah dengan konstituen Partai Politik DPRD Kabupaten Tap.Teng Pola Hubungan P. GOLKAR - Per daerah Pemilihan - Selain reses ada kunjungan kekonstituen tapi tergantung kebutuhan - Setiap daerah pemilihan ada kordinator wilayah Universitas Sumatera Utara PPIB - Per daerah pemilihan - Selain reses ada kunjungan ke konstituen tapi tergantung keperluan - Setiap daerah pemilihan ada kordinator wilayah. PDIP - Per daerah pemilihan - Reses Dewan - Setiap daerah pemilihan ada koordinator wilayah PAN - Per daerah pemilihan - Reses Dewan PBR - Per daerah pemilihan - Reses Dewan. Sumber : Wawancara dengan anggota Dewan DPRD dari partaiGOLKAR, PPIB, PDIP,PAN, PBR Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN