xlvi 5
Tahap Denoument tahap penyelasaian cerita, peristiwa yang terdapat pada tahapan ini dengan timbulnya kesadaran dalam diri Abdullah bin Salam
beserta pengikutnya yang berjumlah tujuh ratus orang untuk mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan mereka berpindah
muallaf dan masuk agama Islam. Peristiwa tersebut dapatdijumpai dalam kutipan cerita sayembara bohong sebagai berikut.
Setelah sudah didengar akan hal kata Muhammad, Abdullah bin Salam dan tujuh ratus orang pengikutnya pun memeluk agama Islam dan
mengucapkan kalimat syahadat.
2.4. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrahams dalam Nurgiyantoro, 201:218. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk
memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa
dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar.
Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketetapan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Pembaca seolah-olah merasa
menemukan sesuatu yang sebenarnya dalam cerita itu yang menjadi bagian dirinya.
xlvii Hal ini akan terjadi jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal,
lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita. Menurut Nurgiyantoro 2001:227 unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga
unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Ketiga unsur latar tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Latar tempat, latar ini menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,
mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya pantai, hutan, desa,
kota, kamar, ruangan, dan lain-lain. 2
Latar waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah
“kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan
persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan
menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya persaman perkembangan atau
kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sungguh-sungguh ada dan terjadi.
xlviii 3
Latar sosial, latar ini menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain.
Setelah penulis membaca dan memahami Hikayat Seribu Masalah maka latar yang terdapat dalam cerita tersebut hanyalah latar tempat sedangkan latar waktu dan
latar social tidak ada sedikitpun digambarkan dalam Hikayat Seribu Masalah tersebut. Adapun latar tempat dari Hikayat Seribu Masalah ini adalah sebagai berikut:
Latar tempat yang ada dalam Hikayat Seribu Masalah adalah di Yatsir Madinah yakni tempat kedatangan Rasulullah setelah berhijrah dari Mekah dan
bertemu dengan seorang pendeta dari Yunani yang sengaja datang untuk menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut ini: “Maka Abdullah bin Salam berjalan daripada suatu pangkalan kepada
suatu pangkalan bersama tujoh ratos pengikotnya, maka sampailah Amir Husein kepada suatu tempat bernama Yastrib. Ianya hendak
berjumpa daripada Muhmmad hendak menanyakan seribo hal kepada Muhammad….
2.5. Watak dan Perwatakan