Alur ANALISIS STRUKTURAL HIKAYAT SERIBU MASALAH

xl manusia dengan manusia lainnya dalam menjalankan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Untuk menentukan tema dalam Hikayat Seribu Masalah ini maka penulis mengunakan pendapat Mochtar lubis yang menentukan tema sebuah karya sastra berdasarkan tiga hal, yaitu: a. Persoalan yang paling menonjol adalah masalah syariat Islam. b. Dari awal hingga akhir cerita dalam Hikayat Seribu Masalah adalah menceritakan tentang eskatologi Islam. c. Konflik yang paling banyak hadir dalam Hikayat Seribu Masalah adalah perbedaan pendapat Abdullah bin Salam dengan Rasulullah Salallah Alahi Wassallam tentang sendi-sendi kehidupan beragama. Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tema dalam Hikayat Seribu Masalah adalah tentang syariat atau eskatologi Islam.

2.3. Alur

Alur merupakan unsur karya sastra yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang terpenting diantara berbagai unsur karya sastra yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya sastra pun sering ditekankan pada pembicaraan alur, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Masalah lineritas struktural penyajian peristiwa dalam karya sastra banyak dijadikan objek kajian. Hal itu kiranya juga beralasan tentang kejelasan alur, kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan unsur dapat berarti kejelasan cerita, xli kesederhanaan alur berarti kejelasan memahami jalan cerita. Sebaliknya, alur sebuah cerita sebuah karya sastra yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami. Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik ia dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, tentulah ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya Nurgiyantoro, 2001:141. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan sengaja dimanipulasikan dengan urutan peristiwa. Ia mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk pengucapan baru dan efek artistik tertentu, kejutan atau pun sebentuk suspense di pihak pembaca tehnik pengungkapan cerita, atau tehnik pengaturan, yang demikian biasanya justru lebih menarik karena memang langsung dapat menarik perhatian pembaca. Pembaca langsung berhadapan dengan konflik, yang tentu saja, ingin segera mengetahui sebab-sebab kejadian dan bagaimana kelanjutannya. Pada dasarnya, alur sebuah cerita haruslah bersifat padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian, ada hubungan adan sifat saling ketertarikan. Kaitan antar peristiwa tersebut hendaklah jelas, logis, dapat dikenali hubungan kewaktuannya lepas dari tempatnya dalam teks cerita yang mungkin diawal, tengah atau akhir. Alur yang memiliki sifat keutuhan dan kepaduan, tentu saja akan menyuguhkan cerita yang bersifat utuh dan padu pula. xlii Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Tasrif dalam Lubis 1989:10 mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari lima tahapan. Kelima tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah alur karya sastra yang bersangkutan. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut: 1 Tahap Situation tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2 Tahap Generating Circumstances tahap pemunculan konflik, masalah- masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya berkesuaian dengan tahap awal pada penahapannya. 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita bersifat mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi mengarah ke klimaks, atau paling tidak dapat dihindari. 4 Tahap Climax tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita xliii mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah cerita yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat ditafsirkan demikian. 5 Tahap Denouement tahap penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik- konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Setelah penulis membaca, menghayati, dan memahami Hikayat Seribu Masalah maka dapat digambarkan alur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah plot lurus atau progresif. Artinya bahwa dalam Hikayat Seribu Masalah pelukisan alur cerita diawali dengan awal situasi sampai dengan akhir situasi dan tidak terdapat alur sorot balik flashback pada setiap bagian dari alur cerita tersebut. Adapun pentahapan alur dalam Hikayat Seribu Masalah adalah sebagai berikut: 1 Tahap Situation, tahap awal dalam Hikayat Seribu Masalah dimulai pada tahap datangnya seorang pendeta Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam beserta 700 orang pengikutnya menemui Rasullah SAW untuk menanyakan berbagai hal tentang agama Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita sebagai berikut. “Maka Abdullah bin Salam berjalan daripada suatu pangkalan kepada suatu pangkalan bersama tujoh ratos pengikotnya, maka sampailah Amir Husein kepada suatu tempat bernama Yastrib. Ianya hendak berjumpa daripada Muhmmad hendak menanyakan seribo hal kepada Muhammad…. xliv 2 Tahap Generating Circumstances, yaitu tahap dimana peristiwa mulai bergerak memunculkan konflik. Peristiwa-peristiwa yang termasuk dalam tahapan ini adalah ketika Abdullah bin Salam mulai bertanya tentang bagaimana terbentuknya alam semesta dan bagaimana dengan kehidupan akhirat serta bagaimana dengan syurga dan neraka. Ini di kuatkan dari kutipan cerita sebagai berikut. “Setelah sudah bersua dengan Muhmmad ini, maka disegerakan pula oleh Abdullah bin Salam, demikian bunyinya, “Segeralah Muhammad memberi jelas akan hamba, perihal alam semesta berbarung-barung” Maka Muhammad memberitahu akan hal alam semesta kepada Abdullah bin Salam beserta khawan-khawan akan dia, dengan seketika itu jua Abdullah bin Salam dan tujuh ratos orang pengikutnya mendengar dan mengerti akan halnya kejadian semula awal alam semesta…. Maka Abdullah bin Salam berkata, “hai Muhammad, bagaimana beroleh hidup disyurga dan neraka dan bagaimana pula dengan kehidupan akhirat. Adakah khabar daripada kamu telah pula melihat semuanya? Jelaskan akan daku, hai Muhammad Maha sangat ingin aku mendengar tentang khabar itu?” 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, pada tahap ini cerita mulai bergerak ke arah konflik cerita. Adapun peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam tahap ini pada Hikayat Seribu Masalah adalah ketika Abdullah bin Salam bertanya kepada Nabi Besar Muhammad Sallallah Alaihi Wasallam tentang bagaimana memperoleh pahala dan apa yang diperoleh manusia apabila dia melakukan kejahatan. Peristiwa ini dikuatkan oleh kutipan cerita sebagi berikut. xlv “Setelah sudah didengar akan Abdullah bin Salam daripada Muhammad ini, maka ditanyakan kepada Muhammad akan hal pahala dan siksaan, dalam demikian itu katanya, “Segeralah Muhammad memberi jejas akan hamba, bilamana manusia memperoleh nikmat pahala dan bila pula ianya beroleh siksa. Maka Muhammad pun kembali memberitahu akan Abdullah bin Salam akan pahala dan seksa bilamana manusia berbuat batil dan berbuat baik.” 4 Tahap Climax tahap puncak cerita, tahap ini terdapat pada peristiwa ketika Abdullah bin Salam dengan wajah yang memerah karena seluruh pertanyaan dijawab Nabi Muhammad SAW dengan begitu rinci sehingga tidak ada kesempatan bagi Abdullah bin Salam untuk mencari celah guna menyudutkan Rasulullah SAW. Abdullah bin Salam kemudian bertanya tentang bagaimana agama Islam mengatur hubungan antara manusia dengan manusia bila dikaitkan dengan hubungannya antara manusia dengan Tuhan. Kutipan yang mendukung peristiwa di atas adalah sebagai berikut. “Setelah sudah dilawannya akan kata2 Muhammad, maka ditanyakannya kepada Muhammad, dalam pada itu demikian tanyanya, “Segeralah hai Muhammad memberi bantu akan hamba, karena hamba sudah adalah di tengah padang kembara akan hal agamamu” Maka berkata Muhammad kepada Abdullah bin Salam, dengan seketika itu jua disuruhkan Abdullah bin Salama kepada tujuh ratus orang pengikutnya bertanya akan Muhammad, Maka seorang-orang pengikutnya berkata, “hai Muhammad Beri aku ilmu akan agamamu antara hubungan khawan dan khawan dan beri bawa kepadaku Maka tatkala Muhammad memberi jelas akan hal hubungan manusia dan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan seluruh pengikut Abdullah bin Salam terdiam dan merenungi akan dirinya. xlvi 5 Tahap Denoument tahap penyelasaian cerita, peristiwa yang terdapat pada tahapan ini dengan timbulnya kesadaran dalam diri Abdullah bin Salam beserta pengikutnya yang berjumlah tujuh ratus orang untuk mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan mereka berpindah muallaf dan masuk agama Islam. Peristiwa tersebut dapatdijumpai dalam kutipan cerita sayembara bohong sebagai berikut. Setelah sudah didengar akan hal kata Muhammad, Abdullah bin Salam dan tujuh ratus orang pengikutnya pun memeluk agama Islam dan mengucapkan kalimat syahadat.

2.4. Latar