Tema ANALISIS STRUKTURAL HIKAYAT SERIBU MASALAH

xxxvi adanya syurga dan neraka dan bagaimana bila tidak percaya apakah ada sanksi yang diberikan oleh Allah Azza Wazalla. Selain hal-hal di atas Abdullah bin Salam juga bertanya tentang pahala dan siksaan. Apa yang diperoleh manusia bila berbuat baik dan apa yang didapatkan manusia bila tidak berbuat baik. Apakah manusia langsung mendapat siksaan atau azab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bila melakukan tindak kejahatan. Pada kesempatan ini Abdullah bin Salam paling banyak bertanya masalah hubungan antara manusia dengan hubungan manusia dengan Tuhan Allah SWT. Semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Abdullah bin Salam dijawab oleh Nabi Muhammad SAW dengan sangat memuaskan sehingga Abdullah bin Salam dan pengikutnya pun mempelajari agama Islam dan akhirnya memeluk agama Islam.

2.2. Tema

Masalah hidup akan dialami manusia amat luas dan kompleks, seluas dan sekompleks permasalahan kehidupan yang dihadapi yang ada Nurgiyantoro, 2001:71. Walau permasalahan yang dihadapi manusia tidak sama, ada masalah- masalah kehidupan tertentu yang bersifat universal. Artinya, hal itu akan dialami oleh setiap orang di manapun dan kapan pun walau dengan tingkat intersitas yang tidak sama. xxxvii Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-sub tema ke dalam karya sastra sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna pengalaman kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat , merasakan, dan menghayati makna pengalaman kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya. Tema itu sendiri sangat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema, yang nota bene “hanya” berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sesuatu yang menyeluruh. Bahkan sebenarnya, eksistensi tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Dengan demikian, sebuah tema baru akan menjadi cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh Nurgiyantoro dikelompokkan sebagai fakta cerita alur, latar, dan tokoh yang mendukung dan menyampaikan tema tersebut. Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa tingkatan yang berbeda, tergantung dari segi mana hal itu dilakukan. Shipley dalam Nurgiyantoro 2001:80:82 membedakan tema dalam lima tingkatan paling sederhana sampai tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tema tingkat fisik, manusia sebagai molekul, man as molecul. Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan xxxviii atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan pada mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam karya sastra dengan penonjolan tema tingkat ini mendapat penekanan. b. Tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang. c. Tema tingkat sosial, manusia sebagai mahluk sosial, man as socius. Kehidupan yang bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa maslah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya sastra yang berisi kritik sosial. d. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. Di samping sebagai mahluk sosial, manusia juga sekaligus sebagai mahluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai mahluk individu, manusia pun mempunyai banyak xxxix permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. e. Tema tingkat divine, manusia sebagai mahluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan sang pencipta, masalah religiusitas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan. Adapun kegiatan untuk menafsirkan tema sebuah karya sastra memang bukan pekerjaan yang mudah. Berhubung tema tersembunyi di balik cerita, penafsiran terhadapnya haruslah dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada secara keseluruhan membangun cerita itu. Menurut Mochtar Lubis 1989:25 untuk mengetahui tema sebuah karya sastra maka dapat dilihat dari tiga hal yang saling berkaitan, yaitu: a melihat persoalan yang paling menonjol; b menghitung waktu penceritaan; dan c melihat konflik yang paling banyak hadir. Setelah membaca dan memahami Hikayat Seribu Masalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa Hikayat Seribu Masalah termasuk cerita yang tergolong ke dalam jenis tema tingkat divine. Dalam hikayat ini lebih banyak membicarakan masalah hubungan manusia dengan sang pencipta, masalah religiusitas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.. Masalah yang menonjol dalam hikayat ini adalah tentang bagaimana hubungan antara xl manusia dengan manusia lainnya dalam menjalankan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Untuk menentukan tema dalam Hikayat Seribu Masalah ini maka penulis mengunakan pendapat Mochtar lubis yang menentukan tema sebuah karya sastra berdasarkan tiga hal, yaitu: a. Persoalan yang paling menonjol adalah masalah syariat Islam. b. Dari awal hingga akhir cerita dalam Hikayat Seribu Masalah adalah menceritakan tentang eskatologi Islam. c. Konflik yang paling banyak hadir dalam Hikayat Seribu Masalah adalah perbedaan pendapat Abdullah bin Salam dengan Rasulullah Salallah Alahi Wassallam tentang sendi-sendi kehidupan beragama. Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tema dalam Hikayat Seribu Masalah adalah tentang syariat atau eskatologi Islam.

2.3. Alur