BAB IV PROFIL WILAYAH PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG
4.1. Wilayah Administratif
Wilayah administratif kawasan pesisir meliputi 17 desa di 4 kecamatan dari sejumlah desa pada 22 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Adapun luas wilayah
pesisir 630,02 km
2
25,22 dari luas Kabupaten Deli Serdang seluas 2.497,72 km
2
. Adapun batas wilayah kabupaten Deli Serdang:
Sebelah Utara berbatasan dengan
: Kabupaten Langkat Sebelah Selatan
berbatasan dengan : Kabupaten Karo dan Kab. Simalungun
Sebelah Timur berbatasan dengan
: Kabupaten Sergai dan Kabupaten Sergai Sebelah Barat
berbatasan dengan : Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
Iklim
Iklim di daerah Kabupaten Deli Serdang termasuk wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang merupakan iklim tropis dengan rata-rata kelembaban udara perbulan
sekitar 84, curah hujan antara 70 sampai dengan 525 mm perbulan dengan periode tertinggi pada bulan Agustus - Desember, rata-rata kecepatan udara 2,5 mildetik
dengan tingkat penyerapan 3,10 milhari. Temperatur udara perbulan minimum 22,6
o
C dan maksimum 33,6
o
C BPS, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Oceanografi
Perairan Kabupaten Deli Serdang merupakan perairan yang termasuk kedalam kategori perairan yang landai, seperti halnya dengan perairan pesisir Timur Sumatera
Utara lainnya. Garis Pantai Kabupaten Deli Serdang relatif kurang berlekuk-lekuk, terutama di bagian Tenggara. Di bagian Barat laut terutama di Labuhan Deli, terlihat
garis Pantai yang berlekuk-lekuk akibat adanya muara sungai dan alur anak-anak sungai. Adanya lekukan garis pantai tersebut juga diikuti dengan dasar perairan yang
landai, di mana garis kedalaman 5 meter berada pada jarak 7 – 10 km dari garis pantai BPS, 2008.
Pasang Surut PASUT
Pasang surut pasut merupakan fenomena alam yang dapat diamati dalam bentuk naik turunnya muka paras air laut secara periodik. Pasang surut dibangkitkan
oleh gaya tarik benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka air terjadi karena adanya gesekan tangensial horizontal dari gaya pembangkit
pusat sehingga masa air mengalir sebagai arus pasang surut ke suatu lokasi dan sebagai akibatnya muka air naik dan dikatakan air pasang.
Saat arus pasang surut meninggalkan lokasi tersebut, muka air surut dan dikatakan mengalami air surut. Tipe pasang surut di suatu lokasi tergantung dari
respon perairan tersebut terhadap komponen pasang surut. Komponen pasang surut secara garis besar dikelompokkan ke dalam pasang surut harian diurnal dan pasang
surut semi harian semi diurnal. Pasang surut harian tunggal mempunyai priode sekitar 12 jam, sehingga terjadi suatu kali air pasang dan satu kali air surut dalam
Universitas Sumatera Utara
sehari. Pasang surut semi harian ganda mengalami dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan priode sekitar 6 jam. Resapan dari suatu lokasi terhadap rambatan
komponen pasang surut ini tergantung geomorfologi garis pantai dan batimetri perairan, sehingga dapat terbentuk tipe pasang surut harian, semi harian atau
campuran dari kedua tipe pasang surut tersebut dengan dominasi satu tipe pasang surut BAPPEDA, 2003.
Pasang surut di perairan Kabupaten Deli Serdang seperti halnya di perairan Kabupaten Langkat, juga dipengaruhi rambatan pasang surut semi harian dari laut
Andaman. Hasil pengukuran pasang surut Desa Bagan Kuala, Kecamatan Tanjung Beringin, pantai Wisata Pantai Cermin dan Muara Sungai Deli di Labuhan Deli oleh
Ditjen Perikanan 2000 menunjukkan kesamaan dengan pasang surut harian ramalan pasang surut di Pelabuhan Belawan yang dipublikasikan Dinas Hidro Oceanografi
TNI AL tahun 2000. Berdasarkan konstanta harmonica pusat di Belawan, maka nilai Fomzhal sebesar 0,27. Hal ini berarti tipe pasut adalah tipe campuran dominasi semi
harian, walaupun grafik pasang surutnya lebih mirip tipe semi harian, karena nilai Fomzhal dekat dengan batas bawah tipe semi harian murni BAPPEDA, 2003.
Arus Laut
Arus permukaan di perairan pesisir Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh sistem sirkulasi arus di Selat Malaka. akan tetapi di sekitar pantai, selat, muara sungai
maka arusnya dipengaruhi oleh arus pasang surut. Pergerakan arus permukaan di Selat Malaka kurang dipengaruhi oleh arah tiupan angin lokal, tetapi lebih
dipengaruhi oleh beda tinggi muka air sepanjang Selat Malaka, di mana secara umum
Universitas Sumatera Utara
arus permukaan selalu bergerak kearah barat laut menuju Laut Andaman Wyrtki, 1961.
Arah arus permukaan pada umumnya adalah ke Barat Laut dan Utara hampir sepanjang tahun dengan kecepatan 2-8 cmdet dan kecepatan tertinggi mencapai 34
cmdet November kecuali pada bulan Pebruari di mana arus permukaan bergerak ke Tenggara dengan kecepatan mencapai 34 cmdet BAPPEDA, 2003.
Angin
Sistem angin di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi sistem angin Muson yang arahnya berubah sesuai dengan pergantian musim. Dalam setahun
dikenal 4 musim yaitu musim hujan musim Barat pada bulan Desember – Pebruari, musim peralihan I pada bulan Maret – Mei, musim kemarau atau musim Timur pada
bulan Juni – Agustus dan musim Peralihan II bulan September – Nopember BAPPEDA, 2003.
Gelombang
Gelombang yang terdapat di suatu perairan pesisir dapat dibangkitkan dilokasi tersebut oleh angin lokal dapat juga berupa gelombang yang merambat dari laut
bebas. Selain itu gelombang dapat terbentuk oleh kapal laut yang melintas maupun akibat adanya gempa di dasar laut. Pantai Kabupaten Deli Serdang relatif berlekuk-
lekuk di bagian barat laut, namun ada bagian dari pantai tersebut yang terbuka terhadap hantaman gelombang yang dibangkitkan oleh angin pada arah tersebut
BAPPEDA, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Suhu
Suhu dipermukaan laut di daerah tropis umumnya tinggi, akan tetapi variasi musiman dan tahunannya kecil, karena variasi intensitas penyinaran matahari tidak
besar. Suhu permukaan laut di selat malaka bervariasi antara 27,5 sampai 29,0
o
C Wyrtki, 1961.
Salinitas
Salinitas di perairan Selat Melaka lebih bervariasi dari suhu, baik secara spasial maupun secara temporal. Hasil pengukuran salinitas di muara sungai Bandar
Khalifah, muara sungai Percut dan Pantai Labu menunjukkan salinitas masing- masing 14,3
o oo,
12,7
o oo
dan 30
o oo
BPS, 2008.
4.2. Ekologi Wilayah