Prinsip Analisis Pembiayaan KERANGKA TEORI

2. Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan 3. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.

D. Prinsip Analisis Pembiayaan

Dalam melakukan penilaian pembiayaan, ada standar atau prinsip yang secara umum digunakan pihak bank. Secara garis besar prinsip diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan. Prinsip penilain pembiayaan secara umum yang dilakukan oleh bank ialah dengan menggunakan analisis 5 C Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral. Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character. Character adalah sifat atau karakter nasabah peminjam. 13 Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. Sifat atau watak dari seorang peminjam harus benar-benar dapat dipercaya. Untuk dapat mengetahuinya dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik itu yang bersifat pekerjaan maupun pribadi, seperti cara atau gaya hidup, keadaan keluarga, hobi, dan lain-lain. Character seseorang dapat menyebabkan keputusan beralih dari setuju atau menolak. Kejujuran integritas peminjam adalah yang paling utama. 13 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60. Jophie Jusuf dalam bukunya menjelaskan bahwa karakter dari peminjam harus menjadi pertimbangan pertama, bila ada keraguan akan integritas dan itikad baik dari peminjam, akan menjadi pertimbangan untuk menolak pengajuan pembiayaan tersebut. 14 2. Capacity. Capacity adalah kemampuan nasabah dalam membayar pinjaman. 15 Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran . Bank harus dapat diyakinkan bahwa peminjam secara sungguh berkemauan dan berkemampuan untuk membayar kembali pinjamannya. Kapasitas ialah ukuran bagi kekayaan yang ada dan penghasilan di masa lampau serta kemampuan menghasilkan di masa datang. 16 Dengan kata lain, suatu ukuran yang menyeluruh terhadap kekayaan dan pendapatannya dimasa lampau, sekarang dan kelak. Jumlah seluruhnya dibandingkan dengan semua hutang dan kewajibannya terhadap semua orang yang hidupnya tergantung kepadanya. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability. 14 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1995, h.282. 15 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.118. 16 Julis R Latumaerissa,. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta : Bumi Aksara, 1999, h.58. 3. Capital. Capital diartikan sebagai besarnya modal yang diperlukan peminjam. 17 Namun Kasmir dalam referensi lain menyebutkan bahwa capital tidak hanya melihat besarnya modal yang dibutuhkan peminjam, tetapi analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk presentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. 18 4. Condition. Condition disini dimaksudkan ialah kondisi ekonomi, sosial dan politik yang berkembang pada waktu tersebut. Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan. Penemuan-penemuan baru yang cepat dibidang teknik bisa menjadi awal perkembangan ekonomi. Hal itu akan mengakibatkan pembiayaan tidak akan baik jalannya pada suatu ketika di masa mendatang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek 17 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60. 18 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.118. yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bersamasalah relatif kecil. 5. Collateral. Collateral ialah jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada pihak bank. 19 Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban. Jaminan tersebut dapat bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secapat mungkin. Sering collateral diadakan untuk mengimbangi sesuatu kelemahan pada salah satu atau beberapa “C” lainnya. Akan tetapi ia tidaklah dapat menggantikan salah satu atau beberapa unsur tersebut, salah satunya ialah character. Jophie Jusuf dalam bukunya menekankan bahwa jaminan bukanlah pengganti character. 20 Dengan mengutamakan collateral dan meremehkan character dan capacity, sebuah bank akan mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan kedua unsur 19 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.60. 20 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer, h.282. tersebut, maka collateral akhirnya mungkin bisa habis sampai tak ada harganya sama sekali. Dapat ditekankan bahwa jaminan bukanlah pengganti character. Oleh karena itu, prinsip pembiayaan tersebut harus digunakan utuh sepenuhnnya, tidak hanya mengandalkan satu atau beberapa prinsip tersebut agar tidak terjadi kemungkinan-kemungkinan terburuk akibat tidak terpenuhinya kelima unsur “C” tersebut. Prinsip 5 “C” ini terkadang di tambahkan dengan 1 C yaitu Constraint yaitu hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu kegiatan usaha. Untuk bank syariah, dasar analisis 5 “C” belumlah cukup, sehingga perlu memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran dan kepercayaan dari masing- masing nasabah. Hal inilah yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah, dan menjadi pembahasan untuk diteliti bagaimana bank syariah menilai nasabah dalam hal sifat, seperti amanah, kejujuran dan kepercayaan.

E. Prosedur Analisis Pembiayaan