Aspek Keuangan. Aspek Jaminan.

Ketujuh faktor tersebut didapat pada saat penilaian tahap kedua, yaitu penilaian dokumentasi setelah penilaian lisan dilakukan. Setelah dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh pihak bank dilengkapi oleh nasabah, maka bank akan melakukan penilaian terhadap dokumen tersebut. Penilaian terhadap dokumen tersebut dipengaruhi oleh ketujuh standar dan faktor penilaian pembiayaan. Ketujuh faktor tersebut itu adalah keuangan, jaminan, yuridis, pemasaran, karakter dan manajemen, teknis, sosial dan ekonomi. 6 Ketujuh faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Aspek Keuangan.

Aspek keuangan ialah aspek yang berhubungan dengan finansial seorang nasabah baik itu lembaga maupun perorangan. Dalam artian bagi lembaga, Kasmir dalam bukunya menjelaskan bahwa aspek keuangan ialah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. 7 Sementara bagi perorangan ialah hal-hal yang berhubungan dengan pemasukan sumber-sumber dana yang dimiliki dan pengeluaran penggunaan dana tersebut. Pada dasarnya hal yang dilihat dari sisi keuangan ialah : 6 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010. 7 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Graffindo Persada, 2002, h.122. a. Copy rekening bank 3 bulan terakhir. b. Laporan keuangan 2 tahun terakhir. c. Fotokopi rekening telepon dan listrik. d. Fotokopi Rekening tabungan 3 bulan terakhir. e. Asli slip gajisurat keterangan dari instansi tempat bekerja. f. Surat keterangan penghasilan, surat keterangan lamanya bekerja serta jabatan terakhir dari perusahaan dapat disampaikan dalam satu surat keterangan. 8

2. Aspek Jaminan.

Jaminan yang dapat digunakan daalam pembiayaan ialah barang bergerak berupa kendaraan bermotor dan barang tak bergerak berupa rumah, tanah, surat keputusan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini yang dibutuhkan oleh pihak bank ialah : a. Fotokopi SHMSHGB IMBPBB untuk pembiayaan dengan jaminan rumah. b. Fotokopi BPKB STNKFaktur pembelian untuk pembiayaan dengan jaminan kendaraan bermotor. c. Asli surat keputusan pensiun nasabah jika nasabah merupakan pensiunan yang ingin mengajukan pembiayaan. 8 Bank Syariah Mandiri, “Pembiayaan-Konsumer”, artikel diakses pada 08 Agustus 2010 dari http:www.syariahmandiri.co.idcategoryconsumer-bankingpembiayaan- consumersyariah-mandiri-pembiayaan-konsumer d. Fotokopi Surat Keputusan pengangkatan pegawai tetap. e. Asli Surat Keputusan Pengangkatan calon PNS dan Pengangkatan PNS khusus Nasabah pegawai negeri sipil. Pada Bank Syariah Mandiri berlaku beberapa ketentuan dalam penggunaan jaminan, yaitu : 9 a. Bank Syariah Mandiri mensyaratkan jaminan itu harus bernilai 125 dari nilai pembiayaan. b. Bank tidak menyediakan pembiayaan tanpa agunan kredit tanpa agunan. c. Jaminan tidak bisa diberikan dalam bentuk tunai. d. Jaminan itu sendiri mempengaruhi platfond pembiayaan yang diajukan. 1 Misalkan nasabah mengajukan pembiayaan sebesar 100 juta dengan mencantumkan jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor mobil, setelah ditaksir, mobil tersebut hanya bernilai 70 juta. Dengan itu maka pihak bank memberitahu nasabah bahwa platfond pembiayaan yang diajukan tidak dapat dipenuhi, oleh karena itu harus merubah platfond pembiayaan yang diajukan. Bank syariah memerlukan jaminan yang digunakan dengan tujuan agar nasabah pengelola dana tidak melakukan kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti 9 Wawancara Pribadi dengan Yatni Risjka. Bekasi 02 Agustus 2010. penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan yang mengakibatkan kerugian. Jaminan ini akan disita oleh bank syariah jika ternyata timbul kerugian akibat kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan untuk kemudian akan dicairkan oleh pihak bank dengan tujuan mengembalikan dana yang dipinjam oleh nasabah. CONTOH : 10 Dalam melakukan analisis 7 aspek pembiayaan tersebut, bank mengklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu : 1. Permasalahan. 2. Analisa. 3. Rekomendasi. Sebagai contoh, seorang nasabah ingin membeli sebuah rumah dengan harga Rp 200.000.000, tetapi ia hanya mempunyai uang sebesar Rp 50.000.000. nasabah itu berpenghasilan sebesar Rp 8.000.000,- per bulan. Hal ini sesuai dengan pengakuan nasabah dan didukung oleh surat keterangan penghasilannya. Dari persoalan diatas, dapat di analisis sebagai berikut : 10 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Nugraha W. Bekasi 26 Agustus 2010. 1. Permasalahan. Seorang nasabah ingin mengajukan pembiayaan konsumtif berupa murabahah sebuah rumah, dengan harga Rp 200.000.000,- Dengan skema : Harga rumah Rp 200.000.000,- DP 20 minimum Rp 40.000.000,- - → Dana dari nasabah Rp 160.000.000,- → Dana dari bank. 2. Analisa. a Debt Service Ratio = 40 x Take Home Pay THP = 40 x Rp 8.000.000,- = Rp 3.200.000,- Rp 3.200.000,- adalah jumlah total maksimum angsuran yang dapat dikeluarkan oleh nasabah dalam pembiayaan. Dengan total angsuran yang dapat dibayar sebesar Rp 3.200.000, maka total pembiayaan yang sebenarnya dapat diterima oleh nasabah ialah sebesar Rp 240.000.000. jika dengan asumsi nasabah tersebut menginginkan pembiayaan yang berjangka waktu 15 tahun. Maka jika dilihat dari sisi DSR sudah memenuhi syarat. Keterangan : Besaran jumlah pembiayaan yang bisa diterima nasabah dan maksimal angsuran yang dapat dibayar nasabah bisa dilihat di tabel angsuran pada lampiran. Besaran jumlah pembiayaan tersebut disesuaikan dengan nasabah tergantung dari keinginan waktu yang ditempuh oleh nasabah tersebut. Harga Pasaran x Nilai Likuiditas b Nilai Likuiditas Jaminan Dalam conoth ini, nilai pasaran suatu rumah ialah bergantung pada : 1 Harga perbandingan rumah sekitar tempat rumah yang akan dibeli. 2 Atau jika tidak, melihat harga pasaran tanah ke kelurahan tempat rumah yang akan dibeli berada. Harga pasaran ini bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari harga beli rumah yang diinginkan, ini semua tergantung pada dua point diatas. Sementara nilai likuiditas itu dipengaruhi oleh : 1 Umur rumah. I 2 Lokasi rumah. II 3 Bentuk rumah. III I + II + III = xxx = yy 3 Keterangan : Untuk standar penilaian nilai likuiditas berdasarkan presentase ini ialah bersifat rahasia, tidak dapat diketahui secara umum. Dari hasil On The Spot OTS pihak bank ke lokasi, ternyata nilai rumah yang akan dibeli seharga Rp 200.000.000,- itu, harga pasarannya berkisar antara Rp 180.000.000,- dengan nilai likuiditas sebesar 75 Misal. Maka akan didapat : Harga Pasaran x Nilai Likuiditas = Rp 180.000.000,- x 75 = Rp 135.000.000,- Maka jika dilihat dari sisi nilai likuiditas jaminan ini maka belum memenuhi syarat. Keterangan : DSR adalah analisis keuangan, sementara nilai likuditas adalah analisis jaminan. 3. Rekomendasi. Dari hasil analisa diatas, maka bank akan mengeluarkan rekomendasi kepada nasabah yang berisi : a Nilai pembiayaan yang dapat diajukan tidak boleh dari nilai pembiayaan. Atau dalam arti berlaku asumsi : b Nilai likuditas harus lebih besar jumlahnya dari pada nilai pembiayaan. b Jika DSR sudah memenuhi syarat dan Nilai Likuiditas sudah memenuhi syarat, maka pembiayaan kemungkinan besar akan disetujui. Dari kasus contoh diatas, maka pada dasarnya pembiayaan akan ditolak oleh pihak bank, karena nilai likuiditas tidak memenuhi syarat. Namun bank tidak serta merta langsung menolak pembiayaan tersebut, sebelum memutuskan untuk menolak tersebut, bank akan memberi opsi- opsi agar pembiayaan itu diterima, opsi tersebut ialah : a Menambah jumlah DP agar melebihi dari nilai likuiditas atau paling tidak setara jumlahnya dengan nilai likuiditas. Dalam contoh diatas ialah DP harus sebesar : Rp 200.000.000 – Rp 135.000.000 = Rp 65.000.000 Oleh karena itu berarti DP yang harus nasabah berikan itu sebesar Rp 65.000.000,- b Jika tidak menambah jumlah DP, maka bank mensyaratkan meminta jaminan tambahan sampai nilai likuiditasnya lebih besar atau sama dengan nilai pembiayaan.

3. Aspek Pemasaran.